Begitu banyak contoh-contoh dari jual beli ma’dum pada masa sekarang ini sehingga kita kadang kalanya secara tidak sengaja dan tidak langsung berhubungan atau bahkan melakukan transaksi jual beli yang dilarang seperti jual beli ma’dum, jual beli gharar dan lain-lain. Oleh karena itu kita harus bisa memilah-milah transaksi mana yang akan kita lakukan, sehingga kita dapat terhindar dari transaksi-transaksi yang tidak diperbolehkan oleh syariah Islam. Kita juga harus mempelajari hukum-hukum dari transaksi yang dilarang oleh syariat Islam.
Dalam jual beli harus ada serah terima antara peenjual dan pembeli kemudian antarodlin minkum seperti terdapat dalam ayat Al-Qur’an berikut:
ﻴٰﺎ َﻴُّﻬَﺎﺍﻠّﺬِﻴْﻦَ ﺍٰﻤَﻨُﻭﺍ ﻻَﺘﺄﻜُﻠﻭﺍ ﺍَﻤْﻮَﺍﻠَﻜُﻢْ ﺒَﻴْﻨَﻜُﻢ ﺒِﺎ ﻠْﺒَﺎﻄِﻞِ ﺍِﻻﱠ ﺃﻦْ ﺘَﻜُﻮﻦَ ﺘِﺠَﺎﺮَﺓً ﻋَﻦْ ﺘَﺮَﺍﺾٍ ﻤِّﻧْﻜﻢْ ﻮَﻻَﺘَﻘﺘﻠﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢۚ ﺇﻦﺍﷲ ﻜﺎﻦﺑﻜﻢ ﺮﺤﻴﻤﺎ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh diri kamu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang Kepadamu.”
Jadi tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Jika transaksi jual beli yang mana barangnya belum ada maka pihak pembeli akan merasa ditipu, tapi dengan perkembangan zaman sekarang ada jual beli seperti itu yang diperbolehkan seperti contoh di atas yaitu jual beli as-salam yang mana jual beli salam merupakan jual-beli barang yang belum ada, dan ini merupakan pengecualian dari larangan menjual sesuatu yang belum ada dikarenakan terdapat dalil dalam Al-Qur’an yang memperbolehkan jual beli salam yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al Baqarah: 282)
Adapun dalil ijma’ (kesepakatan para ulama) sebagaimana dinukil oleh Ibnul Mundzir. Beliau -rahimahullah- mengatakan,
أجمع كلّ من نحفظ عنه من أهل العلم على أنّ السّلم جائز
“Setiap ulama yang kami mengetahui perkataannya telah bersepakat (berijma’) tentang bolehnya jual beli salam.”
Jual beli salam dibolehkan berdasarkan kaedah syariat yang telah disepakati. Jual beli semacam ini tidaklah menyelisihi qiyas. Sebagaimana dibolehkan bagi kita untuk melakukan pembayaran tertunda, begitu pula dibolehkan barangnya yang diserahkan tertunda seperti yang ditemukan dalam akad salam, dengan syarat tanpa ada perselisihan antara penjual dan pembeli.