Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Calon Politikus: Mencari Dukungan Lewat Jaringan Pertemanan

2 Maret 2018   00:10 Diperbarui: 2 Maret 2018   00:18 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.dreamstime.com

Pada tahun 2017 lalu saya diajak mengikuti reuni dengan teman-teman kuliah untuk merayakan 17 tahun sejak pertama kali berkenalan. Sebelum reuni berlangsung saya juga diundang masuk ke group Whatsapp alumni angkatan, dimana saya masih bertahan di situ sampai sekarang. 

Teman-teman kuliah saya adalah orang-orang yang tidak pernah kontak/berkomunikasi dengan saya selama kurang-lebih 13 tahun sejak saya kembali ke Indonesia dari mengikuti program pertukaran mahasiswa, jadi saya menganggap reuni dan keterlibatan dalam group WA sebagai sebuah kemungkinan awal yang baru dari sebuah pertemanan, tanpa embel-embel nostalgia atau kenangan dari masa kuliah dulu.

Seiring dengan berjalannya waktu saya mulai bisa memetakan isi percakapan di dalam group WA, antara lain sebagai berikut:

  1. Berdagang: informasi, penawaran, dan promosi barang/jasa yang dijual anggota-anggota group.
  2. Pertukaran informasi: mulai dari cara mendapatkan tabung elpiji 3 kg berwarna pink sampai dengan cara menggunakan kartu e-toll.
  3. Mencari informasi: buat yang memerlukan jasa asisten rumah tangga, konfeksi, review film di bioskop yang aman buat anak-anak, dll.
  4. Pertukaran pikiran: berhubung teman-teman seangkatan saya rata-rata sudah memiliki posisi mapan di perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja, group WA menjadi ajang buat mereka bertukar ide tentang tren dan kebutuhan dunia kerja ke depan, mendirikan start-up company, sampai menjadi social entrepeneur.
  5. Politik: diskusi tentang peta politik tanah air (sebuah tindakan yang bisa membuat dikotomi di dalam group WA itu sendiri) sampai ajakan untuk masuk ke dunia politik praktis.

Poin 1 sampai 4 lazim ditemui di group-group WA lain di mana saya tergabung, namun poin 5 baru kali ini saya temui di group WA almamater kuliah ini.

Pancingan utama supaya orang-orang seusia saya ikut terlibat dalam dunia politik praktis adalah ajakan untuk membuat perubahan.

Saya dan teman-teman seangkatan berada di usia produktif dimana kami mulai memikirkan bagaimana cara memberikan kontribusi positif dan menjadi agen perubahan bagi masyarakat di sekitar kami selain bagi keluarga dan tempat kerja. Ada yang memilih berubah dari diri sendiri dan lingkungan terdekat, dan ada juga yang mencari wadah yang lebih besar untuk membawa perubahan pada khalayak yang lebih luas.

Saya sendiri memiliki sikap apatis dan pesimis terhadap dunia politik di Indonesia. Menjadi politikus sebagai agen perubahan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih baik di sekitar kita adalah suatu gagasan yang idealis, romantis, dan tidak praktis.

Republik Indonesia sudah berdiri selama hampir 73 tahun dan sistem pemilihan wakil rakyat di badan legislatif daerah dan pusat masih tetap melalui kendaraan partai politik, walaupun: 1) cara ini telah terbukti tidak efektif dan efisien untuk mendapatkan orang-orang yang benar-benar peduli dengan orang-orang yang diwakilinya, dan 2) cara ini telah terbukti paling mudah dikorupsi untuk kepentingan pribadi.

Yang maju menjadi calon wakil rakyat pada umumnya bukanlah orang-orang yang punya rekam-jejak memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan publik melalui pekerjaan/peran sosialnya di dalam masyarakat tempat ia tinggal, seperti yang dilakukan oleh mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama dan perdana menteri Kanada saat ini Justin Trudeau (detailnya bisa dibaca di Wikipedia). 

Untuk maju menjadi wakil rakyat diperlukan dana besar untuk setoran ke partai dan untuk kampanye; hal yang berujung pada mentalitas "balik modal" saat sudah menjabat, sebuah mentalitas yang menganggap semua uang yang sudah dikeluarkan untuk mencapai posisi wakil rakyat sebagai hutang yang harus dilunasi, dan bukan sebagai bagian dari pengorbanan supaya bisa menjadi agen perubahan.

Tadi pagi pada pukul enam lewat masuk WA dari seorang teman kuliah yang akan maju sebagai caleg dari sebuah partai baru yang beranggotakan orang-orang muda berusia 20-30 tahun. WA tersebut masuk pada saat saya, dan mungkin kebanyakan orang, sedang sibuk mempersiapkan diri untuk bekerja dan anak-anak untuk sekolah. Dia tidak menyebutkan namanya dan nomor dia tidak ada di phonebook saya. Satu-satunya alasan saya menanggapinya karena dia menyapa saya dengan nama panggilan saya sewaktu kuliah. Tanpa banyak basa-basi dia meminta tolong saya membuat video dukungan selama 45 detik untuk bekal dia maju sebagai caleg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun