Tahun 2024 tinggal sembilan puluh hari menuju penghujung tahun dan tahun baru 2025. Apakah resolusi hidupmu di tahun ini sudah tercapai? Lalu, apakah kamu sudah memiliki rencana untuk merayakan tahun baru?
Perayaan malam tahun baru merupakan salah satu hari yang dinanti oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada malam tersebut, masyarakat Indonesia akan berkumpul bersama keluarga, teman atau orang terdekat untuk mengadakan acara khusus seperti makan bersama, menonton pertunjukkan kembang api, atau sekadar mengobrol bersama.
Namun, tahukah kamu jika perayaan tahun baru sudah berlangsung sejak zaman Belanda? Bahkan, menurut catatan dari beberapa surat kabar masa tersebut, hari perayaan tahun baru ditetapkan sebagai salah satu hari libur atau tanggal merah.
Menurut catatan surat kabar De Indische Courant edisi 8 Januari 1935, perayaan tahun baru di tahun tersebut berlangsung cukup spesial. Pasalnya, perayaan tahun di tahun tersebut berlangsung selama satu bulan penuh.
Dilansir dari javapost.nl, tahun baru 1935 disambut dengan harapan baru dan niat baik sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, baru satu minggu setelah perayaan tahun baru masehi, mereka menyaksikan perayaan tahun baru pribumi pada tanggal 8 Januari.
Perayaan tahun baru pribumi berlangsung meriah seperti biasa. Berbagai jenis kue, pakaian, dan bahan-bahan khusus mengiringi pesta masyarakat pribumi.
Pada malam menuju tanggal 8 Januari masyarakat pribumi banyak berkumpul di masjid-masjid dan menyalakan kembang api. Salah satu masjid yang dicatat dalam surat kabar De Indische Courant adalah masjid besar di Ngampel.
Tahun itu cukup unik bagi Hindia Belanda, karena tahun baru Eropa baru saja dirayakan pada 1 Januari 1935 di minggu terakhir bulan puasa dan satu minggu setelahnya tahun pribumi juga dirayakan.
Tidak berhenti sampai di situ, sekitar dua minggu setelahnya Tahun Baru Imlek juga dirayakan. Fenomena tersebut pun dicatat sebagai festival kembang api rakyat yang tidak berkesudahan.
Dilansir dari surat kabar De Sumatra Post edisi 6 Maret 1935, Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri kala itu dikenal oleh orang Belanda sebagai 'Inlandsch Nieuwjar' atau 'Tahun Baru Pribumi.'