Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Oleh-oleh dari Luar Negeri

1 November 2017   09:18 Diperbarui: 2 November 2017   19:26 2146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ciri khas orang Indonesia kalau ada teman/keluarga/handai taulan yang mau ke luar negeri pasti yang pertama diminta adalah oleh-oleh, bukan mengucapkan selamat bersenang-senang. Saya pernah tinggal di luar negeri dan sering melancong ke tempat lain selama di sana. Ga ada teman-teman/keluarga di sana yang langsung nodong oleh-oleh kayak di Indonesia, dengan ga mempedulikan apakah si teman/keluarga/handai taulan itu ke luar negeri buat kerja (meeting/conference) dengan waktu terbatas, bukan buat plesir (padahal waktu terbatas juga).

Permintaan buat tidak lupa bawain oleh-oleh kadang bisa diulang-ulang berkali-kali. Cilakanya banyak yang klaim kalau oleh-oleh juga diminta oleh orang lain. Contohnya: jangan lupa ya beli gantungan kunci buat si Tante X, dia kan sering kirim kue waktu kamu kuliah. Padahal si Tante X mah boro-boro tahu kalau kita mau pergi dan ga pernah bilang pengen oleh-oleh dari kita.

Kenapa orang yang bepergian pulang ke negaranya membawa oleh-oleh?

1.Karena dia mengingat orang-orang dekatnya dan ingin membawa kenang-kenangan.

Saya pernah denger ada yang ngomong gini: cih bawa oleh-oleh buat pamer kalo udah pernah ke luar negeri. Kalau saya berpikiran positif, bawa oleh-oleh karena ingin berbagi. Kadang oleh-oleh yang dibawa juga kecil, simpel, dan general, kayak gantungan kunci dan tempelan magnet kulkas. Kadang lebih spesifik kalau ingat orang tertentu yang misalnya demen banget sama makanan khas dari satu negara. Motivasi dari alasan pertama ini adalah karena adanya hubungan dekat dengan si penerima oleh-oleh.

Kita bersaudara, bersahabat, bertetangga, berelasi kerja, makanya saya ingat kamu dan ingin bawain sesuatu buat kamu. Yang perlu diingat di sini, perasaan dekat itu kadang tidak berbalas. Tidak apa-apa kalau orang yang kita rasa dekat, ternyata tidak merasakan kedekatan yang sama. Itu normal dan manusiawi. Makanya jangan pernah berharap kita akan menerima balasan dari orang yang pernah kita beri oleh-oleh. Kalau motivasi awalnya udah mengharapkan pamrih gitu, mending ga usah ngasih sekalian. Dan kalaupun oleh-oleh kita dibalas, ga usah menaksir-naksir apakah nilai oleh-oleh dia lebih besar/lebih kecil dari oleh-oleh yang kita pernah kasih. Buat apa menyimpan buku "utang-piutang", saya udah kasih sekian ke si X makanya saya harus menerima persis sekian balasan dari dia.

2. Karena dititipin.

  1. Dititipin spesifik barang apa dan uang untuk membelinya.

Yang kayak gini namanya tahu diri. Ada yang nitip karena barang itu ga ada di Indonesia, atau udah lama ngincer barang yang cuma ada/ternyata lebih murah di luar negeri. Saya mah ga keberatan dititipin gini asal jelas barang apa, nyarinya di mana. Lebih seneng lagi kalau dititipin uangnya, karena ke luar negeri/ke daerah di luar tempat tinggal saya sehari-hari pasti membuat saya punya dua buah keterbatasan: waktu dan biaya. Waktu kita di luar negeri pasti terbatas karena kita sudah punya rencana duluan. Kalau nitip perlu diingat orang yang dititipin itu punya keperluan lain, entah dia mau meeting/conference/kerja/jalan-jalan/bersantai, dll.

Dia bukan jasa kurir yang spesifik nyariin barang titipan. Kalau mau yang barang langsung nyampe di rumah setelah dipesan, mending belanja online aja (walaupun artinya mesti impor). Meskipun si penitip udah jelas bilang barang bisa ditemuin di toko mana, orang yang dititipin harus keluar usaha ekstra lho buat nyari lokasi, nyari dan bayar transport ke toko itu, dan bawa-bawa barang titipan (dari toko, ke hotel, ke bandara, belum lagi kalau ganti-ganti moda trasportasi selama di negara wisata).

Belum lagi urusan kalau diperiksa sama bea cukai di bandara Soetta. Kalau udah tahu bakal repot begini, sewajarnya orang yang nitip juga ngasih uang buat beli ya. Kan bisa cek kurs dulu kira-kira harga barang berapa kalau dalam Rupiah. Jangan udah ngerepotin buat nyari barang titipan, minta ditalangin dulu pula. Alamak! Dan walaupun udah nitip uang, ingat juga kalau barang baru dibeli kalau si pelancong punya waktu buat nyari dan beli. Jadi jangan ngambek kalau ternyata waktu terbatas dan barang titipan ga sempat dibeli.

      2. Dititipin barang ga spesifik dan ga dititipin uang untuk beli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun