Mohon tunggu...
Humaniora

Perilaku Menyimpang Lewat Media Televisi

8 Juni 2016   18:47 Diperbarui: 9 Juni 2016   21:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemajuan teknologi dibidang telekomunikasi dewasa ini sangat mempermudah segala kegiatan manusia di segala aspek penunjang kehidupan, dengan adanya kemajuan dibidang telekumunikasi manusia dapat memenuhan kebutukan akan informasi yang berkembang, hiburan bahkan sampai mencari tugas-tugas perkuliahan. Kemajuan telekomunikasi telah mendorong banyak sekali media-media berkembang mulai dari medai cetak maupun media elektronik sepeti radio, televisi bahkan sampai internet. Salah satu media yang sangat populer diantara media-media yang ada adalah media  televisi. 

Media televisi merupakan penggabungan antara teknik audio dan visual sehingga pembentukan pesan oleh media televisi sangat menyedot perhatian khalayak, televisi telah menjelma menjadi media yang sangat populer di dunia dan televisi sekarang ini bukanlah barang yang mewah lagi bahkan faktanya dalam satu rumah saja dapat memiliki lebih dari satu televisi. 

Sekarang televisi bukan hanya sebagai media penyampai informasi saja bahkan dapat membentuk perilaku pemirsanya baik kearah positif maupun ngatif. Banyak sekali acara-acara yang disuguhkan oleh media televisi mulai dari sinteron, komedi, acara musik bahankan sampai acara yang menampilkan adegan-adegan kekerasan.

Masih segar dalam ingatan kita bagimana acara-acara televisi dapat mempengaruhi perilaku permisanya. Seperti salah satu contoh nyata yang pernah terjadi di negri ini sekitar beberapa tahun yang silam yakni dengan adanya tayangan Smack Down yang saat itu menjadi topik utama pemberitaan karena banyak sekali anak kecil terutama dari tingkata sekolah dasar meniru adegan demi adegan yang disajikan dalam acara tersebut. Dan acara tersebut mendapat banyak kecaman dari berbagai pihak dan alhasil acara itupun ditutip. 

Melalui tayangan ini seolah-olah kegiatan perkelahian/pergulatan adalah hal yang biasan untuk dilakukan dan hal itu mudah untuk dituru siapapun. Atas dasar itulah banyak sekali anak keci yang meniru adegan tersebut. Dan bukan hanya acara itu saja sebutsaja acara komedia yang banyak menampilkan kegiatan pembullyan. Kita diajarkan untuk menghina fisik orang lain dengan kata-kata yang tidak pantas untuk dikeluarkan contohnya seperti: “ Muka lo kayak sempak” atau “Muka lo kayak daki monyet” kata-kata seperti itu sunggulah tidak pantas untuk dikeluarkan apalagi dalam acara ini disiarkan secara langsung. Dari acara itu seolah-olah kegiatan membully orang lain adalah hal yang biasa dilakukan dan hal itupun menjadi trend di masyarakat. Dan jangan lupakan masih ada banyak lagi acara-acara serupa yang dimuat oleh televisi.

Dari kasus diatas dapat menjadi pelajaran bagi para orang dewasa agar dapat memperhatikan tayangan apa saja yang disaksikan oleh buah hati dan apakah tanyangan tersebut cocok untuk usia buah hati kita? Seharusnya kita sebagai orang dewasa menjadi lebih peka dan kritis akan acara-acara yang tidak bermutu/berkualitas yang disiarkan televisi. Dan hal ini membuat benak penulis bertanya-tanya dimanakan regulasi pemerinah melalui lembaga terkait yaitu KPI? Apakah perlu adanya desakan dari masyarakat dulu baru surat teguran akan dilayangkan? Apakah menungu adanya protes serta petisi dulu baru acara tersebut dapat di stop penayangannya?.

Mungkin pernah ada penyetopan pada beberapa acara. Dan apakah hal itu dapat menjamin acara dengan konsep yang sama tidak muncul kembali ?

Banyak penulis jumpai acara yang telah di stop penayangannya muncul kembali dengan nama yang sama serta konsep acara yang sama dan tinggal ditambah dengan kata “BUKAN” atau “MASIH” pada judul acara tersebut.

Well guys kita sekarang di era globalisasi dan kemajuan teknologi disegala bidang terus dituntut kepekaan dan terus kritis, sekian dulu tulisan ini penulis buat jangan lupa sempatkan waktu untuk mengomentari dan memberikan saran terkait tulisan saya ini.

Terima Kasih telah menyempatkan untuk membacanya.

Salam hangat dari penulis.............................................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun