kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Hubungan antara seorang pemimpin dan arah organisasi seakan-akan menjadi benang merah yang tak akan pernah putus, berhubungan satu sama lain dalam berbagai aspek.
Menarik, apabila membahas mengenaiDalam konteks komunikasi organisasi pun sama, ranah kepemimpinan ini menjadi salah satu perhatian khusus dalam menghidupkan komunikasi efektif pada suatu organisasi.
Lantas bagaimana seorang pemimpin yang disruptif dihadapkan pada persimpangan antara harmonisasi organisasi di tengah tuntutan inovasi yang kian menguat?
Fenomena disrupsi berawal dari terkaparnya perusahaan-perusahaan “great companies” yang diakibatkan dari datangnya perusahaan-perusahaan terbarukan, dengan inovasi luar biasa yang melibatkan teknologi dan digitalisasi.
Bisa dikatakan bahwa disrupsi berawal dari fenomena bisnis pada sekitaran tahun 1997 yang diikuti dengan pertanyaan riset “why great companies fail?” oleh Christensen.
Sejak saat itu berkembanglah istilah disrupsi yang masuk ke berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya di ranah perusahaan dalam arti luas saja, namun juga masuk di tingkat organisasi.
Di tengah arus perubahan yang luar biasa cepat, maka segala kemungkinan bisa saja terjadi pada sebuah organisasi. Istilah disruptive leader seringkali menjadi topik hangat dalam diskusi mengenai kepemimpinan.
Pemimpin disruptif dianggap menjadi pemimpin yang paling efektif di era sekarang, paling bisa diandalkan dan paling bisa berbaur dengan segala situasi dan kondisi organisasi.
Dalam komunikasi organisasi, pemimpin disruptif-lah yang dinilai mampu memecahkan pola komunikasi tradisional yang sarat akan birokrasi ke arah komunikasi terbuka yang minim akan birokrasi.
Faisal Hoque, dalam bukunya berjudul Everything Connects: How to Transform and Lead in The Age of Creativity, Innovation & Sustainability (2014) menyebutkan lima ciri pemimpin yang disruptif. Apa sajakah itu?
Pertama, tidak lelah memburu kebenaran. Kita bersama mengetahui bahwa mengungkapkan kebenaran itu terkadang memang pahit, namun pemimpin yang disruptif tahu bahwa hasil dari kebenaran adalah keberhasilan.