Ini adalah sekelumit cerita tentang beratnya bersikap ikhlas, bersikap ridho, dan bersikap sepakat akan keputusan bersama, di atas segala ambisi dan egoisme yang ada di dalam jiwa individu. Mendaki gunung adalah sebuah cita-cita saya sejak tiga bulan lalu, sebelum saya berangkat menunaikan tugas magang kerja semester 7 di Pacitan. Istilahnya, saya ingin sekali ada sesuatu yang baru dalam impian travelling saya, tidak hanya melulu pantai, tapi juga ingin mendaki gunung. Hingga, terbersit dalam pikiran saya untuk mengajak kawan-kawan seperjuangan mendaki gunung bersama dengan suatu nama yang menjadi identitas kami. Tak tanggung-tanggung, kami sepakat untuk mendaki Gunung Semeru, gunung tertinggi di tanah Jawa. Singkat cerita, sebulan sebelum pendakian saya membentuk sebuah komunitas adventure sebagai wadah pelampiasan hobi kami dan sebagai identitas kami, dan dinamakan d-projecture alias Departemen Project Adventure yang sejarahnya bisa dilihat di sini. Mengapa kami nekad langsung memilih Gunung Semeru sebagai gunung pertama kami? Mengapa tidak pemanasan dulu mendaki Gunung Panderman di Batu, atau Gunung Penanggungan di Tretes? Kami sepakat, karena kami ingin langsung belajar kepada sang "empunya" gunung, Gunung Semeru itu sendiri yang memiliki trek lengkap dan berat. Kami ingin melatih sejauh mana kemampuan kami mendaki gunung setelah melakukan persiapan fisik seadanya dan persiapan logistik secukupnya. Hingga, tibalah hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 2012, dengan tim yang beranggotakan lima orang, yaitu saya sendiri, Mas Kurniawan, Muchlis, Anggrek, dan Uqi, berangkat ke Ranu Pani dengan bersepeda motor.
Warung Maha Meru di Pasar Tumpang
Sabtu, 13 Oktober 2012 Kampus - Tumpang - Ranu Pani Kami berangkat dari kampus kami, Universitas Brawijaya, sekitar pukul 07.30 WIB. Setelah menempuh 1 jam perjalanan, kami sampai di Pasar Tumpang untuk mampir sarapan sejenak di sebuah warung bernama "Mahameru". Nasi Rawon dan Pecel yang hangat, ditemani segelas es teh cukup mengisi perut kami yang kosong. Seusai sarapan kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju kantor SPTN II Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) di Tumpang, untuk mengurus surat izin pendakian. Mengenai kelengkapan administrasi apa saja yang harus diserahkan saat pengurusan izin pendakian Gunung Semeru, bisa dibaca di artikel ini. Setelah menempuh perjalanan yang menanjak dan curam, ditambah beratnya carrier-carrier kami, akhirnya kami sampai di basecamp Ranu Pani sekitar pukul 13.00 WIB. Segera kami melapor ke Pak Ningot Sinambela, salah satu petugas di TNBTS yang cukup dikenal dan menunaikan sholat di musholla. Pukul 13.30 WIB, kami mulai berjalan memulai langkah pendakian pertama kami di gunung ini.
Di tengah perjalanan menuju Ranu Pani
Basecamp sebelum memulai pendakian Ranu Pani - Landengan Dowo - Pos I Perjalanan dimulai dengan menyusuri turunan jalan beraspal lalu berjalan melewati gerbang masuk pendakian, diteruskan berjalan ke arah kiri menuju bukit, jika turun ke kanan menuju lahan pertanian warga. Sekitar 45 menit berjalan kami sampai di Pos Landengan Dowo, sekitar 3 km dari Ranu Pani. Jujur, jalan menuju pos Landengan Dowo ini lumayan menanjak dan kadang naik, yang cukup menguji mental kami sebagai pendaki pemula. Setelah berisitirahat 5 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos I. Sekitar 45 menit berjalan, sampai juga kami di Pos I. Di sinilah bermula peristiwa yang cukup membuat kami was-was, karena Mas Kurniawan mengeluh dadanya agak sesak. Cukup lama kami di Pos I, menyaksikan para pendaki lain berlalu lalang meninggalkan kami. Sampai tibalah tiga orang yang ternyata kawan kami di kampus, mereka adalah Harpa, Nita, Ijo yang juga berniat muncak ke Semeru. Akhirnya kami sepakat bergabung menjadi satu tim, dan tas carrier Mas Kurniawan dibawa bergantian oleh Muchlis dan Uqi. Kami menuju Pos II.
Kakak beradik Mas Kurniawan dan Anggrek
(Istirahat di Landengan Dowo)
Bersama tim D-Projecture
Nita, Harpa, dan Ijo
Foto bersama sebelum pindah camp ke sisi barat Ranu Kumbo
Ranu Kumbolo, 2400 mdpl
Tanjakan Cinta
Di ujung Tanjakan Cinta