Mohon tunggu...
wira
wira Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Be wise

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Memahami Istilah "Perempuan Selalu Benar"

8 November 2022   22:22 Diperbarui: 8 November 2022   22:51 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Misalnya di media sosial seperti instagram atau twitter, ketika ada suatu hal atau kejadian yang dianggap mainstream, ada saja orang yang berkomentar berbeda yang bertujuan agar mendapatkan validasi. Contohnya seperti :

“Apa cuma aku perempuan yang gasuka make up?”

“Apa cuma gue cewe yang gasuka sama K-pop?’

“Apa cuma aku perempuan yang gasuka anime?”

“Kalo gue sih lebih suka temenan sama cowo, temenan sama cewe tuh ribet, banyak dramanya!”

Ungkapan-ungkapan kalimat seperti contoh diatas merupakan contoh perilaku seksis/seksisme, yaitu steorotip dimana awalnya merupakan gender satu lebih unggul daripada gender lainnya, itu case nya banyak ditemukan antara laki-laki dan perempuan (Apa Itu Seksisme Dan Apa Saja Contoh-Contohnya?, n.d.). Namun, ini terjadi diantara kaum perempuan itu sendiri.

Orang-orang yang sering bertutur kata seperti itu ternyata merupakan ciri-ciri dari internalized misogyny. Singkatnya, itu merupakan istilah dimana perempuan satu ingin meninggikan dirinya dengan memojokkan, menjatuhkan, serta mempermalukan perempuan lain dengan dalih berlindung dibalik kalimat ‘jangan bawa perasaan’ (Mengenal Internalized Misogyny, Momok Menakutkan Bagi Perempuan - ITS News, n.d.).

Mereka ingin dianggap berbeda dari kebanyakan perempuan lainnya, sehingga melontarkan komentar seperti itu di media sosial dan berharap ada orang lain yang menanggapi sebagai sebuah bentuk validasi.

Padahal, sejatinya mereka adalah sama-sama perempuan yang bisa dilihat dari segi fisiknya. Apapun tingkah laku, sikap, sifat, perbedaan prinsip, hal yang dilakukan, cara berbicara, cara berpakaian, atau apapun itu mereka tetap perempuan.

Perbedaan prinsip atau pola pikir merupakan hal yang biasa. Semestinya jika hal tersebut terjadi, alangkah lebih baiknya bisa menjadi bahan diskusi, bukan untuk ajang unjuk diri sehingga menimbulkan caci maki, menghakimi, apalagi sampai mengintimidasi. Hal tersebut bisa menjadi suatu forum di ruang publik yang outputnya positif daripada harus menjadi perpecahan antara satu pihak dengan pihak yang lain.

Pengaruh Hormon dan Genetik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun