Dalam konteks ini, kita harus menyadari bahwa penegakan hukum di Garut bukan hanya tentang angka dan statistik; ini adalah perjuangan yang melibatkan seluruh jiwa dan hati dari masyarakat yang berani melawan. Ini adalah panggilan untuk membongkar struktur yang korup dan memperjuangkan hak-hak yang telah lama dijajah oleh mereka yang hanya mengejar kekuasaan dan keuntungan pribadi.Â
Di sinilah revolusi keadilan harus dimulai, dengan semangat yang tak tergoyahkan dan tekad untuk membangun kembali sistem hukum yang adil dan merata.Pelanggaran hak asasi manusia juga menjadi masalah besar. Hak atas pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan di Garut masih jauh dari terpenuhi. Menurut data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Garut, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Garut pada tahun 2022 masih berada di bawah rata-rata provinsi Jawa Barat. Hak-hak sipil dan politik pemuda sering kali diabaikan, dan suara mereka tidak didengar. Mereka kehilangan hakhak dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.Â
Apatisme di kalangan pemuda Garut merupakan hasil akumulasi kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap sistem yang seharusnya melindungi mereka. Mereka menyaksikan bagaimana politik dan hukum sering kali dipermainkan, dan hak-hak mereka terabaikan tanpa perlindungan yang memadai.Namun, di tengah keterpurukan ini, terdapat secercah harapan. Sejarah membuktikan bahwa perubahan sering kali dimulai dari mereka yang terpinggirkan. Pemuda Garut memiliki potensi luar biasa untuk mengubah nasib daerah mereka.Â
Ada sebuah pepatah yang mengatakan "kebun bunga bisa dibakar oleh para perompak, tapi tidak seorangpun yang bisa menghalangi tibanya musim semi". Untuk itu, semoga ada musim semi untuk Garut.Langkah awal adalah membangun kesadaran tentang pentingnya keterlibatan politik. Pemuda perlu memahami bahwa suara mereka sangat berarti dan dapat mempengaruhi kebijakan masa depan. Mereka juga memerlukan pendidikan hukum yang memadai untuk memahami hakhak mereka dan cara memperjuangkannya. Dukungan dari seluruh elemen masyarakat---pemerintah, organisasi masyarakat, dan tokoh lokal---adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung partisipasi pemuda. Ruang dialog dan kesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan harus terbuka agar pemuda dapat berkontribusi secara aktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H