Apa yang bertama kali anda pikirkan ketika mendengar kata "physical distancing"?
Dilansir dari Ottawa Public Health, physical distancing adalah pembatasan jumlah interaksi yang dilakukan antar makhluk hidup. Pembatasan interaksi ini bertujuan untuk bisa menghentikan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme yang ada di sekitar kita.Â
Baru-baru ini kalimat physical distancing menjadi sebuah fenomena di penjuru dunia, sejak WHO mulai merekomendasikan hal ini untuk dapat mengentikan dan memotong rantai penyebaran dari COVID-19.
Tetapi terdapat fakta yang mungkin sebagian orang tidak sadari bahwa perilaku physical distancing tidak hanya dilakukan oleh manusia tetapi juga pada hewan.Â
Hal ini diteliti secara lebih dalam oleh Eva Wikberg dan rekan-rekannya sesama ahli Antropologi dan Ekologi di Amerika. Penelitian Eva Wikberg fokus pada interaksi yang terjadi pada beberapa kelompok Monyet Colobus (Colobus vellerosus) betina di Ghana, Afrika terhadap persamaan jenis mikroogranisme yang hidup pada saluran pencernaan mereka.
Kemudian, Apa korelasi antara mikroorganisme dan physical distancing?
Dilansir dari laman Sciencedirect.com, mikroogranisme adalah istilah yang merujuk pada bakteri, jamur, kapang, dan beberapa virus. Mikroorganisme juga tidak selamanya dikatakan memiliki dampak negatif, bahkan tidak sedikit mikroorganisme yang juga memiliki dampak positif bagi mahkluk hidup. Mikroorganisme dapat mempengaruhi fungsi daya tahan tubuh, status nutrisi, dan juga perkembangan serta penularan penyakit.
Eva Wikberg menjelaskan dalam laman UTSAToday bahwa penularan penyakit pada Monyet Colobus (Colobus vellerosus) dapat membuka wawasan baru mengenai bagaimana pola penyebaran penyakit dapat berlangsung secara cepat pada suatu populasi dan tentu saja hal ini berhubungan dengan penyebaran COVID-19 yang saat ini sedang menjadi perhatian dunia.Â
Sebenarnya baik hewan maupun manusia dapat menyebarkan penyakit dengan dua cara yang berbeda yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Dalam kasus penyebaran penyakit secara langsung, ditandai dengan adanya interaksi yang erat antara individu dalam suatu kelompok.Â
Sedangkan penyebaran secara tidak langsung dapat dikarenakan adanya interaksi dengan benda yang mana permukaannya menjadi tempat singgah atau hidup mikroorganisme yang berasal dari mahkluk hidup lainnya.
Untuk melihat peran interaksi spesies antara kelompok terhadap persamaan jenis mikroorganisme, Eva Wikberg dalam penelitiannya yang dipublikasikan di Journal of Animal Behaviour, menggunakan 45 Monyet Colobus (Colobus vellerosus) betina dalam 8 kelompok.Â
Selain interkasi, dalam penelitiannya, ia juga ingin mengetahui apakah makanan dan hubungan kekerabatan berpengaruh terhadap jenis mikroorganisme yang ada di saluran pencernaan Monyet Colobus (Colobus vellerosus).
Penelitian ini menjelaskan bahwa interaksi dan perilaku menjaga jarak antar individu merupakan faktor yang berpengaruh besar pada jenis mikroorganisme yang ada pada saluran pencernaan Monyet Colobus (Colobus vellerosus).
Hal ini berdasar pada ditemukannya perbedaan besar dari jenis mikroorganisme saluran pencernaan antar individu dalam satu kelompok dengan individu kelompok lain yang tidak melakukan interaksi sosial.Â
Namun, individu dari kelompok yang berbeda yang lebih dekat dan terhubung dalam interaksi sosial populasi memiliki jenis mikroorganisme saluran pencernaan yang cenderung mirip.
Lebih jelasnya, bahwa mikroorganisme dapat ditransmisikan selama pertemuan sesekali dengan anggota kelompok lainnya. Tentu saja prinsip penyebaran ini tidak jauh berbeda dengan penyebaran penyakit oleh mikroorganisme pada manusia ketika mungkin saja secara sengaja atau tidak sengaja terdapat beberapa individu saling berdekatan atau berdesak-desakan satu sama lainnya di tempat umum.Â
Jelas saja hal  ini akan mempermudah transmisi mikroorganisme antar individu ke individu lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung, tetapi perlu diingat bahwa belum tentu semua mikroorgansime dapat menyebabkan penyakit dan berdampak negatif kepada tubuh.
Tetapi, menyikapi adanya fenomena belanja lebaran yang menjadi euforia masyarakat bahkan di tengah pandemi COVID-19 seperti ini sungguh sangat mengecewakan dan patut untuk disesalkan.Â
Pasalanya, salah satu langkah yang dapat menghentikan dan memotong rantai penyebaran COVID-19 adalah penerapan physical distancing secara disiplin.Â
Bahkan secara jelas Eva Wikberg menyebutkan bahwa penelitian pada hewan liar dapat mengajarkan kita (manusia) pentingnya adanya intervensi seperti physical ataupun social distancing untuk menjaga keamanan dan keselamatan bersama di tengah pandemi, baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
So, stay safe everyone dan jika memang tidak ada keperluan di luar rumah hindari kerumunan dan interaksi dengan orang-orang asing utamanya yang menunjukkan gejala-gejala COVID-19, agar keselamatan kita, keselamatan keluarga, keselamatan Indonesia bisa tetap terjaga dan bisa segera bebas serta berdamai dari ancaman pandemi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H