Bagi saya, game online ini secara filosofis telah keluar dari esensinya sebagai hiburan. Karena, game ini selain karena menghabiskan waktu yang kurang penting, juga dapat merontokkan kantong untuk membeli kuota. Entahlah, saya kira ini adalah logika pikiran sederhana, dan semua orang berhak mengekspresikan opininya.
Momentum Pemuda
Dengan berbagai fitur dan segala keelokannya, teknologi hadir menjadi jamur yang mewabah dan liar untuk dikendalikan. Apalagi, diera zaman yang disebut milenial attau generasi Z ini dituntut untuk up to date, instan, mode, tren, hingga aktif bermedia sosial. Dengan demikian, pemuda saat ini mesti mengikuti zamannya. Sebab lingkungan yang berubah drastis itu mesti ditanggapi dengan bijak dengan berpikir dan merasakan atas perubahan yang ada. Atau bahkan, kadang kita mesti melakukan sesuatu hal yang tidak biasanya, yakni berpikir dengan hati dan merasakan dengan pikiran.
Olehnya itu, pemuda tak boleh lengah atas capaian teknologi yang dapat berubah begitu cepatnya. Pemuda harus hadir dari sisi yang lain untuk bermanuver atau bahkan melakukan terobosan-terobosan baru dalam melakukan adaptasi dengan perubahan teknologi.
Jika tidak demikian, maka negara dan bangsa ini yang berharap kepada kaum muda untuk mencapai Indonesia Emas tahun 2045 hanya isapan jempol belaka. Butuh kerja keras, kerja nyata dalam menggembleng harkat dan martabat diri kedalam jiwa untuk melakukan tindakan-tindakan kecil yang bisa dipetik dimasa depan.
Sebab pemuda adalah cahaya impian dimasa depan, maka hendaklah mengampil peran dalam berbagai hal. Tidak boleh diam dengan merasa puas atas capaian hari ini, tapi mesti merasakan indahnya masa depan. Bahkan, tidak boleh terninabobokkan oleh kenikmatan hari ini, sebab kadang kesuksesan datang ketika berani keluar dari zona nyaman.
Peran yang lain pun tidaklah kalah menariknya, yakni pendidikan. Untuk mencapai Indonesia Emas 2045 tidak bisa digapai hanya dengan bermodalkan satu atau dua orang saja. Melainkan butuh kerjasama dalam perbedaan dan keberagaman, kemudian memayungi diri dengan Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila.
Dan ketiga adalah berperan dalam era digital itu sendiri. Jika para pemuda tidak mampu berinovasi dengan melalui teknologi, maka peran yang mesti diambil adalah memanfaatkan teknologi secara bijak dan terarah. Membuat catatan-catatan dimedia sosial yang bermanfaat, hingga mengambil peran dalam melawan hoax. Bahkan, mengambil peran sebagai jurnalis warga melalui media sosial yang bermanfaat untuk orang disekitar akan sangat diapresiasi dibandingkan menjadi pengguna media sosial dengan hanya sekedar up to date. Apalagi sekarang ini ada undang-undang ITE yang dapat menjerat kapan saja bagi yang kurang bijak dan tidak hati-hati.
Mari bersama  untuk mencapai generasi emas 2045 dengan bertindak bukan berteori, bekerja bukan beropini, melakukan hal kecil untuk menemukan hal besar, mengedepankan kejujuran, dan mengagungkan kepercayaan atas diri sendiri dan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H