2. Lihat siapa penulis/pembuat informasi/berita/tips itu.
Jika nama penulis/pembuat informasi/berita/tips tercantum, coba Google reputasi dan kredibilitas dari orang tersebut. Kualitas tulisan/video tidak akan jauh-jauh dari kualitas orang itu sebagai manusia. Jika penulis berita hanya dicantumkan sebagai "redaksi" atau "dari berbagai sumber", tambah porsi kita untuk bersikap curiga terhadap kesahihah informasi/berita/tips yang kita lihat.
3. Jangan telan mentah-mentah.
Selalu cek alur logika dan kemasukakalan informasi/berita/tips yang kita baca. Seperti berita hoax beras plastik, jika kita memakai akal sehat saja kita bisa menyanggah argumen kalau beras dicampur dengan biji plastik yang harganya lebih mahal dari beras untuk menurunkan harga beras. BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Republik Indonesia sendiri sudah menanggapi video nasi plastik itu melalui akun FB resminya, dengan link berikut: https://www.facebook.com/BadanPengawasObatdanMakananRI/photos/a.1660990617519761.1073741828.1497463813872443/1950845458534274/?type=3&theater. Penjelasan dari BPOM memenuhi kriteria 1 dan 2 (kredibilitas sumber berita dan penulis berita), dan terakhir kriteria 3 mengenai mengapa nasi bisa dikepal menyerupai bentuk bola. Semua ini ada kaitannya dengan komponen penyusun pati dalam butir beras dan efeknya terhadap bentuk beras yang sudah dimasak jadi nasi. Informasi tentang komponen ini semuanya ada di internet lho, kita bisa mengaksesnya dengan mudah. Kalau kita masih ragu, selalu ada berbagai cara untuk minta pendapat profesional dari ahli yang kompeten di bidangnya.
Saya lihat ibu-ibu di WAG cenderung kaget dan panik kalau lihat informasi/berita/tips tentang suatu abnormalitas, sesuatu yang kita jarang temui sehari-hari. Komentarnya juga biasanya cepat sekali (dan banyak sekali) untuk menanggapi foto/video sharing dari orang lain.
Yuk ah, Ibu-ibu, mari kita lebih giat mencari informasi, lebih kritis dalam menyaring informasi apa yang sebanding dengan waktu kita untuk membaca/melihat dan menanggapinya, supaya pada akhirnya kita semua lebih pintar dan lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi/berita/tips. Sebelum (kebanyakan dari) kita memilih untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak seperti sekarang, bukankah kita pernah menempuh pendidikan di sekolah, saat logika kita dilatih dan nalar kita diasah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H