Istriku, ....
Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa adalah pilihan, dan menjadi lebih baik adalah sebuah keharusan.
Semoga kita dapat terus memperbaiki diri dan menjadi lebih baik. Di usiamu yang baru ini, maafkan, aku tak punya kado atau kata-kata indah apalagi puitis. Aku tak tahu merangkainya. Yang kutahu adalah, kau saat ini adalah istriku, wanita yang secara nyata menjadi penolong hidupku.
Semalam aku bermimpi. Serius. Mimpi itu membuatku terharu, karena aku belum bisa menjadi suami yang baik bagimu. Maafkan aku.
Tapi bagaimanapun kita, kita adalah dua insan yang dipersatukan dalam satu ikatan cinta, tak peduli betapa pun jalan dan kisah cinta yang kita lalui itu.
Saat ini, usia terus bertambah, waktu terus berjalan maju, ia menjadi penguji terkejam yang tak mampu kita halau. Kita mustahil memutar waktu yang telah lalu.
Kita juga mungkin tak pandai saling memikat. Kita sama-sama tak romantis. Kita juga mungkin bukan pasangan terbaik di dunia. Tapi aku tahu, kita punya hari ini dan hari esok yang penuh harapan. Itu jelas. Dan tetap saling mencintai adalah dasar untuk terus menatap hari esok yang penuh harapan itu.
Dan cinta, bagiku, bisa juga berarti: "Memilih untuk tidak membenci sekalipun ada kalanya tidak suka". Kelemahan-kelemahan yang ada itu pasti, tapi itu tak membuat kita menjadi surut untuk tetap mencinta dan saling menopang. Itu harapku.
Semoga engkau menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dewasa. Tetaplah menyayangiku, Lula.... dengan cinta yang tulus, cinta yang didasari karena Allah ..., cinta yang tak lekang oleh waktu dan tak pudar oleh cobaan.
Selamat ulang tahun istriku.
Weleri, 12:43 WIB 16 Juni 2020
RIFQI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H