Pembelengguan atas kebebasan perempuan terjadi di sebabkan oleh karena adanya stereotype atau label yang menyatakan bahwa wanita berletak pada tempat di bawah pria. Wanita bersimbol kelemahan fisik, lemah dan perasa.
Berasal dari mana label buruk atas rupa wajah perempuan ini. Konstruksi atau bangunan sosial itulah penyebab utamanya. Bangunan sosial yang dibangun oleh orang-orang yang merasa diri superior dan terkuat. Itulah dunia laki-laki atau maskulin yang berlawan feminin.
Bagaimana memulai perlawanan terhadap stereotype yang menyudutkan kaum ibu dan perempuan tersebut; adalah melakukan sebuah perbuatan, tindak merubah bangun konstruksi tersebut. Pelan atau cepat melakukan sebentuk perlawanan atas dominasi maskulin atas feminin yang sifat-sifatnya diterima kita sebagai sadar atau tidak.
Bahwa pemberontakan perempuan tidak berwujud tangis saja. Bahwa di negara ini boleh jadi adalah awal sejarah gerakan persamaan atas nasib perempuan tersebut boleh bermula, ada kemiripan situasi konteks. Seperti halnya rintisan awal sejarah diperingati hari 8 Maret 1857 di Kota New York, Negara bagian Amerika Serikat.
Oleh sebab Clara Zetkin yang membarakan kembali peringatan Women's Day International di Kopenhagen Denmark 1911, setelah sebelumnya menghilang setelah dasawarsa 1910 dan 1920 tidak ada. Kemudian disongsong oleh gerakan feminisme yang marak di dunia pada tahun 1960-an hingga PBB mengakuinya sejak 1975.
Berakhirlah sejenak tulisan saya ini....
Buat ibu pertiwi yang sedang bersusah hati, also for my mother who was cooking in the kitchen, Happy International Women's day 8/3/2011. Semoga berarti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H