Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siapa yang Lebih Pantas Menjadi Lara Croft?

15 Maret 2018   23:10 Diperbarui: 15 Maret 2018   23:32 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik rentang usia orang-orang yang berada dalam teater bersama saya kemarin, kalau boleh saya ingin menebak: setengah dari penonton adalah orang-orang muda yang belum pernah main game atau menonton film Tomb Raider yang terdahulu, dan setengah lagi adalah penonton Lara Croft - Tom Raider yang diperankan dua kali oleh Angelina Jolie (2001 dan 2003) dan penasaran dengan Tomb Raider yang diperankan oleh Alicia Vikander (2018).

Ya, di benak generasi 90'an yang menginjak usia remaja di permulaan milenium baru, Lara Croft adalah Angelina Jolie dan Angelina Jolie adalah Lara Croft.

Angelina Jolie sudah bermain film sejak tahun 1982, namun film Lara Croft yang pertama lah yang menaikkan namanya sebagai artis yang mumpuni jika berperan di dalam film laga. Image Angelina Jolie sebagai seorang jagoan dan petualang kembali terulang di dalam banyak film setelah Lara Croft - Tomb Raider. Sebut saja:

  1. Lara Croft – Tomb Raider: The Cradle of Life (2003), bersama Gerard Buttler
  2. Mr. and Mrs. Smith (2005), bersama Brad Pitt
  3. Wanted (2008), bersama James McAvoy
  4. Salt (2010), bersama Liev Schreiber
  5. The Tourist (2010), bersama Johny Depp

Film-film aksi tersebut dia bintangi dengan aktor-aktor ternama, dengan hasil penjualan tiket yang rata-rata sukses walaupun mendapat penilaian/review yang beragam dari para kritikus.

Jadi reboot film Tomb Raider mengandung resiko besar, bukan karena urusan jalan cerita (kita tidak pernah bisa berharap banyak pada film aksi yang diangkat dari video game), tapi karena ada keraguan akan kemampuan Alicia Vikander merepresentasikan karakter Lara Croft yang berasal dari game.

Dari sisi fisik, Angelia Jolie lebih cocok karena dia memiliki recognizable shape seperti Lara Croft. Dari sisi latar belakang cerita mengapa Lara Croft terlibat dalam berbagai petulangan, masih ada beberapa kemiripan. 

Dua karakter Lara Croft yang terpaut 17 tahun ini sama-sama mulai bertualang karena mencari ayah mereka yang menghilang karena terobsesi oleh hal supranatural. Mereka juga sama-sama berhadapan dengan organisasi rahasia: Illuminati untuk dua film terdahulu dan Trinity untuk film tahun ini.

Akan tetapi ..., Alicia Vikander lebih bisa menunjukkan kerapuhan anak yatim-piatu yang menunggu kabar dari ayahnya selama tujuh tahun, yang lebih memilih menyelamatkan ayahnya daripada menyelamatkan dunia dengan cara -yada, yada- menutup akses ke kuburan Ratu Himiko. 

Dari segi aksi berkelahi dia memang masih kalah dari Angelina yang kelihatan sangat natural memegang senjata, tapi dari situ terlihat kalau karakternya memang tidak begitu siap dicemplungkan ke dalam perjalanan untuk -yada, yada- menyelamatkan dunia. Tujuan utama karakter Lara di dalam film ini, yang dijaga dengan apik sampai akhir film, hanyalah menginginkan kepastian apakah ayahnya masih hidup, atau tidak.

Film Tomb Raider (2018) ini sebenarnya dibuka dengan cukup menarik. Alkisah Lara adalah seorang kurir sepeda yang menyembunyikan latar belakangnya dari keluarga kaya. Sebuah perlombaan sepeda dimana dia menjadi "rubah" yang dikejar kurir-kurir sepeda lain untuk mendapatkan uang sebesar 600 Pounds, membuat dia berurusan dengan polisi dan harus bertemu kembali dengan Ana Miller, pegawai ayahnya yang ditugaskan mengawasi Lara selama ayahnya menghilang.

Adegan kejar-kejaran dengan sepeda mengingatkan saya pada film Premium Rush (2012)yang dibintangi Joseph Gordon-Levitt. Film ini sangat bagus dan sangat saya rekomendasikan untuk pecinta film aksi-thriller. Ceritanya sederhana, tapi eksekusinya brilian dan pace-nya tepat, dengan ending yang membuat senang semua orang.

Kembali ke Lara. Ana membujuknya untuk menandatangani surat yang menyatakan Richard Croft sudah meninggal, supaya semua kekayaan dan aset perusahaan Croft tidak dijual dan bisa dialihkan ke Lara. Waktu bertemu dengan pengacara perusahaan, Lara menerima sebuah benda seperti teka-teki dan berhasil mengambil foto keluarga dan petunjuk yang ditinggalkan oleh ayahnya di dalam benda itu. 

Lara kemudian pergi ke kompleks pemakaman keluarga di mana dia menemukan ruang kerja rahasia ayahnya dan semua dokumen lengkap tentang Ratu Himiko dari Jepang yang kabarnya memiliki kekuatan atas kehidupan dan kematian. Richard ingin mencari makam Ratu Himiko karena dia ingin mencari cara supaya tetap bisa merasakan kehadiran istrinya yang telah meninggal. 

Pada akhirnya Richard meminta Lara membakar semua dokumen itu karena takut jatuh ke tangan Trinity, tapi Lara penasaran. Dia tidak membakar apa pun dan memutuskan untuk mencari ayahnya.

Oke, mulai dari sini cerita menjadi sangat mudah ditebak dan membosankan. Lara kemudian pergi ke Hong Kong untuk menemui Lu Ren yang memiliki ayah yang hilang bersama dengan Richard tujuh tahun yang lalu. Lu Ren bersedia membantu Lara mencari pulau Yamatai yang ditunjuk oleh dokumen/peta yang dibuat ayah Lara. Badai besar membuat mereka akhirnya sampai di pulau itu dan ditangkap oleh Vogel yang mengaku telah membunuh Richard. Lara, Lu Ren, dan banyak orang lainnya yang katanya nelayan yang terdampar (sebuah fakta yang sungguh tidak meyakinkan), kemudian dipekerjakan paksa oleh Vogel untuk mencari makam Ratu Himiko.

Saya percepat saja ya. Ternyata Richard belum mati. Dia senang bisa bertemu kembali dengan Lara. Vogel bisa menemukan makam Ratu Himiko karena membaca dokumen Richard yang dia ambil dari tas Lara waktu Lara terdampar. Dan Vogel, anak buahnya, Richard, dan Lara akhirnya masuk ke dalam makam Ratu Himiko.

Film baru setengah jalan dan saya sudah ngantuk berat. Pertama, setting kuburan Ratu Himiko terlalu mirip dengan kuburan Ahmanet di film The Mummy (2017). Kedalamannya di bawah tanah, gua-gua, tengkorak manusia berserakan, jebakan-jebakannya, semua terlalu mirip. Tidak ada hal khusus yang membedakan di film situ yang dikubur adalah orang Mesir lho, dan di film sini yang dikubur adalah orang Jepang. Kedua, tanda kerasukannya juga bagai pinang tak dibelah: di The Mummy urat-urat di tubuh muncul karena kerasukan roh Ahmanet, di Tomb Raider urat-urat yang kurang lebih sama muncul karena virus (atau apalah) yang berdiam di dalam tubuh Ratu Himiko. Ah, terkadang Hollywood itu kehabisan kreativitas.

Pikiran saya waktu menonton adegan-adegan yang seharusnya seru di dalam makam dan berlalu begitu saja cuma ada tiga: 1) berapa lama waktu yang diperlukan, 2) apa yang terjadi dengan orang-orang yang membangun (mereka harus menjaga kerahasiaan, kan?), dan 3) berapa banyak uang dan uang siapa yang dipakai untuk membangun makam penuh jebakan yang katanya terkutuk? Itu pertanyaan-pertanyaan yang sama setiap kali saya memikirkan Batman dengan Batcave-nya, hehe.

Akhir cerita dari film ini bisa di-google sendiri ya. Yang jelas, menjelang akhir film saya menguap berulang kali karena BOSAN, BOSAN, dan BOSAN. Perkelahian dengan tangan kosong di film ini cenderung sadis, bahkan beberapa kali saya sempat menutup mata karena tidak tega melihat Lara yang badannya kecil itu seperti disiksa oleh para tentara bayaran segede gaban. 

Lara yang mencoba melawan penjahat dengan senjata panah juga terlihat absurd. Senapan mesin tetap lebih efektif dan efisien, kan? Angelina Jolie sungguh terlihat lebih tangguh sebagai Lara Croft dengan kepiawaiannya menggunakan senjata.

Satu-satunya hal menarik yang saya ingat dari film ini adalah waktu Lu Ren mau membajak helikopter yang datang ke Yamatai untuk mengangkut kuburan Ratu Himiko. Waktu helikopter itu mendarat, Lu Ren menodongkan pistol ke arah pilot dan berkata, "You're going to take us home, ya?"

Tunggu dulu. Katanya Lu Ren ini orang Hongkong, kok pakai kata 'ya' seperti orang Indonesia saja? Hahaha, saya dan teman saya cuma bisa bertatapan dan kemudian tertawa terpingkal-pingkal. 

Ah sudahlah, karakter Lu Ren ini memang hanya pelengkap yang kalau dihilangkan dari dalam film pun takkan jadi masalah. Apalagi tidak ada chemistry sama sekali antara karakternya dan karakter Lara.

Jadi, siapakah yang lebih pantas memerankan Lara Croft? Saya masih berpihak pada Angelina Jolie, dan melihat Alicia Vikander seperti seorang impersonator, seorang peniru yang tidak ulung. Dan parahnya, yang muncul di benak saya jika ingat Alicia Vikander sekarang adalah sosok seorang Lara Croft tanpa (maaf) dada.

 

PS: yada, yada itu ungkapan seperti bla bla bla untuk menunjukkan betapa tidak pentingnya suatu hal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun