Mohon tunggu...
Rihad Wiranto
Rihad Wiranto Mohon Tunggu... Penulis - Saya penulis buku dan penulis konten media online dan cetak, youtuber, dan bisnis online.

Saat ini menjadi penulis buku dan konten media baik online maupun cetak. Berpengalaman sebagai wartawan di beberapa media seperti Warta Ekonomi, Tempo, Gatra, Jurnal Nasional, dan Cek and Ricek.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pemandu Wisata Berusia Senja, "Antara Derita dan Sengsara"

10 November 2019   08:08 Diperbarui: 11 November 2019   18:41 3536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah pertemuan tidak sengaja dengan pemandu lokasi wisata atau guide di Benteng Marlborough di Bengkulu, pada 4 November 2019. Saat itu sore hari. Saya sebut pertemuan tidak sengaja karena saya memang tidak mencari guide saat berkunjung ke sana.

Pak Andes, begitu ia mengaku, tiba-tiba muncul di sebuah ruangan tempat memajang foto bersejarah. Ia menjelaskan ini dan itu, panjang lebar.

Pak Andes memakai baju putih lengan pendek, celana hitam mirip Jokowi. Rambutnya memutih dan kulitnya sudah kering. Umurnya 66 tahun tapi masih gesit. "Saya sehat karena mondar mandir di sini dari tahun 1992," katanya. Itu berarti dia telah bekerja selama 27 tahun di sana.

Pak Andes mengaku bekerja sebagai guide dalam rangka pengabdian saja. Ia tidak digaji dan bekerja berdasar honor sukarela dari wisatawan. "Saya tidak memasang tarif karena saya memang mengabdi. Saya senang bisa menjelaskan sejarah benteng ini," katanya sambil terus tersenyum. Giginya terlihat masih lengkap.

Dia mengaku hafal sejarah soal benteng yang didirikan Inggris ini. Saya amati, dia lumayan pandai memilih angle cerita. Dia tidak menjelaskan sejarah secara kronologis, tapi memilih topik-topik yang menarik. 

Misalnya dia mengisahkan tentang Presiden Soekarno yang diperiksa di salah satu ruangan di benteng itu.

"Di sana Bung Karno diperiksa," katanya sambil menunjuk sebuah jendela besi mirip jeruji penjara.
"Itu bukan penjara, tapi jendela. Waktu jadi kantor tentara, jendelanya dipasang jeruji," jelasnya.

Pak Andes membuat sebuah analisa dan bantahan atas cerita yang berkembang di masyarakat tentang Bung Karno. Orang mengira Soekarno ditahan di salah benteng. "Itu salah. 

Banyak orang melihat Soekarno datang pagi-pagi dikawal pasukan Belanda masuk benteng. Setelah itu masyarakat pulang ke rumah. Mereka mengira Sukarno ditahan. Sebenarnya dia hanya diperiksa dan pulang ke rumah pengasingan," katanya.

Andes bercerita Soekarno tak pernah kalah berdebat dengan orang Belanda. "Soekarno sangat pandai. Bagaimana tidak pandai, Soekarno keluar dari Bengkulu bukan menderita malaria, dia malah membawa istri," katanya.

Kata Andes, Soekarno dibawa ke Bengkulu oleh Belanda biar ketularan malaria. Soalnya di sana memang malaria menjadi penyakit mematikan. Tapi Sukarno sehat-sehat saja.

Zaman dulu, tentara Inggris banyak yang mati karena malaria. "Makanya di Bengkulu banyak pohon kina untuk mengobati penyakitnya malaria," jelas Andes.

Dia juga bercerita tentang Kampung Keling di sekitar benteng. Kampung itu menjadi tempat penampungan pekerja India yang berkulit hitam.

Benteng Marlborough adalah kantor perdagangan milik Inggris yang menampung kayu manis, cengkeh, lada,dan pala. Akibat banyak pekerja India yang ada di kampung itu, maka terkenal sebagai Kampung Keling, sebutan untuk orang India yang berkulit gelap.

Saya menulis kisah ini bukan untuk menjelaskan sejarah Benteng. Saya hanya mendengar dari Pak Andes saja. Saya akhirnya meminta buku sejarah Benteng kepada Pak Andes. Saya benar-benar meminta, bukan membeli, karena buku itu katanya memang tidak dijual.

Saya menikmati cara bercerita Pak Andes yang justru lebih menarik. Saya menikmatinya dengan sedikit was-was, takut tidak akurat. Tapi saya berpikir, ini piknik, bukan sedang studi banding soal sejarah.

Saya hanya menikmati cara bercerita Pak Andes. Saya bertanya, kenapa ia fasih sekali bercerita? Pak Andes menjawab, dia sering mengisi acara di TVRI Bengkulu dan menjadi pengasuh acara "Warung Bapak-Bapak" di sebuah stasiun radio.

Saya tidak sempat mengecek gelombang radio yang dimaksud. Saya sempat mengecek beberapa program televisi di hotel, ternyata memang ada TVRI Bengkulu. Saya berkunjung ke Bengkulu dalam rangka menulis buku di bidang pendidikan.

dokpri
dokpri
Yang jelas, asyik mendengarkan kisah Pak Andes. Dia bahkan mengisahkan perjalanan hidupnya yang kelam. Istrinya pergi meninggalkannya. Dia hidup sendiri bersama anak-anaknya. Akhirnya terkuak juga, nama Andes adalah singkatan dari "Antara Derita dan Sengsara". Wow saya kaget. Yang saya tahu Andes adalah nama gunung di Peru.

Dia sempat berlinang air mata sedikit di matanya. Tapi saya tersenyum mendengarnya karena dia menjelaskan dengan tegar. Ia pun tertawa ikut berbahagia. "Itu bagian dari hidup. Dijalani saja," kata saya menasehati.

Saya lalu bertanya, mengapa tidak ada guide yang muda? Pak Andes bercerita pernah melatih 4 guide. "Salah satunya menikah dengan orang Spanyol yang datang ke Benteng," kisahnya. Tapi saat celingukan di sekitar lokasi wisata, saya tak melihat guide lain.

Andes juga melempar kritik, karena pembangunan di sekitar benteng tidak satu irama dengan lingkungan. Dulu, orang bisa menyaksikan sunset dari atas genteng. "Tapi akibat banyaknya bangunan di sekitar benteng, sunset tak bisa dinikmati leluasa saat ini," katanya. Pemda seharusnya mengatur soal bangunan-bangunan tersebut. 

dokpri
dokpri
Saya akhirnya teringat niat pemerintah untuk membangun industri wisata yang kuat. Ini adalah tugas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di bawah kepemimpinan Wishnutama Kusubandio dan Angela Tanoesoedibjo.

Mungkin perlu dipikirkan guide yang muda-muda tentu dengan profesionalisme tinggi. Profesionalisme guide perlu ditingkatkan bukan sebagai kerja sampingan. Kadang turis waswas kalau akan menggunakan guide. Hal itu terjadi karena tidak ada "trust" kepada guide. Sebenarnya, asyik juga mendengar guide yang cakap bercerita, lucu, dan jujur.

Sekian dulu dari saya, Rihad Wiranto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun