Kembali ke Lara. Ana membujuknya untuk menandatangani surat yang menyatakan Richard Croft sudah meninggal, supaya semua kekayaan dan aset perusahaan Croft tidak dijual dan bisa dialihkan ke Lara. Waktu bertemu dengan pengacara perusahaan, Lara menerima sebuah benda seperti teka-teki dan berhasil mengambil foto keluarga dan petunjuk yang ditinggalkan oleh ayahnya di dalam benda itu.Â
Lara kemudian pergi ke kompleks pemakaman keluarga di mana dia menemukan ruang kerja rahasia ayahnya dan semua dokumen lengkap tentang Ratu Himiko dari Jepang yang kabarnya memiliki kekuatan atas kehidupan dan kematian. Richard ingin mencari makam Ratu Himiko karena dia ingin mencari cara supaya tetap bisa merasakan kehadiran istrinya yang telah meninggal.Â
Pada akhirnya Richard meminta Lara membakar semua dokumen itu karena takut jatuh ke tangan Trinity, tapi Lara penasaran. Dia tidak membakar apa pun dan memutuskan untuk mencari ayahnya.
Oke, mulai dari sini cerita menjadi sangat mudah ditebak dan membosankan. Lara kemudian pergi ke Hong Kong untuk menemui Lu Ren yang memiliki ayah yang hilang bersama dengan Richard tujuh tahun yang lalu. Lu Ren bersedia membantu Lara mencari pulau Yamatai yang ditunjuk oleh dokumen/peta yang dibuat ayah Lara. Badai besar membuat mereka akhirnya sampai di pulau itu dan ditangkap oleh Vogel yang mengaku telah membunuh Richard. Lara, Lu Ren, dan banyak orang lainnya yang katanya nelayan yang terdampar (sebuah fakta yang sungguh tidak meyakinkan), kemudian dipekerjakan paksa oleh Vogel untuk mencari makam Ratu Himiko.
Saya percepat saja ya. Ternyata Richard belum mati. Dia senang bisa bertemu kembali dengan Lara. Vogel bisa menemukan makam Ratu Himiko karena membaca dokumen Richard yang dia ambil dari tas Lara waktu Lara terdampar. Dan Vogel, anak buahnya, Richard, dan Lara akhirnya masuk ke dalam makam Ratu Himiko.
Film baru setengah jalan dan saya sudah ngantuk berat. Pertama, setting kuburan Ratu Himiko terlalu mirip dengan kuburan Ahmanet di film The Mummy (2017). Kedalamannya di bawah tanah, gua-gua, tengkorak manusia berserakan, jebakan-jebakannya, semua terlalu mirip. Tidak ada hal khusus yang membedakan di film situ yang dikubur adalah orang Mesir lho, dan di film sini yang dikubur adalah orang Jepang. Kedua, tanda kerasukannya juga bagai pinang tak dibelah: di The Mummy urat-urat di tubuh muncul karena kerasukan roh Ahmanet, di Tomb Raider urat-urat yang kurang lebih sama muncul karena virus (atau apalah) yang berdiam di dalam tubuh Ratu Himiko. Ah, terkadang Hollywood itu kehabisan kreativitas.
Pikiran saya waktu menonton adegan-adegan yang seharusnya seru di dalam makam dan berlalu begitu saja cuma ada tiga: 1) berapa lama waktu yang diperlukan, 2) apa yang terjadi dengan orang-orang yang membangun (mereka harus menjaga kerahasiaan, kan?), dan 3) berapa banyak uang dan uang siapa yang dipakai untuk membangun makam penuh jebakan yang katanya terkutuk? Itu pertanyaan-pertanyaan yang sama setiap kali saya memikirkan Batman dengan Batcave-nya, hehe.
Akhir cerita dari film ini bisa di-google sendiri ya. Yang jelas, menjelang akhir film saya menguap berulang kali karena BOSAN, BOSAN, dan BOSAN. Perkelahian dengan tangan kosong di film ini cenderung sadis, bahkan beberapa kali saya sempat menutup mata karena tidak tega melihat Lara yang badannya kecil itu seperti disiksa oleh para tentara bayaran segede gaban.Â
Lara yang mencoba melawan penjahat dengan senjata panah juga terlihat absurd. Senapan mesin tetap lebih efektif dan efisien, kan? Angelina Jolie sungguh terlihat lebih tangguh sebagai Lara Croft dengan kepiawaiannya menggunakan senjata.
Satu-satunya hal menarik yang saya ingat dari film ini adalah waktu Lu Ren mau membajak helikopter yang datang ke Yamatai untuk mengangkut kuburan Ratu Himiko. Waktu helikopter itu mendarat, Lu Ren menodongkan pistol ke arah pilot dan berkata, "You're going to take us home, ya?"
Tunggu dulu. Katanya Lu Ren ini orang Hongkong, kok pakai kata 'ya' seperti orang Indonesia saja? Hahaha, saya dan teman saya cuma bisa bertatapan dan kemudian tertawa terpingkal-pingkal.Â