Mohon tunggu...
Rifqiyudin Anshari
Rifqiyudin Anshari Mohon Tunggu... Buruh - Independent, Bebas dan Merdeka

rifqiyudinanshari@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bagaimana Konsep Takdir Kematian Jika Manusia Berhasil Hidup Abadi?

23 Februari 2024   11:43 Diperbarui: 23 Februari 2024   11:50 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://zenitech.co.uk/

Jika manusia berhasil "Hidup Abadi" dengan Sains dan Teknologi, bagaimana Konsep "Ajal" atau Takdir Kematian dalam Agama?

Di masa depan, agama mungkin sudah tidak relevan, orang-orang beragama "believer" saat itu sama asingnya dengan atheis saat ini, bahkan mungkin kata Atheis hilang dari peradaban seiring hilangnya istilah Theis itu sendiri.

Perpspektif agama memberikan gambaran cukup jelas namun potensial untuk diperdebatkan seputar Ajal atau waktu kematian setiap mahluk yang bernyawa, termasuk Manusia. Agama menguraikan bahwa kematian adalah semacam ketentuan atau Hukum Alam yang tidak bisa dibantah atau ditawar-tawar.

Meski banyak aliran yang memberikan "Makna" berbeda tentang kematian, tapi secara umum, kematian diartikan sebagai "Hilangnya nyawa dari jasad mahluk hidup".

Atau kematian diartikan sebagai terganggunya "Proses" aktivitas sebagian atau keseluruhan sel-sel dalam tubuh yang berakibat pada terputusnya semacam jaringan penghubung antar sel, ini bisa karna penyakit atau kecelakaan. Secara empiris, begitulah kira-kira bagaimana sesuatu yang bernyawa bisa mengalami kematian.

Saya, termasuk salah satu dari ribuan atau jutaan orang yang percaya bahwa Manusia bisa melawan Kematian, atau Manusia bisa hidup abadi dengan kemajuan Sains dan Teknologi. Ini cukup rasional, mengingat Kematian hanyalah sebatas "Proses".
Artinya jika seseorang tidak mengalami "Proses" tersebut, maka dia tidak akan mati. Jadi, yang mungkin bisa dilakukan oleh Manusia dimasa depan nanti adalah semacam menghambat "Proses" itu dengan beragam teknis dan metode, dan ini benar-benar "Mungkin".

Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi?

Selama ini, yang kita pahami adalah bahwa benda-benda hidup seperti organisme atau tubuh manusia yang didalamnya memuat trilyunan komponen, sel-sel, dll adalah mesin (bio-tech) yang bergerak secara 'otomatis' terus menerus tumbuh dan berkembang, sementara "Tumbuh dan Berkembang" mempunyai batasan, batasan inilah yang menjadi salah satu dari puluhan penyebab kematian, misalnya penuaan atau penyakit atau juga kecelakaan.

Maka, "Batasan" ini suatu saat akan direkayasa secara genetis yang bisa saja menyebabkan sel-sel dalam tubuh manusia meregenerasi atau berhenti tumbuh tetapi tetap berkembang dan tidak mengalami penuaan. Ini dilakukan jika kematian yang dimaksud adalah seperti "Proses".

Tetapi akan berbeda, jika "Kehidupan Abadi" adalah upaya mempertahankan "Identitas" seseorang, atau semacam Reinkarnasi Biologis dengan cara memindahkan atau menyimpan Otak seseorang untuk melindungi informasi di dalamnya, termasuk "Pikiran", misalnya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan Kriyonik di Rusia, KriyoRus yang meyakini bahwa otak samahalnya dengan perangkat computer yang isinya bisa dibekukan dan kembali dibuka di masa depan dengan mentransplantasikan pada tubuh yang baru, mungkinkah? Ya. Mungkin saja, sejarah manusia telah membuktikan beberapa hal mustahil yang dulu tidak mungkin bisa dilakukan, dimasa sekarang malah bisa dan terjadi.

Jika dilihat "Cara Kerja Kematian" adalah karna beberapa penyebab, maka "Penyebab" kematian bisa dihindari sedemikian rupa, termasuk dengan melalui Rekayasa Genetis, Transplantasi, Donor, atau isitilah medis yang lain.

Kemudian, bagaimana dengan Takdir dan Ajal?

Ini sebenarnya yang menjadi bahasan, arti dan cara kerja kematian di awal adalah sebagai pengantar atau pondasi penggalian makna "Proses Kematian", karna Takdir dan "Ajal" (Batas hidup yang ditentukan Tuhan) adalah sebuah "Istilah". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun