Para perusahaan pemasang iklan sudah bisa memetakan secara akurat kualitas media. Antara lain pemasang iklan memiliki mesin untuk mengukur berapa banyak pembacanya.Â
Perilaku pembaca bisa diukur dengan beberapa indikator dari yang sederhana hingga canggih. Yang sederhaa bisa dilihat dari tayangan halaman, duras sesi, rasio pantulan, halaman per sesi dan sebagainya. Pengukuran canggih lainnya bisa mengukur apakah pembaca sebuah media sesuai dengan sasaran iklan atau tidak. Â
Tapi secara umum, pemasang iklan akan suka dengan media yang memiliki banyak pembaca. Di sinilah yang menyebabkan wartawan terdorong membuat berita viral agar dibaca banyak orang. Salah satu caranya mereka membuat judul yang klikbait.Â
Mereka akan semakin terdorong untuk membuat berita viral, jika pendapatan mereka (gaji, tunjangan, binus) juga ditentukan oleh jumlah views atas berita yang mereka tulis. Ibaratnya bayaran mereka akan semakin besar jika beritanya viral.
Dalam media online, cara kerja redaksi cenderung instan. Wartawan termasuk yang belum berpengalaman kadang memiliki akses langsung untuk upload berita Atau kalau pun lewat redaktur, kesempatan untuk memeriksa berita makin sempit.Â
Sangat disayangkan jika kontrol terhadap konten di media mainstream mengendur. Saya melihat, masyarakat sedang menengok kembali ke media mainstream untuk mencari kebenaran informasi. Jika media besar tidak lagi bisa dipercaya, ke mana kepercayaan masyarakat akan berlabuh?
Di sinilah tanggung jawab media menjadi penting. Pada akhirnya masyarakat akan melihat media dari kredibilitas berita mereka dalam jangka panjang. Media yang pandai membuat judul tapi isinya tak berkualitas akhirnya akan ditinggal pembaca.Â
Karena itu Indonesia sebenarnya hanya memerlukan media yang memiliki kredibilitas. Saya percaya, Indonesia tidak butuh media banyak, yang diperlukan adalah media yang memiliki kredibilitas.
Masa depan media pemberitaan akan ditentukan oleh ada tidaknya kepercayaan masyarakat kepada mereka.Â
Jangan lupa, media sosial yang umumnya dikuasai perusahaan asing juga mulai mengatur informasi dan pembuat konten. Berbagai peraturan dibuat untuk membatasi para pembuat hoaks.Â
Jadi media massa pemberitaan juga harus memiliki penyaring ketat di masing-masing meja redaksi. Dengan begitu, para pembuat berita hoaks tidak menyusup ke ruang redaksi.Â