Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Calon Politikus: Mencari Dukungan Lewat Jaringan Pertemanan

2 Maret 2018   00:10 Diperbarui: 2 Maret 2018   00:18 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.dreamstime.com

Saya yakin kalau saya bukan satu-satunya orang di phonebook dia yang dihubungi untuk dimintai dukungan, dan dari WA singkat itu ada dua hal yang membuat saya cepat memutuskan untuk tidak "menolongnya".

1. Saya tidak punya ingatan sama sekali tentang kepribadian, sikap, dan tingkah lakunya selama kami menempuh pendidikan di universitas yang sama (17 tahun lalu). Kami tidak pernah sekelas, tidak pernah mengobrol selain bertegur-sapa kalau berpapasan di jalan, hanya tahu nama tapi tidak kenal orang. 

Saya tidak bertemu dengannya di reuni tahun lalu jadi saya tidak berinteraksi dengan dia untuk tahu kepribadian/sikap/tingkah lakunya saat ini, apalagi motivasinya untuk masuk ke dunia politik praktis. Bagaimana mungkin saya membuat video untuk mendukung orang yang saya tidak kenal baik? Bisa-bisa dukungan saya sebatas lip service yang dapat membentuk pendapat yang keliru tentang dirinya di benak orang lain.

2. Teman saya ini akan maju sebagai caleg dari sebuah provinsi yang saya tahu tidak berhubungan dengan latar belakang keluarga ataupun tempat kerjanya saat ini. Begitulah sistem partai dan pemilihan legislatif di Indonesia. 

Seseorang bisa maju sebagai caleg dari provinsi yang mungkin tidak pernah dia kunjungi seumur hidup, tidak pernah dia ketahui tentang kehidupan/kebiasaan/masalah-masalah penduduknya, hanya karena partai politik dimana dia tergabung memiliki posisi kosong caleg untuk provinsi itu. Jika teman saya ini benar-benar ingin mendapatkan dukungan, ada baiknya dia terjun langsung ke daerah yang dia berniat untuk wakili. 

Temui orang-orang di sana, tampung pendapat dan keluh-kesah mereka, buat rencana kerja untuk mengatasi masalah mereka, dapatkan hati mereka. Saya rasa dia akan dengan mudah mendapatkan video dukungan selama 45 detik, atau bahkan lebih, dari setiap penduduk setempat jika dia menunjukkan bahwa dia memang benar-benar mau bekerja untuk orang lain. 

Usaha seperti itu makan waktu dan biaya dong? Tentu saja! Pertanyaan sekarang adalah: siap, mau, dan mampukah si caleg melakukan semua itu supaya orang-orang memilih dirinya bukan karena diiming-imingi uang, tapi karena si caleg ini memang tulus ingin menjadi agen perubahan bagi daerah yang disodorkan oleh partainya untuk diwakili?

Di tahun politik ini sampai akhir dari pemilihan presiden RI pada tahun 2019, akan ada banyak sekali calon politikus, calon legislatif yang memanfaatkan jaringan pertemanannya untuk mendapatkan dukungan. 

Saya yakin "permintaan tolong" dari dia hanyalah awal dari permintaan tolong orang-orang lain yang saya tahu punya ambisi di bidang itu, baik melalui media sosial, group WA, maupun pesan langsung. Ada caleg yang menerima penolakan seperti yang saya lakukan dengan ucapan terima kasih dan hati besar, namun ada juga yang jadinya merongrong dan mendesak untuk didukung atas nama pertemanan. 

Kalau sikapnya jadi berubah seperti itu mau tidak mau saya jadi bertanya, "Anda mau meminta tolong, Anda ingin didukung, atau Anda hanya berniat memanfaatkan orang lain sih?"

Reaksi saya terhadap "permintaan tolong" jenis ini akan konsisten. Selama saya tidak tahu kredibilitas dan kapabilitas orang yang mau maju sebagai caleg, dan selama saya tidak punya interaksi sosial dan ikatan emosional dengan orang tersebut, saya tidak akan mengindahkan dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun