Batik Tulis Madura mulai dikenal masyarakat luas antara abad ke 16 -- 17. Dalam perjalanannya, sejarah batik madura banyak dipengaruhi motif batik Yogyakarta dan Solo. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan Jogjakarta karena ada hubungan darah antara raja Mataram dengan para pembesar di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung (R. A Sekartaji Suminto, 2015). Walaupun mendapat pengaruh dari motif batik yogyakarta dan solo, Batik madura, khusunya batik bangkalan tetap memiliki ciri dan motif yang khas. Hal itu bisa dilihat dari komposisi penggunaan warna yang cerah pada kain batik madura seperit warna kuning, merah, hijau dan terkadang terdapat corak titik-titk berwana putih.
Batik bangkalan memiliki dua wilayah penghasil (sentra) batik, yang pertama ada di Desa Patengteng Kecamatan Modung dan satu lagi terletak di kecamatan Tanjung Bumi (Lulus Sugeng Triandika, 2021). Â Namun kini sangat di sayangkan sentra yang terletak di Desa Patengteng Kecamatan Modung mengalamai kemunduran bahkan berada dalam masa kepunahan dan terancam eksistensinya. Batik Tulis Patengteng merupakan batik yang berasal dari wilayah pesisir selatan Bangkalan dan termasuk dalam kategori batik pesisir.Â
Walaupun namanya tidak banyak di kenal oleh kalangan luas seperti sentra batik yang berasal dari pesisir utara Bangkalan yakni batik tanjung bumi namun, batik Tulis patengteng memiliki motif yang beraneka ragam yang tak kalah dengan daerah lain. Adapaun beberapa motif Batik Tulis Patengteng daiantaranya ialah: Motif Nageh (naga), Gunongan, Godong Jati, Alas Kobong, Batik Kangkung, Pacedan, Laseman, Dak Gadak, Terem, Pakes, Odhang, dan Buketan.
Dengan beraneka ragam motif yang dimiliki tidak heran jika dahulu Batik tulis Patengteng digandrungi oleh semua lapisan masyarakat. Pada masa lampau batik patengteng merupakan salah satu jenis batik yang cukup populer Bahkan saat itu orang kaya dari golongan priayi atau ningrat di bangkalan cukup menggemari Batik pateng-teng. Batik pateng-teng di gemari golongan ningrat pada masa itu karena memang selain bagus ada nilai prestis atau kebanggan tersendiri jika memiliki batik patengteng (Arkha Nova, 2016).
Penyebab Batik Tulis Patengteng terancam mengalami kepunahan
Meskipun Batik Tulis Patengteng memiliki beraneka ragam motif yang tak kalah dengan daerah lainya, sebagaimana yang telah di sebutkna di atas. namun kini eksistensi batik dan pengerajin Batik Tulis Patengteng berada dalam kondisi yang meperhatinkan. Pasalnya kini hanya tinggal satu keualraga yang masih mengupayakan pelestarian Batik Tulis Patengteng.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan Batik Tulis Patengteng mengalami kemunduruan dan terancam punah diantaranya ialah (1) tidak ada regenarasi pengrajin. rata-rata usia para pengrajin sudah memasuki usia senja dan mayoritas diantara mereka memililh untuk berhenti melakukuan aktivitas tersebut di karenakan kondisi fisik yang tidak mendukung. (2) pemuda memilih merantau. para generasi muda-mudi di desa lebih tertarik untuk merantau dan bekerja di sektor informal seperti menjual sate, membuka usaha besi tua dan lain sebagainya. Karena mereka meyakini meranatau akan lebih menguntungkan dari pada berkecimpung dalam usaha Batik Tulis Patengteng. (3) keterbatasan modal. dalam membuat atau memproduksi sehelai kain batik tulis patengteng dengan motif serta warna tertentu menghabiskan waktu antara satu bulan sampai enam bulan bahkan bisa sampai satu tahun tergantung tingkat kesulitan, proses yang panjang dalam membuat sehelai batik patengteng mengakibatkan para pengrajin kesulitan untuk mengumpulkan modal. ditambah batik tulis kurang diminati di pasaran karena harganya yang terlampau mahal sehingga masyarakat lebih memilih batik printing yang harganya lebih terjangkau dari pada batik tulis Patengteng. Batik printing menjadi yang paling tumbuh saat ini alasannya karena produksi massal maka harganya murah sehingga banyak dicari konsumen, Harga batik printing bisa dijual dalam hitungan puluhan ribu rupiah, sedangkan batik cap apalagi tulis bisa mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah (Detik Finanace 2015).
(4) kurangnya perhatian dari pemerintah atau pihak terkait. faktor terkahir yang tak kalah penting adalah minimnya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah, dinas kebudayaan serta pihak terkait lainya dalam memberikan fasilitas (ruang untuk berkembang dan menjaga eksistensi). sentuhan dari mereka merupakan harapan agar potensi lokal batik tulis Patengteng dan sentra batik tetap eksisis di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif
kesimpulan
Batik Tulis Patengteng adalah salah satu potensi lokal dari bangkalan dan termasuk salah satu warisan kekayaan budaya indonesia, yang patut di lestariakan dan serta dijaga eksistensinya. Pada masa lampau batik patengteng merupakan salah satu jenis batik yang cukup populer. Bahkan saat itu orang kaya dari golongan priayi atau ningrat di bangkalan cukup menggemari Batik patengteng. Selain itu Batik Patengteng merupakan batik yang berasal dari wilayah pesisir selatan bangkalan dan termasuk dalam kategori batik pesisir.
Namun saat ini sangat di sayangkan sentra yang terletak di Desa Patengteng Kecamatan Modung mengalamai kemunduran bahkan berada dalam masa kepunahan. Sudah selayaknya pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya segera mengambil tindakan yang serius selain itu semua pihak perlu bersinergi dan melangkah bersama guna mendorong dan mendukung upaya pelestarian Batik tulis Patengteng, sebab saat ini massa batik patengteng benar-benar berada di ujung tanduk, kepunahan merupakan suatu keniscayaan yang akan menghampirinya apabila tidak ada upaya serta tindakan yang berkelanjutan. Akan sangat di sayangkan apabila suatu saat nanti eksistensi batik tulis patengteng tidak bisa lagi dinikmati oleh generasi penerus dan hanya meninggalkan cerita serta jejak-jejaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H