Mohon tunggu...
Rihad Wiranto
Rihad Wiranto Mohon Tunggu... Penulis - Saya penulis buku dan penulis konten media online dan cetak, youtuber, dan bisnis online.

Saat ini menjadi penulis buku dan konten media baik online maupun cetak. Berpengalaman sebagai wartawan di beberapa media seperti Warta Ekonomi, Tempo, Gatra, Jurnal Nasional, dan Cek and Ricek.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Link and Match Diterapkan di Pendidikan

15 November 2019   07:07 Diperbarui: 15 November 2019   07:08 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ulangi lagi, tujuan dari link and match adalah  untuk menghubungkan konten pendidikan dengan solusi atas masalah yang ada di lingkunganya. Kembali kepada transportasi sungai, di sana banyak sekali konten-konten yang terkait, seperti seluk beluk sungai, teknik membuat mesin kapal, penerapan aplikasi tiket, pengadaan alat pengaman, sistem rute, dan banyak lagi. Pada siswa yang ada di wilayah dengan transportasi sungai sebagai andalan, mereka harus dirangsang untuk memahami masalah yang ada dan merumuskan solusinya melalui konten pembelajaran.

Secara umum, link and match ini bisa diberlakukan dari level PAUD hingga universitas. Tentu kontennya disesuaikan dengan level pendidikan masing-masing.  

Seorang Nadiem Makarim, Mendikbud, yang berasal dari dunia bisnis, pasti sangat akrab  dengan dua kata kunci yakni "masalah dan solusi". Seorang bisnisman menemukan ide bisnis dari   masalah  yang dihadapi masyarakat, lalu ia memberi solusinya. Dua kata kunci itu  merupakan rumus sakti yang selalu saya temui ketika mengikuti training bisnis beberapa kali. 

Kesimpulannya, pendidikan harus menyatu dengan lingkungan. Siswa harus dilatih sejak dini untuk mengamati masalah yang ada di sekitarnya, kemudian  mereka dirangsang mencari solusi. Konsep ini jauh lebih luas dibandingkan bersekolah untuk mendapatkan ijazah dalam rangka melamar ke perusahaan atau kantor.  

Sekian dulu dari saya, Rihad Wiranto 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun