KH Achmad Siddiq memandang Pancasila sebagai asas dalam perspektif teologis dengan mengaitkannya dengan konsep takwa yang ada dalam Al-Qur'an. Menurut Achmad Siddiq, Islam dalam konteks Khittah NU bukan berarti meletakkan Islam dan Pancasila sebagai agama dan ideologi secara sejajar. Dia menjelaskan bahwa menerima Pancasila sebagai asas tunggal tidak mengurangi makna Islam sebagai agama, tetapi memberikan konteks bahwa Islam juga mencakup ilmu pengetahuan dan pemikiran yang relevan dengan perubahan zaman. Achmad Siddiq juga menegaskan bahwa ideologi adalah hasil karya manusia, dan umat Islam dapat memiliki ideologi selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam konteks Indonesia, Achmad Siddiq menganggap penting untuk menjelaskan hubungan antara Islam dan Pancasila agar tidak hanya dipahami secara simbolis, tetapi juga substansial. Pancasila dipandang sebagai manifestasi dari nilai-nilai ajaran Islam seperti tauhid, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Hal ini penting agar umat Islam memahami bahwa Pancasila merupakan dasar yang sesuai dengan ajaran agama mereka.
Salah satu gagasan penting KH Achmad Siddiq lainnya adalah penciptaan istilah persaudaraan, yang dimaksudkan untuk mengikat dan mengatur hubungan manusia dari sudut pandang agama Islam. Istilah tersebut meliputi ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama manusia) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan). Ketiga istilah ini dikenal dengan trilogi ukhuwah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H