Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Tiga Mentalitas yang Harus Dimiliki Pekerja "Freelance"

26 Februari 2018   01:00 Diperbarui: 27 Februari 2018   10:17 2533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.techjuice.pk

Menurut kamus Merriam Webster yang mulai dijadikan rujukan sejak tahun 1828, pekerja freelance/freelancer adalah seseorang yang melakukan suatu pekerjaan tanpa memberikan komitmen jangka panjang pada sang pemberi kerja.

Pekerja freelance tidak memiliki posisi sebagai karyawan dari si pemberi kerja. Pekerjaan yang dia kerjakan bersifat sementara dan situasional saja, sehingga hubungan kerja dan komitmen akan berakhir sesuai dengan jangka waktu atau hasil yang diharapkan yang sudah disepakati sebelumnya oleh si pemberi kerja dan si pekerja freelance.

Freelancing adalah cara bekerja yang menarik buat orang-orang yang menyukai tantangan dan kesempatan baru, dan kurang menyukai hierarki organisasi dan rutinitas pekerjaan di kantor. 

Saya pernah bekerja sebagai pegawai kantoran dan beralih menjadi freelancer beberapa saat setelah anak pertama lahir karena saya menginginkan fleksibilitas waktu kerja.

Sejak saat itu sudah banyak sekali pekerjaan freelancing yang saya lakukan supaya: 1) keahlian dan bakat yang saya miliki tidak terpendam begitu saja, dan 2) supaya saya bisa memberikan kontribusi positif pada orang-orang di sekitar saya (selain pada keluarga inti, tentunya).

Sebelum menjadi pekerja freelance, saya menyempatkan diri membuat analisa SWOT (Strength - Weakness - Opportunity - Threat) untuk memetakan nilai plus dan minus saya sebagai seseorang yang menawarkan keahlian. Dari analisa yang saya buat saya tahu saya bisa mengerjakan beberapa jenis pekerjaan freelance:

  1. Bahasa: saya menguasai bahasa Inggris dan bahasa Jerman sebagai bahasa asing selain bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Pekerjaan freelance yang memungkinkan adalah menjadi: 1) guru, 2) penerjemah dokumen, dan terakhir 3) penulis fiksi.
  2. Seni: saya menyukai menggambar, mendesain, dan membuat rumah dan perabotan. Pekerjaan freelance yang memungkinkan adalah menjadi konsultan dan mandor untuk pekerjaan sipil dan desain produk rumah tangga/interior dari rumah-rumah keluarga dan kerabat saya. Sejak tahun 2016 saya lebih menekuni bidang ini dengan mendirikan workshop untuk membuat lemari dan perabot rumah tangga lain yang berbahan dasar kayu.
  3. Jual-Beli: sebuah keahlian yang sudah terintegrasi di dalam darah saya sebagai seorang wanita dan terlatih oleh pekerjaan di bidang procurement di perusahaan terdahulu. Pekerjaan freelance yang memungkinkan adalah menjadi: 1) saleswoman atau 2) membuka toko yang menjual barang-barang yang dibutuhkan/dicari orang.

Selama hampir sepuluh tahun menjadi pekerja freelance, saya mencatat TIGA MENTALITAS yang membantu saya tetap bisa menikmati dinamika pekerjaan freelance dengan segala suka-dukanya.

1. Tiada Klien = Tiada Uang

Pernyataan di atas mungkin terdengar terlalu menohok, tapi ini kenyataan yang sebenar-benarnya. Berbeda dengan pekerja kantoran pada umumnya, seorang pekerja freelance tidak memiliki pemberi kerja yang tetap. Untuk mendapatkan pekerjaan, yang sama artinya dengan mendapatkan uang, seorang pekerja freelance harus "menebarkan jaring" sebanyak-banyaknya.

Ingatlah, ada tujuh milyar manusia di bumi ini dan pasti ada barang satu atau dua orang dari antara mereka semua yang membutuhkan jasa dan keahlianmu.

Sama seperti seorang nelayan yang tidak menebarkan jaringnya untuk mendapatkan ikan untuk dia makan/jual, seorang pekerja freelance yang tidak mempromosikan diri dan keahliannya tidak akan mendapatkan proyek dan gaji untuk menyambung hidup.

Jadi jangan malu untuk mempromosikan diri. Jika kamu yakin kalau pekerjaanmu bisa memberi nilai tambah, kamu harus percaya diri untuk berkata bahwa kamu bisa membantu orang lain dengan bekal keahlianmu. Selain itu, mulailah berpromosi dari orang-orang terdekatmu.

Di era media sosial seperti sekarang ini di mana jumlah likedan follower menjadi indikasi semu bahwa seseorang/suatu produk itu diminati orang banyak, tetap tidak ada yang bisa mengalahkan Word-of-Mouth Marketing ,atau promosi dari mulut-ke-mulut.

Saya memakai cara ini untuk memasarkan produk lemari dan buku yang saya tulis. Cara promosi yang luar biasa efektif dan efisien adalah kesaksian dan rekomendasi dari pemberi kerja yang puas dengan hasil kerja si freelancer.

2. Selalu Siap Move On Setelah Proposal Ditolak

Kembali ke perumpamaan pekerja freelance sebagai seorang nelayan. Saat seorang nelayan menebarkan jalanya, pasti ada ikan yang terjaring dan ada ikan yang bisa lolos dari jala. Demikian pula dengan pekerjaan freelance.

Saat kita jor-joran berkeliling ke potential customer untuk menawarkan keahlian kita, ada kalanya kita diterima di saat demand meets supply, dan ada kalanya kita ditolak karena tidak ada demand dari si pemberi kerja. Jika hal itu terjadi, terimalah kenyataan. Gunakan feedback dari mantan calon klien untuk memperbaiki cara promosi. Jangan terlalu lama patah hati, apalagi sampai patah semangat.

Selama melaut, seorang nelayan harus menebarkan jalanya beberapa kali di beberapa tempat; hanya itu satu-satunya cara untuk memperbesar probabilitas terjaringnya ikan dalam jumlah besar.

Saat berpromosi, seorang pekerja freelance harus sigap menggunakan jaringan hubungan sosial untuk memperbesar probabilitasnya mendapatkan klien yang membutuhkan keahliannya. Namun jika klien belum datang juga, ingatlah: masih banyak ikan di laut. Terus tebarkan jala kamu dan niscaya suatu saat akan ada ikan yang menyangkut.

3. Hargai Dirimu Sendiri

Pertanyaan yang paling sering ditanyakan seorang pekerja freelance yang baru terjun di bidang ini adalah, "Berapa Rupiah ya imbalan yang akan saya minta untuk pekerjaan yang saya lakukan?" Jawaban dari pertanyaan ini hanya satu: lakukan survei pasar. Survei pasar berguna untuk melihat: 1) berapa tarif yang dipasang kompetitor kamu, dan 2) berapa tarif yang disanggupi oleh calon klienmu.

Satu hal yang perlu selalu diingat oleh seorang pekerja freelance adalah keharusan untuk menghargai diri sendiri, dalam artian menetapkan tarif yang pantas untuk keahlian/waktu/tenaga yang dikeluarkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

Bagaimana cara menetapkan tarif yang pantas tersebut? Ya dengan survei pasar, yang bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti: 1) browsing informasi di internet, 2) mencari informasi langsung dari kompetitor, calon klien, atau badan pemegang data statistik.

Sebuah contoh sederhana: saya menetapkan tarif mengajar bahasa Inggris untuk orang dewasa Rp 100.000,00 per jam. Suatu hari ada calon klien yang meminta tarif diturunkan menjadi Rp 50.000,00 saja per jam. Sebelum mengiyakan/menolak permintaan calon klien, saya melakukan survei kecil-kecilan dulu.

Saya menemukan bahwa guru bahasa Inggris di tempat lain menetapkan tarif Rp 200.000,00 per jam untuk materi yang sama dengan yang saya tawarkan ke calon klien.

Selain itu, saya juga menemukan bahwa tarif les bahasa (Inggris, Mandarin, Korea, Jepang) di sekitar tempat tinggal saya dan tempat tinggal klien adalah antara Rp 75.000,00- Rp 200.000,00 per jam. Dari informasi yang saya dapatkan, saya bisa menetapkan ruang untuk bernegosiasi dengan calon klien tersebut.

Mendapatkan klien memang penting buat kita mendapatkan uang, namun jangan sampai kita mengorbankan penghargaan kita terhadap kemampuan dan keahlian yang kita miliki.

Mungkin saja satu atau dua kali kita menyanggupi tarif yang jauh di bawah pasar karena kita punya kebutuhan ekonomi, namun hal ini akan menjadi bumerang saat kita bertemu dengan calon klien berikutnya.

Tarif normal kita bisa terlihat sangat mahal di mata calon klien baru karena kita banting harga habis-habisan demi klien lama. Hal ini sangat merugikan kita dan bisa merugikan kompetitor kita karena kita "seolah-olah" merusak harga pasar.

Semoga catatan singkat di atas bisa berguna untuk para pekerja freelance dan pekerja-pekerja di profesi/bidang usaha yang lain.

Selamat berkarya sepekan ke depan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun