Penelitian ini menggunakan dua teori dasar, yang pertama adalah strategic human resource management theory untuk melihat fleksibilitas manajemen Sumber daya manusia adalah bagian dari sifat atau karakteristik internal perusahaan, termasuk didalamnya tentang respons cepat perusahaan terhadap lingkungan ekonomi yang berubah.Â
Teori dasar yang kedua adalah teori kelembagaan memungkinkan penulis untuk menghubungkan perspektif organisasi dan nasional sehingga bisa memperhitungkan serangkaian faktor yang lebih luas dalam penetapan perilaku organisasi dan menjelaskan pola fleksibilitas mereka.Â
Prinsip fundamental dari teori neo-institusional adalah bahwa organisasi dibentuk sesuai dengan lingkungan di mana mereka aktif. (DiMaggio and Powell 1991; Meyer and Rowan 1991; Zucker 1991) [3] lalu didukung dengan beberapa riset peneliti terdahulu yang berkaitan dengan fleksibilitas Sumber daya manusia.
 Penelitian ini merupakan jenis kuantitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey dengan membagikan 131 kuesioner ke 1.8 juta pekerja di beberapa perusahaan di Rusia.Â
Studi ini menggunakan sampel purposif yang tidak mengklaim dapat digeneralisasikan di semua perusahaan Rusia. Ini mencirikan perusahaan besar (2/3 dari sampel) yang bekerja terutama di sektor industri ekonomi yang terletak di wilayah ekonomi utama negara itu. Secara umum, dapat diasumsikan bahwa hasil penelitian mencirikan praktik fleksibilitas Human Resoures Management di segmen utama ekonomi Rusia.
 Hasil penelitian menunjukan bahwa 48% perusahaan menunjukkan fleksibilitas minimum dalam hal berbagai praktik yang digunakan dan hanya 10 % yang menunjukkan fleksibilitas maksimum.
Fleksibilitas minimum (62%) ditunjukkan dalam hal ketersediaan program perekrutan khusus untuk berbagai kategori personel. Fleksibilitas praktik pelatihan dan pengembangan umumnya lebih tinggi daripada praktik kepegawaian karena berbagai macam metode manajemen karier.Â
Dalam praktik penggajian, hampir sepertiga perusahaan (29%) menunjukkan tingkat fleksibilitas maksimum dalam menggunakan berbagai bentuk kompensasi. Fleksibilitas dalam keragaman manfaat sosial lebih rendah yaitu 34 % kasus berada pada level sedang dan 28 % pada level maksimal.
 Studi ini mengungkapkan hubungan positif langsung antara kompleksitas lingkungan dan fleksibilitas praktik human resources management.Â
Nilai indeks fleksibilitas menggunakan berbagai metode, dan indeks fleksibilitas keseluruhan untuk semua praktik human resources management lebih tinggi jika perusahaan memiliki kondisi pendapatan yang lebih kompleks dan lebih tinggi ketika kompleksitas lingkungan secara keseluruhan diperkirakan. Dengan kata lain, praktik yang lebih fleksibel terbentuk di lingkungan yang lebih kompleks.Â
Analisis korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antara indeks fleksibilitas praktik human resources management dan indeks sifat dinamis lingkungan. Penjelasan ini dapat ditemukan di inersia organisasi. Istilah ini diusulkan pada tahun 1960-an yang bermakna sebagai kecenderungan organisasi untuk mempertahankan ciri-ciri dasar dan cara kerja yang dipancarkan sejak awal.Â