Menjadi indah itu memang wajib, menjadi cantik juga pilihan wajib. Tapi apalah daya.. kalau bodysudah dibilang seperti botol, pipi kaya parutan kelapa. Ya terlihat menyebalkan memang, kalau julukan seperti itu melayang di kepala. Marah wajar, tapi kalau marah di depan kaca, mau bilang apa? faktanya memang seperti itu..
Jaman sekolah SMA dulu memang tidak berpikir bagaimana bentuk tubuh, bagaimana kinclongnya wajah. Yang saya pikir cuma bagaimana caranya saya lulus dan saya tembus ke kampus favorit. Tidak peduli mau dibilang ini itu yang penting saya rajin dan saya pintar. Sudah cukup. Tetapi lain ketika saya sudah masuk di kelas 11 SMA, mungkin faktor hormon dan malas berolahraga dan tugas kian menjadi alasan saya mempunyai body "botol". Iya kalau dijelaskan botol, iya botol.. kepala rapat berjilbab dan bodytidak simetris dan juga tidak proporsional.Â
Saya anak tunggal yang terlahir dari ibu yang mempunyai badan pendek, langsing dan ayah yang putih, tinggi dan tampan. Mungkin gen yang dimiliki oleh ayah saya terlalu resesifatau bahkan kalah dengan gen ibu. Jadilah saya, yang memiliki badan pendek dan tidak terlalu langsing. Dan pengaruh hormon esterogen berlebih produksi jadinya saya seperti botol, menggelembung di bagian bawah.Â
Saya berjilbab tapi dulu tidak modern, jilbab seadanya, kalau mau terlihat ringkes, jilbab saya buat lilit di leher. Baju juga jarang baju seperti anak-anak remaja sekarang, baju saya cuma seperti baju ibu-ibu, cuma yang memakai saya, begitulah kira-kira.. alasannya mungkin memang yang cukup cuma baju-baju ibu-ibu, baju-baju lebar samping kanan dan kiri.
Dengan penampilan demikian, teman-teman saya jarang dekat dengan saya, mungkin hanya yang sama-sama bertubuh dempal dan mekar atau cuma yang rajin saja. Bahkan teman laki-laki yang agak bodoh dan yang tidak punya teman yang berteman dengan saya. Miris.. Saya juga kadang merasa tidak percaya diri dengan tubuh demikian rupanya, apalagi kalau sudah saya memikirkan sesuatu secara berlebihan, selalu saja ada jerawat tumbuh di wajah. Saya masih ingat betul, bagaimana pedihnya ditolak menjadi anggota teater yang personilnya cantik, dan langsing, bagaimana tidak pernah ditunjuk jadi OSIS, dan ditolak untuk ditunjuk jadi vokalis paduan suara.Â
Pernah suatu hari ketika sudah masuk kelas 12, waktu pemilihan vokal paduan suara ada dua orang yang dicalonkan untuk jadi penyanyi solo, saya dan salah satu teman saya yang mempunyai badan tidak terlalu tinggi, kurus sekali dan wajahnya pun sama dengan saya seperti parutan kelapa, kasar tapi mungkin dia sudah memakai perawatan wajah. Putih dan pucat. Lagi-lagi saya tidak lolos, dendam saya sudah tingkat api, dipikiran saya waktu itu mungkin saya tidak lolos karena badan saya yang tidak sesuai dengan kriteria, atau suara saya lebih tinggi dari dia.Â
Mencoba menenangkan diri dengan memnculkan pikiran positif. Tetapi ketika saya melewati sekerumunan teman-teman paduan suara sekolah, ada yang menyindir saya, saya masih ingat betul. "Mana mungkin keterima, badan sebesar truck gandeng, muka sekasar ruji.. jauh". Sakit hati saya bertumpuk, saya janji dengan saya sendiri merubah penampilan saya kalau sudah kuliah, janji untuk lebih baik.Â
Tapi memang benar, tidak bisa disalahkan badan saya lebar waktu sekolah selebar ibu-ibu yang sudah mempunyai 3 anak,lebar ke bawah, persis botol. Botol kalau dijelaskan rinci, dari kepala kecil, dan ketika sudah ke bawah lebar besar. Wajahpun juga benar adanya, saya mempunyai wajah kasar, berjerawat dan kotor, persis seperti parutan kelapa yang sudah tidak terpakai. Masa lalu yang saya lewati ketika masa sekolah menengah sepertinya terlalu buruk di penampilan.
Selang kuliah berjalan, saya mulai menjalani proses diet ketat, dari ekstrim sampai tidak menyentuh nasi sekalipun seharian, alhasil saya sakit dan terkena asam lambung berlebih. Niat saya pudar, akhirnya saya memutuskan untuk berhenti menjalani niat ekstrim saya untuk diet, dan sampai akhirnya saya bertemu dengan teman kuliah saya, teman laki-laki yang sangat baik sudah seperti saudara dan pertama kali dia mengatakan saya cantik, pipi saya tembem, dan menggemaskan.Â
Dan teman kuliah perempuan yang juga sama porsinya seperti saya. Kecil, mungil, berpipi tembam, dan modis. Yaa memang ketika kuliah seiring waktu jerawat saya memudar, mungkin karena seringnya saya merawat wajah dengan cuci wajah lebih banyak dan sering tertawa lepas dengan teman sebaya. Kata-kata mereka penyemangat saya, menurutnya "Cantik itu karena kamu berjalan dengan langkahmu sendiri". Sejak saya itu saya sadar, semua orang cantik karena mereka sendiri, bagaimana mereka memperlakukan diri untuk menjadi cantik bagi dirinya sendiri kemudian untuk orang lain.Â
Mencintai diri sendiri adalah kunci percaya diri paling utama. Saya berubah ! Dan saya cantik! Itu saja yang saya punya dan saya bawa sampai ke dunia kerja. Mengejutkan itu ketika sudah dinilai sempurna oleh orang lain, saya menjadi guru di sekolah yang identik dengan murid laki-laki banyak dan perempuan tidak terlalu banyak. Semenjak saya percaya diri sendiri, selalu berpikiran positif dan tampil se optimal mungkin, saya menjadi idola murid-murid saya. Kenapa tidak?Â