Judul              : Bidadari Bermata Bening
Penulis             : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit            : Republika
Tahun Terbit         : Cetakan 1, April 2017
Ukuran Buku        : 125 x 205 mm
Jumlah Halaman     : 337 Halaman
ISBN Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 9786020822648
Sinopsis
Bidadari Bermata Bening mengisahkan tentang seorang remaja muda cantik yang harus memilih cinta, saat tiga pelamar bersaing untuk mendapatkan hatinya. Ayna (Zoe Abbas Jackson) pertama kali diperkenalkan kepada Gus Afif (Ari Irham) dan pertemuan pertama itu membuat keduanya jatuh hati. Namun, Ayna tidak bisa langsung memilih Gus Afif. Ia harus menghadapi dua laki-laki lainnya yang juga datang untuk melamarnya.Â
Ayna pun dihadapkan dengan tiga laki-laki dengan kepribadian dan latar belakang yang berbeda. Hal ini membuat Ayna kebingungan. Ia sulit memilih lantaran harus memilih dengan bijak dari ketiga laki-laki tersebut. Seiring berjalannya waktu, Ayna sudah memutuskan siapa laki-laki yang akan ia pilih. Namun, ia harus terus berdoa agar pilihannya tidak keliru.
Namanya Ayna Mardeya, seorang santriwati di pesantren tua di Jawa Tengah. Sejak lahir, dia telah menjadi yatim, dengan ibunya yang dulunya bekerja sebagai TKW di Yordania. Ibunya kembali ke Indonesia saat Ayna masih dalam kandungan dan dia lahir di tanah air tersebut. Kepulangan ibunya tanpa suami menimbulkan prasangka dari orang-orang yang tidak menyukainya dan ibunya. Ayna digambarkan sebagai santriwati yang paling cantik di pesantren, dengan mata yang menenangkan. Meskipun cerdas, nilai-nilainya turun karena ia harus membantu ibunya di pesantren. Namun, kecerdasannya terbukti ketika ia meraih nilai UN IPS-SMA tertinggi. Selain itu, Ayna memiliki sifat baik, rajin, suka melayani, dan sholehah. Ia beberapa kali menarik perhatian Pak Kiai dan Bu Nyai, terutama ketika ia membantu cucu mereka belajar dan menjelaskan tentang alam semesta dan rotasi bumi dalam konteks ketuhanan. Menurutnya, Big Bang adalah penciptaan Allah, dan rotasi bumi adalah tindakan Allah yang mengatur bumi berputar pada porosnya.
Setelah lulus Aliyah, Ayna merasa bimbang antara melanjutkan kuliah atau tetap belajar di pesantren sambil membantu Bu Nyai. Dia diberi kesempatan untuk kuliah tanpa tes di UNY, namun Ayna tetap ingin fokus belajar agama. Ada tawaran untuk dinikahi oleh Kiai duda di Yogyakarta yang mengelola pesantren mahasiswa, tetapi Pakde dan Budenya tidak memberi izin meskipun mereka bukan walinya, sesuai wasiat ibunya yang ingin mereka menjadi seperti orang tua Ayna. Pakde dan Budenya memiliki kesan buruk di mata Ayna. Akhirnya, Ayna dijodohkan dengan anggota DPRD Purwodadi yang juga pebisnis sukses. Meskipun terpaksa menikahinya, Ayna bertekad menjaga kesuciannya seperti Shinta yang kuat dalam menjaga kehormatannya dari Rahwana. Ternyata, Afif, putra bungsu Bu Nyai yang hafal Al-Qur'an dan kitab Imam Malik, diam-diam menyukai Ayna. Dia bahkan ingin menikahinya dan menyampaikan hal ini kepada orang tuanya, tetapi sudah terlambat karena Ayna sudah menikah. Dari sinilah cerita seperti Shinta, Rahwana, dan Rama dimulai, di mana Shinta yang tetap suci akhirnya bersatu kembali dengan Rama.
Seperti karya-karya novel Kang Abik lainnya, novel ini juga kaya akan hikmah dan nilai akhlak sehari-hari yang bisa dijadikan teladan. Sekali lagi, cerita ini membantu kita untuk lebih memahami dan membayangkan bagaimana Allah mengatur pertemuan jodoh di antara hamba-hamba-Nya. Latar cerita di pesantren juga memberikan gambaran tentang kehidupan lokal yang kaya tradisi dan keluhuran nilai, jauh dari kesan kumuh atau terbelakang. Puncaknya, tokoh utama Afif dan Ayna mewujudkan impian mereka dengan melanjutkan kuliah bersama di Amman, Yordania. Kang Abik menyampaikan pesan ini melalui sosok Ibu angkat Ayna di Bogor, yang juga menjadi mentor bisnis Ayna. Ibu ini mendukung Ayna untuk belajar di luar negeri bersama suaminya karena itu akan memberikan kenangan istimewa seperti yang pernah ia rasakan bersama suaminya.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, saya juga menemukan beberapa kekurangan kecil dalam buku ini. Misalnya, masih terdapat kesalahan ketik dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat, yang dapat sedikit membingungkan pembaca. Selain itu, penggunaan subbab yang diberi judul bagian satu, bagian dua, dan seterusnya, menurut saya kurang menarik dan tidak representatif. Biasanya, ketika membaca buku, pembaca akan melihat daftar isi terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran jalan ceritanya. Pembaca juga cenderung kembali ke halaman-halaman sebelumnya untuk memperhatikan secara detail bagian cerita yang menarik atau yang ternyata memiliki peran penting dalam menyusun keseluruhan kisah.
Â
Rifqi Prakasa Irmansyah, mahasiswa Universitas Islam Negri Jakarta ( PGMI )
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI