Di situ rasanya saya ingin melempar tomat ke layar TV. Wahai penulis naskah, tidakkah ada sedikit saja sense bagaimana rasanya kehilangan seorang suami dan ayah? Bagaimana mungkin keluarga ini begitu saja melupakan sang suami/ayah begitu cepat dalam hitungan 6 bulan?Â
Seandainya ceritanya diberi jeda dan dilanjutkan 6 tahun kemudian saya akan setuju karena masuk akal. Lah ini, 6 bulan sudah siap menyambut ayah baru? Saya murka dengan skenarionya.
2. Waktu Go Ae Rin mulai penasaran dengan aktivitas mencurigakan perusahaan tempat dia bekerja, dia meninggalkan kedua anaknya yang masih berusia 6 tahun sendirian di apartemen mereka untuk kembali ke kantor dan mulai menginvestigasi.
Dalam dunia yang normal dengan orang-orang yang masih berpikiran waras, memangnya ada seorang ibu yang tega melakukan semua itu?
Kelihatan sekali ya kalau kehidupan Go Ae Rin sebelum peristiwa naas menimpanya ternyata KURANG HIBURAN. Rasa penasaran, senang, dan excited-nya karena merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar (operasi rahasia) memang bisa dimaklumi.Â
Tetapi ... sampai meninggalkan anak dan melupakan almarhum suami? Ini sudah keterlaluan. Satu lagi nilai minus untuk penulis naskah yang kurang punya common sense.
3. Waktu si pembunuh mencoba menculik kedua anak Go Ae Rin dari tempat bermain di dalam kompleks apartemen, para ibu rumah tangga di situ membuktikan satu senjata yang bisa menaklukkan bahkan seorang pembunuh berbahaya: CHATTING GROUP. Hahaha, asli, sepanjang adegan ini saya tertawa terpingkal-pingkal karena sangat relevan.
Ibu rumah tangga mana yang tidak masuk ke chat group, entah grup kompleks, grup sekolah anak, grup les anak, dll? Tidak ada bukan? Para ibu ini menggunakan chat group dengan sangat efektif dengan cara berbagi informasi live melalui foto dan video untuk mengendus jejak si pembunuh dan kedua anak Go Ae Rin.
Saat kedua anak itu sudah kembali dengan selamat dan si pembunuh kabur dari amukan massa, para ibu RT tidak tinggal diam dan meminta akses ke CCTV di kompleks dan di lokasi di sekitar apartemen untuk melihat wajah si penjahat. Benar-benar the power of emak-emak. Plus dua poin buat penulis naskah untuk plot cerita yang ini.
Sudah jelas ya bahwa drakor ini mengambil banyak unsur dari film James Bond? Kim Bon juga diceritakan memiliki koleksi mobil mewah, persenjataan canggih, uang, dan paspor dengan berbagai identitas di sebuah basement rahasia.Â
Agen rahasia bekerja untuk negara dan dibayar dengan pajak rakyat, jadi bagaimana mungkin sebagai buronan Kim Bon masih bisa mendapatkan semua hal itu? Entahlah.