Mohon tunggu...
Rifqi Syahlendra
Rifqi Syahlendra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Komunikasi

Hatur dan salam selalu terpanjat kepada seluruh insan yang berinteraksi. Mari kita tingkatkan literasi sedari dini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Disruptive Leader: Persimpangan Antara Inovasi dan Harmonisasi

27 Desember 2024   22:40 Diperbarui: 28 Desember 2024   09:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Organisasi (Sumber: freepik)

Kedua adalah mampu memandu tim walau dalam kekacauan. Pemimpin yang disruptif tetap tenang kendati menghadapi perubahan yang terjadi di depan mata. Mereka mampu untuk memutuskan mana yang terbaik untuk tim meskipun kondisinya tidak sedang baik-baik saja.

Ketiga, berani mengambil keputusan. Tentu setiap pemimpin harus mampu mengambil keputusan, karena itu adalah kewajiban sekaligus hak dari seorang pemimpin. Pimpinan yang tidak mampu mengambil keputusan terkadang malah menimbulkan bencana kepada organisasi tersebut.

Keempat ialah berani mendobrak cara lama. Pemimpin disruptif suka membongkar aturan lama yang tidak relevan dan menghambat kemajuan organisasi. Bagi pemimpin disruptif, kondisi “normal” sejatinya tak pernah ada.

Kelima, dia tumbuh dan berkembang bersama dengan ketidakpastian. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, pemimpin yang disruptif mampu berbaur dengan segala situasi dan kondisi organisasi, hal itu dibutuhkan agar adaptasi organisasi dapat terjadi mengikuti perkembangan dan dinamika masyarakat.

Namun dibalik kebanggaan akan istilah pemimpin disruptif, kehadiran-nya acap kali memicu dilema dalam komunikasi organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2020) dalam Organizational Behavior, komunikasi yang efektif sangat penting untuk mendukung keberhasilan implementasi strategi, khususnya dalam menghadapi perubahan.

Dapat kita lihat poin diatas bahwa pada dasarnya pemimpin disruptif ini dapat digambarkan sebagai pemimpin yang agresif (dalam konotasi positif) terhadap perubahan.

Apabila seorang pemimpin disruptif tidak diikuti dengan kemampuan komunikasi yang baik, maka gaya kepemimpinan yang terlalu agresif justru dapat memicu resistensi dari anggota tim yang merasa tidak nyaman dengan perubahan mendadak.

Kita mengetahui bersama bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mereka dalam menciptakan perubahan, tetapi juga oleh kemampuan mereka dalam memahami dan mengelola emosi anggota tim. Ketidakseimbangan dalam gaya kepemimpinan disruptif dapat mengarah pada konflik internal yang merusak harmoni organisasi.

Maka untuk menjaga persimpangan antara inovasi dan harmonisasi, perlu seorang pemimpin yang tidak hanya disruptif saja, namun harus mampu memastikan bahwa perubahan yang mereka bawa disampaikan dengan cara yang dapat diterima oleh semua anggota.

Dengan memadukan keberanian inovasi dan kepekaan emosional, pemimpin disruptif dapat menjadi organisatoris yang efektif sekaligus menjaga harmonisasi dalam organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun