Mohon tunggu...
Rifqoh Roziah
Rifqoh Roziah Mohon Tunggu... mahasiswa -

masih dalam proses menjadi seseorang yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Buta Aksara

1 November 2015   06:12 Diperbarui: 4 April 2017   17:44 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sudah merdeka, tapi masih saja ada warga negaranya yang menderita karena buta huruf/buta aksara. Apa sih pengertian buta huruf? Buta aksara/buta huruf adalah ketidakmampuan membaca dan menulis. Dapat membaca dan menulis adalah dapat membaca surat/kalimat sederhana/dapat membaca dan menulis huruf braile. Orang cacat yang pernah bisa membaca dan menulis digolongkan dapat membaca dan menulis.

               

Kemampuan baca tulis dianggap sangat penting guna melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang , hal ini berkaitan langsung dengan bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensi, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.

 

                Banyak analisis kebijakan menganggap kemampuan baca tulis adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia disuatu daerah. Dan pada umumnya orang-orang yang mampu baca tulis memiliki status sosial, kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik. Berdasarkan sebuah penelitian, orang-orang yang menyandang buta aksara/buta huruf lebih tertinggal dan lebih terbelakang daripada orang-orang yang pandai dan bisa membaca.

 

                Oleh karena itu, apabila suatu masyarakat suatu bangsa makin tertinggal dari bangsa lain. Maka bisa dikatakan pembangunan negara tersebut juga masih tertinggal dari negara lain.

 

                Buta huruf yang ada di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajaha. Pihak penjajah sebenarnya memang sengaja agar rakya Indonesia menjadi lebih terbelakang dan bodoh-bodoh. Pada masa itu tidak ada sekolah untuk rakyat yang bukan keturunan ningrat. Sehingga rakyat Indonesia yang miskin tidak sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengenyam pendidikan dan terjadilah buta huruf. Hal ini sama sekali tidak mengguntungkan rakyat Indonesia sendiri, karena penjajah semakin lama menduduki/menjajah Indonesia.

 

                Menurut pengamat sosial kemasyarakatan Universitas Sebelas Maret, Prof Dr Sodiq A Kuntoro menegaskan disamping faktor kemiskinan baik struktural dan absolut, penyebab buta aksara juga dipengaruhi oleh masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Menurut beliau lagi, adanya krisis multidimensional ini sangat mempengaruhi usaha pemerintah untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun. Setiap tahun hampir 1 juta anak terancam putus Sekolah Dasar, dalam waktu 6 tahun terakhir rata-rata putus sekolah sebanyak 761.366anak dari seluruh jumlah siswa Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 25.729.254 anak di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun