Karyawan yang lain pintar menggunakan software, tapi dia tidak pernah bisa deliver on time. Apa dia bisa dipercaya untuk tanggung jawab yang lebih besar seperti menjadi pemimpin di divisinya?
Jabatan lebih tinggi, tanggung jawab lebih besar akan diberikan jika karyawan yang bersangkutan aktif berusaha mempersiapkan diri. Seperti kata pepatah: hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha.
2. Perusahaan
Perusahaan diwakili oleh dua pihak: atasan langsung dan HRD. Atasan langsung yang dimaksud ada dua juga, yaitu supervisor langsung dan atasan dari supervisor tersebut (Supervisor Once Removed). Penilaian objektif kinerja pertama kali diberikan oleh kedua jenis atasan ini karena mereka yang tahu bagaimana seorang karyawan bekerja sehari-harinya.
Namun sebagai manusia biasa atasan kadang memberikan penilaian subjektif yang bias karena unsur suka/tidak suka. Di situlah HRD berperan agar assessment seorang karyawan tetap berjalan objektif dan fair di dalam divisinya sendiri maupun jika dilihat antar divisi.
HRD di setiap perusahaan mempunyai metode yang berbeda-beda untuk menilai kinerja karyawan, termasuk kelayakan dan kesiapan karyawan itu untuk naik jabatan. Ada yang menggunakan lembar checklist, uraian input-proses-output dari beberapa proyek yang pernah dikerjakan, dan grafik.
Saya akan menjabarkan sedikit tentang assessment karyawan menggunakan grafik yang pernah saya jalankan.
Grafik dibuat oleh 2 sumbu, X dan Y, dan bidang di antara kedua sumbu ini dibagi ke dalam 4 kuadran. Dalam assessment meeting, atasan yang berada pada level manager dan head akan menempatkan nama orang-orang yang bekerja di bawah setiap manager ke dalam 4 kuadran tersebut. Setiap atasan akan memberikan argumen/data pendukung sampai semua yang hadir dalam assessment meeting mencapai kata sepakat bahwa ada karyawan yang dinilai sebagai:
1. High Potential (HP)
Mereka adalah karyawan yang menunjukkan kinerja tinggi, men-deliver hasil melebihi ekspektasi, dan siap untuk naik jabatan kapan pun, bisa dalam divisi yang sama, antar divisi, maupun antar anak perusahaan. Begitu kotak dalam struktur organisasi tersedia, mereka siap disundul untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi karena dianggap mempunyai attitude dan skill yang memadai untuk menerima akuntabilitas yang lebih besar.
2. Sustainable High Performer (SHP)