Mohon tunggu...
Rifqi Jafar
Rifqi Jafar Mohon Tunggu... Freelancer - direktur pengangguran indonesia

Santri Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ditinggal Rabi, Salah Siapa?

3 November 2022   17:00 Diperbarui: 3 November 2022   17:00 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan main rasanya kalau lagi putus cinta, rasa sakit di hati benar-benar menaruh luka dalam yang sulit di obati. Istilah orang zaman sekarang “sulit move on”. Ini semua imbas dari banyaknya kenangan yang terekam oleh otak, lalu ter-donwload oleh hati, membuat mereka yang sedang putus cinta sulit untuk ngelupain masa-masa indahnya bersama si doi. 

Nggak cukup cuma sekadar klik mouse kanan, kemudian deleth.  Butuh waktu yang gak sebentar untuk memastikan bahwa luka itu benar-benar sembuh, apalagi kalau putus cintanya gara-gara ditinggal rabi dan dalam kondisi pas lagi sayang-sayange, haduh pasti atit banget rasanya.

Tiga tahun bersama membangun bahtera cinta, berkomitmen untuk saling mencintai sampai mati, tapi ujung-ujungnya dia harus merelakan si doi pergi begitu saja menikah dengan orang lain. Miris sekali rasanaya, tapi mau bagaimana lagi itu semua merupakan konsekunsi bagi orang yang main-main sama cinta?

Loh, kok main-main sama cinta sih? Ya, jelas main-main lah, ngapain aja penjajakan sama si doi sampai tiga tahun. Mau penjajakan atau mau kredit motor. Seharusnya kalau seorang itu bener-bener cinta sama si doi nikahin lah, jangan cuma dipacarin. Kalau masih alasan belum siap, berarti fiks, cintanya buat si doi cuma omong kosong, bukan cinta sejati.

Inilah realita yang banyak terjadi saat ini. Makna cinta telah terkontaminasi oleh perbuatan pemuda-pemudi sekarang yang mengobral kata “cinta” dengan begitu murahnya hanya demi mengikuti keinginan nafsu dan syahwat. Kalau sudah hawa nafsunya yang dituruti, dijamin gak ada yang  didapat olehnya kecuali kerugian, Karena tidak ada konsekuensi dari perbutan maksiat, melainkan seseorang akan merasakan imbas pahitnya, baik di dunia, atau akhirat. Kalau di dunia mungkin imbas itu bisa berupa ditinggal pas lagi sayang-sayange, hehehe.

Demikian ini nggak akan terjadi pada mereka yang benar-benar mencintai kekasihnya, maka ia tak akan rela menjadikan kekasihnya sebagai pelampisan nafsunya, apalagi sampai mengajak kekasihnya pada hal-hal yang tidak diridoi Allah. begitulah yang dikatakan habib Ali al-Jufri dalam salah satu seminarnya.

Baca Juga: Insting Tajam Ala Orang Madura

Lalu sebenarnya bagaimana sih solusi bagi kita agar tidak terjebak pada cinta palsu anak muda zaman sekarang?

Jawabannya: pertama, kamu harus ekstra hati-hati dengan yang namanya cinta, karena cinta itu bukan aplikasi yang bisa didonwload dan di uninstal kapan aja. Cinta bisa lahir dalam sekejap mata, cinta juga bisa merusak dan mengubah apa aja, termasuk peretemanan. Oleh karena itu jangan pernah main-main dengan cinta termasuk dengan cara ‘berpacaran’.

Kalau memang kamu cinta pada seseorang segera untuk taaruf sebagai bentuk penjajakan, bukan malah pacaran. Kalau sudah mantep baru deh kamu bisa lanjutin ke jenjang pernikahan. Kedua, jangan gampang menjalin hubungan dengan lawan jenis kalau kamu masih belum bisa berkomitmen untuk menjalani hubungan cinta yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun