Mohon tunggu...
Rihad Wiranto
Rihad Wiranto Mohon Tunggu... Penulis - Saya penulis buku dan penulis konten media online dan cetak, youtuber, dan bisnis online.

Saat ini menjadi penulis buku dan konten media baik online maupun cetak. Berpengalaman sebagai wartawan di beberapa media seperti Warta Ekonomi, Tempo, Gatra, Jurnal Nasional, dan Cek and Ricek.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Sudah Membantah, Mengapa Mahasiswa Masih Demo?

11 April 2022   16:25 Diperbarui: 11 April 2022   16:39 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo mahasiswa di DPR 11 April 2022 (IG bem_si)

Kemudian tuntutan tentang tambahan masa jabatan presiden juga sudah dibantah Jokowi dua tahun lalu. Presiden bahkan curiga pihak yang mengusulkan wacana itu justru ingin menjerumuskannya. "Kalau ada yang usulkan itu, ada tiga (motif) menurut saya, ingin menampar muka saya, ingin cari muka, atau ingin menjerumuskan. Itu saja," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12/2019).

Mengapa masyarakat tidak percaya dengan bantahan yang sudah disampaikan Presiden Jokowi sendiri? Jawabnya adalah karena faktor sejarah. Kasus ini serupa dengan kejadian saat para menteri untuk memilih kembali Presiden Soeharto menjadi Presiden pada 1998. Ada indikasi, Suharto ingin berhenti jadi Presiden, tapi tokoh penting saat itu, Harmoko, mendesak Soeharto menjadi presiden lagi. 

 

"Bapak Soeharto masih pantas memimpin negara ini dan rakyat mengharapkan Bapak Soeharto untuk bersedia menjadi presiden berikutnya," ucap Ketua Umum Partai Golkar Harmoko saat bertemu Presiden Soeharto jelang pemilihan presiden 1998.

Percakapan itu terekam dalam buku Jejak kudeta 1997-2005, Catatan Harian Letnan Jenderal (Purn) TNI Djadja Suparman.

Harian Kompas mencatat pimpinan 5 fraksi MPR RI sowan ke Cendana pada 8 Maret 1998, pada saat sidang berjalan di MPR. Singkat cerita, MPR kembali memilih "The Smiling General" sebagai presiden pada 10 Maret. Dia pun dilantik pada hari berikutnya.

Tak lama kemudian demo mahasiswa merebak. Yang unik, Harmoko menjadi sosok yang paling keras meminta Soeharto  turun dari jabatan.

 

"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," ucap Harmoko pada jumpa pers di Kompleks Parlemen, Jakarta, 18 Mei 1998. Soeharto kemudian mundur dari jabatan presiden.

Meskipun situasinya sudah sangat berbeda dibandingkan zaman Soeharto, ada kekhawatiran penolakan Jokowi untuk menjadi presiden tiga periode tidak cukup. Inilah yang membuat mahasiswa tetap ingin memastikan bahwa wacana tiga periode masa jabatan Presiden dihentikan. 

Sumber tulisan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun