Jika manusia berhasil "Hidup Abadi" dengan Sains dan Teknologi, bagaimana Konsep "Ajal" atau Takdir Kematian dalam Agama?
Di masa depan, agama mungkin sudah tidak relevan, orang-orang beragama "believer" saat itu sama asingnya dengan atheis saat ini, bahkan mungkin kata Atheis hilang dari peradaban seiring hilangnya istilah Theis itu sendiri.
Perpspektif agama memberikan gambaran cukup jelas namun potensial untuk diperdebatkan seputar Ajal atau waktu kematian setiap mahluk yang bernyawa, termasuk Manusia. Agama menguraikan bahwa kematian adalah semacam ketentuan atau Hukum Alam yang tidak bisa dibantah atau ditawar-tawar.
Meski banyak aliran yang memberikan "Makna" berbeda tentang kematian, tapi secara umum, kematian diartikan sebagai "Hilangnya nyawa dari jasad mahluk hidup".
Atau kematian diartikan sebagai terganggunya "Proses" aktivitas sebagian atau keseluruhan sel-sel dalam tubuh yang berakibat pada terputusnya semacam jaringan penghubung antar sel, ini bisa karna penyakit atau kecelakaan. Secara empiris, begitulah kira-kira bagaimana sesuatu yang bernyawa bisa mengalami kematian.
Saya, termasuk salah satu dari ribuan atau jutaan orang yang percaya bahwa Manusia bisa melawan Kematian, atau Manusia bisa hidup abadi dengan kemajuan Sains dan Teknologi. Ini cukup rasional, mengingat Kematian hanyalah sebatas "Proses".
Artinya jika seseorang tidak mengalami "Proses" tersebut, maka dia tidak akan mati. Jadi, yang mungkin bisa dilakukan oleh Manusia dimasa depan nanti adalah semacam menghambat "Proses" itu dengan beragam teknis dan metode, dan ini benar-benar "Mungkin".
Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi?
Selama ini, yang kita pahami adalah bahwa benda-benda hidup seperti organisme atau tubuh manusia yang didalamnya memuat trilyunan komponen, sel-sel, dll adalah mesin (bio-tech) yang bergerak secara 'otomatis' terus menerus tumbuh dan berkembang, sementara "Tumbuh dan Berkembang" mempunyai batasan, batasan inilah yang menjadi salah satu dari puluhan penyebab kematian, misalnya penuaan atau penyakit atau juga kecelakaan.
Maka, "Batasan" ini suatu saat akan direkayasa secara genetis yang bisa saja menyebabkan sel-sel dalam tubuh manusia meregenerasi atau berhenti tumbuh tetapi tetap berkembang dan tidak mengalami penuaan. Ini dilakukan jika kematian yang dimaksud adalah seperti "Proses".
Tetapi akan berbeda, jika "Kehidupan Abadi" adalah upaya mempertahankan "Identitas" seseorang, atau semacam Reinkarnasi Biologis dengan cara memindahkan atau menyimpan Otak seseorang untuk melindungi informasi di dalamnya, termasuk "Pikiran", misalnya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan Kriyonik di Rusia, KriyoRus yang meyakini bahwa otak samahalnya dengan perangkat computer yang isinya bisa dibekukan dan kembali dibuka di masa depan dengan mentransplantasikan pada tubuh yang baru, mungkinkah? Ya. Mungkin saja, sejarah manusia telah membuktikan beberapa hal mustahil yang dulu tidak mungkin bisa dilakukan, dimasa sekarang malah bisa dan terjadi.
Jika dilihat "Cara Kerja Kematian" adalah karna beberapa penyebab, maka "Penyebab" kematian bisa dihindari sedemikian rupa, termasuk dengan melalui Rekayasa Genetis, Transplantasi, Donor, atau isitilah medis yang lain.
Kemudian, bagaimana dengan Takdir dan Ajal?
Ini sebenarnya yang menjadi bahasan, arti dan cara kerja kematian di awal adalah sebagai pengantar atau pondasi penggalian makna "Proses Kematian", karna Takdir dan "Ajal" (Batas hidup yang ditentukan Tuhan) adalah sebuah "Istilah".Â
"Istilah" ini di masadepan nanti, jika manusia berhasil "Hidup Abadi" pasti akan mengalami perubahan makna dan persepsi, bisa jadi "Takdir" secara fundamental dimaknai sangat berbeda oleh orang-orang dimasa depan.
Takdir, saat ini dapat dipahami sebagai "Sebuah ketetapan" atau "ketentuan" yang diyakini sebagai "sesuatu yang mau tidak mau harus dilalui oleh manusia dan secara sadar manusia harus menerima ketentuan itu" tanpa bisa melawannya, seperti misalnya "Kematian" yang dimaknai sebagai "Sebuah Takdir" atau secara universal bisa disebut "Alamiah"
Dimasa depan, dimana kematian menjadi "hal yang tidak pasti" atau manusia punya hak untuk memilih "Mati" atau "Terus Hidup", kematian akan menjadi "Sebuah Pilihan", artinya, manusia bisa memilih dan menentukan sendiri, kapan dan bagaimana akan mati.
Karna itulah kemudian makna "Takdir Kematian" mengalami semacam perluasan makna, akan tetap dipahami sebagai lawan kata dari Hidup, dan tetap akan mengalami kematian sekalipun manusia telah hidup ribuan tahun lamanya.
Saat ini, kita masih bisa menebak usia maksimal umat manusia, mulai dari 60 hingga 100 Tahun. Dimasa depan, manusia bisa hidup lebih dari 500 tahun seperti cerita orang-orang suci jaman dahulu yang bisa hidup hingga 900 tahun. Tapi tetap saja, karna ia manusia, kejenuhan atau pasti ada hal-hal lain yang membuatnya ingin merasakan mati, sekalipun mungkin bisa hidup kembali setelah ia mengalami kematian.
Yang beda dari kematian manusia saat ini dan di masa yang akan datang hanya pada perkara "Mengetahui waktunya atau tidak". Tetap manusia akan merasakan Mati, karna Mati bukan lagi takdir, melainkan Pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H