Waktu berlibur di Taipei bulan Desember lalu saya dan suami sempat menonton film yang berjudul Central Intelligence (2016)Â di saluran HBO di hotel. Film ini berkisah tentang seorang anak SMA culun yang saat dewasa berubah menjadi seorang agen CIA yang berotot besar. Anak SMA culun tersebut diperankan oleh tak lain dan tak bukan Dwayne Johnson (DJ). Sedangkanco-starnya adalah Kevin Hart yang berperan sebagai seorang atlet SMA yang saat dewasa berubah menjadi seorang akuntan culun.Â
Ceritanya panjang banget (bisa dilihat di Wikipedia) tapi pada akhirnya si agen CIA super kekar bahu-membahu dengan si akuntan culun untuk menyelamatkan dunia dari teroris yang mencoba mencuri kode satelit. Film ini diakhiri dengan reuni SMA yang didatangi oleh DJ dan di dalam reuni itu DJ membuka semua bajunya DI DEPAN SEMUA PESERTA REUNI sebelum dia nyosor cewek yang dia pernah taksir waktu SMA.
Absurd banget ga sih? Pada akhir film saya dan suami sama-sama melempar remote TV karena KZL. Omayga, film apaan itu? Tujuan ceritanya klise (menyelamatkan dunia yada yada yada), alurnya ketebak (banyak tembak-tembak dan tinju-tinju, ga ada yang baru dari seorang Dwayne Johnson), dan ending-nya bikin pengen muntah (buka baju di depan umum itu cuma menimbulkan cibiran, Mas Bro, bukan pujian).
![www.bernas.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/20/dj-central-intelligence-5a62328bdcad5b10e231ddb2.jpg?t=o&v=770)
Bayangin aja, G.I. Joe 2, sebuah film sekuel yang udah saya tunggu-tunggu karena G. I. Joe 1 itu keren abis, ternyata dengan tega mematikan karakter yang diperankan oleh Channing Tatum dan menggantinya dengan karakter standar bin biasa ala Dwayne Johnson. Masih untung film ini punya Bruce Willis sehingga ceritanya masih bisalah dinikmati sampai akhir.
![Sumber:Paramount Pictures](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/20/dj-gi-joe-5a623224dd0fa815ae6f4f22.jpg?t=o&v=770)
![Sumber: Universal Pictures](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/20/dj-fast-and-furious-8-5a6232b8cf01b47cd70e8d92.jpg?t=o&v=770)
![Baywatch| Sumber: IMDB](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/20/baywatch-5a62ac3cdd0fa83eb11d07d2.jpg?t=o&v=770)
Selasa lalu saya pergi menonton bioskop dengan mama saya dan tidak ada pilihan film yang bagus dengan waktu tayang yang pas (antara pukul 10.00 sampai 15.00), kecuali Jumanji. Mama saya tidak masalah menonton film apapun asalkan bukan film Indonesia dan bukan film superhero (karena beliau merasa sangat capek setelah menonton film Justice League bersama saya tahun lalu).Â
Saat hendak membeli tiket kami mengalami sesuatu yang unik. Jadi saya lihat di website Cinemaxx kalau Jumanji tayang pukul 12.30. Kami datang pukul 12.31 dan waktu hendak membeli tiket mbak kasir bilang kalau pertunjukan dibatalkan karena tidak ada penonton. Mama saya tetap ingin menonton karena kami sudah berkendara cukup jauh ke bioskop itu, jadi kami minta film tetap ditayangkan walaupun dengan dua orang penonton saja.
Tak disangka, permintaan kami dikabulkan, haha. Mbak kasir langsung teriak ke temannya, "Teater 3 jalan ya!". Kami berdua agak ga percaya tapi senang juga karena serasa memiliki teater pribadi. Jadi waktu kami masuk ke Teater 3, AC baru saja dinyalakan, layar masih gelap, dan iklan sebelum film dimulai baru ditayangkan 15 menit setelah kami duduk nyaman tepat di tengah-tengah bioskop, haha.
![mama-nonton-jumanji-5a62345e5e13737e334cb044.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/01/20/mama-nonton-jumanji-5a62345e5e13737e334cb044.jpg?t=o&v=770)
Pada malam hari kotak Jumanji bergerak-gerak, mengeluarkan suara tambur, dan membuat si anak penasaran membukanya. Kamera kemudian menyoroti ledakan cahaya berwarna hijau di dalam rumah yang didiami oleh anak laki-laki itu dan keluarganya.
Cerita kemudian berpindah ke sebuah daerah pinggiran kota di tahun 2016. Empat orang siswa SMA mendapatkan hukuman dari kepala sekolah mereka karena berbuat kesalahan yang berbeda-beda. Mereka disuruh membersihkan sebuah gudang yang akan diubah menjadi pusat komputer. Salah seorang dari mereka yang bernama Fridge (seorang atlet football) menemukan video game dan kartu memori bertuliskan 'Jumanji'.Â
Karena bosan bersih-bersih, mereka memutuskan untuk bermain game sebentar. Setelah memilih avatar masing-masing, mereka berempat terisap ke dalam permainan video game itu dan terbangun di hutan yang dikutuk karena ada orang serakah yang mencuri permata Jaguar's Eyes supaya dia bisa mengendalikan hewan-hewan di dalam hutan Jumanji.
Avatar keempat orang ini sangat berbeda dari fisik mereka di dunia nyata. Spencer yang cungkring menjadi kekar dan berotot (Dwayne Johnson), Fridge yang tinggi besar menjadi pendek (Kevin Hart. Film Jumanji adalah film reuni mereka setelah film Central Intelligence), Martha yang kutu buku menjadi cewek jagoan ala Lara Croft -- Tomb Rider (Karen Gillan), dan yang terakhir Bethany yang seksi dan modis berubah menjadi seorang pria gendut setengah-baya (Jack Black).
Tak disangka, petulangan mereka untuk merebut kembali permata Jaguar's Eyes dari orang jahat dan mengembalikannya ke Jaguar Statue supaya kutukan atas Jumanji berakhir ditampilkan dengan menarik. Setiap avatar punya kekuatan dan kelemahan masing-masing, dan daftar kekuatan dan kelemahan itu ditampilkan lewat layar yang mengambang di udara (persis seperti display di adventure game) dan harus digunakan selama petualangan mereka untuk mencapai Jaguar Statue.Â
Setiap karakter diberikan tiga nyawa sampai mereka bisa menamatkan game. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Kapten Seaplane (Nick Jonas) yang ternyata adalah anak laki-laki yang terisap masuk ke dalam game Jumanji pada tahun 1996 (Alex Vreeke). Akhir cerita, permata bisa dipasang kembali di Jaguar Statue, orang jahat dikalahkan, kutukan atas hutan Jumanji berakhir, dan keempat anak SMA kembali ke gudang tempat mereka dihukum.
Film Jumanji 2 ini ringan. Konfliknya ga serius, alur ceritanya yang persis seperti sebuah game cukup menimbulkan perasaan nostalgia buat saya yang tumbuh bersama game console Nintendo, Sega, dan Playstation 1. Saat karakter kehilangan nyawa dan muncul kembali di dalam game dengan cara jatuh dari langit menggambarkan dengan tepat apa yang kira-kira dilihat seorang avatar yang berada dalam game saat melihat avatar lain "hidup kembali" setelah "nyawanya menghilang".
Yang saya paling tidak sangka dari film ini adalah akting Dwayne Johnson yang cocok sebagai remaja yang super galau seperti Spencer di dunia nyata. Selama ini kan dia selalu memerankan jagoan tiada tanding-tiada banding-tiada takut-tiada mati. Namun di Jumanji, Dwayne Johnson terlihat punya ketakutan, keraguan, ketidakpercayaan diri, dll yang sebenarnya wajar dimiliki oleh seorang pria bertubuh terlalu besar seperti dirinya.
Jalan cerita Jumanji yang cukup sederhana juga tidak menuntut kemampuan akting yang tinggi dari seorang Dwayne Johnson. Dialog yang pendek-pendek dan cara bicara yang persis sama dengan semua film lain yang dia pernah bintangi (termasuk saat jadi pengisi suara untuk film Moana) membuat Dwayne Johnson teramat cocok untuk memerankan karakter anak remaja seperti Spencer.
Kevin Hart sebagai Fridge lucu dengan cara bicara, gerak tubuh, banyolan yang khas aktor Afrika-Amerika. Saya jauh lebih suka Kevin Hart di film ini daripada di film Central Intelligence. Karen Gillan sebagai Martha terlalu mirip dengan Lara Croft sehingga dia tidak terlihat istimewa di mata saya. Jack Black berakting sangat tepat sebagai Bethany, wanita muda yang singset yang terperangkap di dalam tubuh pria tua yang gendut. Banyak kelucuan yang muncul di dalam film ini karena Jack Black yang kikuk dengan tubuh barunya.
Adegan yang saya tidak suka adalah saat Spencer dan Fridge mengajari Bethany pipis ala cowok; adegan ini dibuat terlalu panjang dan bertele-tele. Pipis ya pipis, terlepas dari bagaimana bentuk saluran ekskresinya. Dan hal kedua yang saya tidak suka dari film ini adalah homosexual innuendo yang muncul sejak Spencer dan kawan-kawan bertemu dengan Kapten Seaplane/Alex Vreeke.Â
Bethany yang aslinya perempuan tertarik pada Kapten Seaplane, seorang laki-laki yang ganteng (ternyata Nick Jonas bisa jadi dewasa juga #sigh). Wajar kan? Jadi ga wajar karena di dalam game Bethany memakai avatar seorang laki-laki dan semua gerak-geriknya untuk mendekati Kapten Seaplane sedikit banyak mengingatkan saya pada Si Emon yang naksir Si Boy di dalam film Catatan Si Boy (ya elah ketauan banget saya ini generasi tahun berapa, wkwk).
Terlepas dari dua hal tersebut, menurut saya film Jumanji punya porsi komedi, petualangan, nilai persahabatan yang cukup seimbang, dan menurut saya Dwayne Johnson sangat cocok memerankan karakter yang bukan superhero. Walaupun di dalam game Jumanjiavatar dari Spencer adalah Dr. Smolder Bravestone yang tidak punya kekurangan apa pun (catetttt ..), akan tetapi sebagai Spencer si Dwayne Johnson ini jadi ga sempurna.Â
Oh iya hal terakhir yang saya tidak suka adalah alur percintaan yang disisipkan di dalam film ini antara Spencer dan Martha. Sebagai anak SMA mungkin usia mereka tidak terpaut jauh, tapi sebagai avatar Dr. Bravestone dan Ruby Roundhouse fisik mereka menunjukkan usia seorang paman dan keponakannya. Saya jadi agak gimana gitu.
Akhir kata, film ini cukup menarik untuk ditonton cukup sekali saja dan film ini tidak kena "kutukan" Dwayne Johnson. Yang paling saya dan mama saya ingat dari film ini tentu saja teater yang hanya diisi oleh kami selama 30 menit pertama. Di tengah-tengah film datang sepasang kekasih yang mengambil tempat duduk di pojok belakang banget dari bioskop yang hanya berisikan empat orang manusia. Harapan kami, semoga mereka juga menikmati film Jumanji sama seperti kami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI