Pada akhirnya media online kini begitu banyak, merebak seperti jamur di musim hujan. Kompetisinya tajam, dan untuk wartawan senior seperti saya mulai kedodoran dalam kecepatan. Mungkin seperti Ronaldo yang sudah menurun performanya karena usianya sudah senja di dunia sepakbola.
Pada akhirnya saya perlu memilih bidang yang lebih optimal yakni menulis buku. Meski saya memiliki media online, menulis buku atau majalah lebih cocok karena ritmenya lebih lambat dibandingkan menulis berita online.
Saya mulai berlatih menulis buku di wattpad untuk menularkan ilmu tentang jurnalistik. Kemudian, saya mulai terlibat menulis  buku yang diterbitkan Kementerian. Saya berkolaborasi dengan kawan-kawan untuk menulis berbagai buku.Â
Menulis buku di usia tua lebih cocok untuk saya.Iramanya lebih lambat, dan penulisannya cenderung lebih mendalam dibandingkan menulis berita online. Ketika menulis buku, saya memikirkan tema dan meramunya untuk menjadi bacaan yang utuh, tidak terpotong-potong.
Saya juga akhirnya menyadari bahwa di luar sana banyak ide-ide cemerlang yang bisa ditampung dalam sebuah buku tapi kurang menarik sebagai konten media online atau konten medsos.
Puluhan kali saya mewawancarai sumber-sumber di daerah dalam pengumpulan bahan untuk menulis buku. Para guru, kepala sekolah banyak yang memiliki ide, dan kreativitas yang bisa diangkat untuk menjadi contoh orang lain. Ide mereka bukan yang heboh atau viral tapi sangat berarti.
Saya juga melihat banyak profil di daerah yang pantas untuk ditulis dalam sebuah buku untuk menjadi warisan anak cucu. Jika ide dan gagasan serta karya mereka ditulis dalam sebuah buku, maka akan lahir ribuan buku.Â
Banyak sekali karya-karya tulis para dosen dan doktor yang bisa ditulis secara sederhana agar bisa ditangkap oleh orang pada umumnya.Â
Jika kita menggunakan pendekatan komersial, tidak akan banyak orang bersedia menulis dan menerbitkan buku seperti itu.Â
Beberapa buku yang saya tulis memang tidak murah. Buku-buku itu ditulis atas anggaran kementerian. Tali tidak semua kementerian menempatkan penulisan buku sebagai prioritas. Padahal di Kementerian banyak ide, karya yang pantas ditulis dengan bentuk yang populer agar bisa dibaca orang awam. Bukan dalam bentuk laporan proyek yang sulit ditangkap hikmahnya. Â
Menurut saya perlu kolaborasi negara dan swasta untuk menerbitkan buku berisi karya-karya nyata dari anak bangsa di seluruh Indonesia. Kolaborasi adalah kuncinya.Â