Kemudian aspek pengambilan gambar dan pemilihan transisi yang cukup unik membuat kita akan terbawa suasana seakan-akan sedang berada disana serta merasakan apa yang dialami oleh pemain.
Ada juga satu kalimat yang menjadi prinsip Nicola, sang penguasa wilayah tersebut, kalimatnya yaitu ‘selalu ada seseorang yang lebih kuat darimu’, yang ternyata kalimat tersebut keluar dari mulut ayah The Drifter yang diceritakan dulu kalah bertarung dengan Nicola. Hal itu yang membuat The Drifter ingin membalaskan dendamnya terhadap Nicola karena telah membunuh ayahnya. Ucapan ayahnya tersebut terbukti setelah Nicola berhasil ditaklukan oleh The Drifter dan Yoshi, yang sebelum diakhirnya melawan Nicola, diawalnya mereka harus berhadapan dengan anak buah Nicola yang diberi julukan Killer nomer 2-10.
Adegan dimana The Bartender menceritakan dan memberi tahu The Drifter tentang apa yang terjadi melalui sebuah buku 3D juga menjadi penanda bahwa akan ada banyak rintangan dan tantangan kedepannya, namun juga akan ada selalu jalan untuk menuju kesana.
Gestur atau gerak tubuh Yoshi yang membungkukkan badannya ketika bertemu dengan pamannya juga menandakan dia seseorang yang hormat kepada orang yang lebih tua darinya, dimana budaya dari Jepang ini sudah dikenal di seluruh penjuru dunia dan kita tahu apa arti dan makna dari gerakan tersebut.
Dalam film ini juga memperlihatkan bagaimana kesenjangan sosial yang dilakukan oleh pejabat kota terhadap rakyatnya. Mereka juga melakukan praktik oligarki dalam pemerintahannya. Semua petinggi pejabat mulai dari walikota, kepala polisi, sampai hakim dan jaksa ternyata bersekongkol dengan Nicola karena takut padanya. Sehingga yang diinginkan oleh para petinggi pejabat hanyalah kekayaan dan kekuasaan yang dimana itu membuat rakyat menjadi sengsara.
Oligarki ini pun dilakukan oleh Nicola sendiri karena selama dia masih hidup atau belum ada yang mengalahkannya, maka dia akan berada di posisi orang nomor 1 di kota tersebut. Nicola memiliki 9 pasukan yang siap untuk melindunginya karena dalam peraturannya angka tersebut menentukan siapa yang berhak berkuasa dan memberikan perintah kepada bawahannya.
Budaya patriarki juga diperlihatkan dalam film ini dimana para wanita disini ditempatkan di suatu perkampungan dan tugas mereka hanya melayani para pasukan bawahan Nicola, dan jika tidak menurutinya, mereka akan diberikan hukuman.
Bentuk perwujudan manusia yang seperti boneka seperti judul artikel ini bisa dilihat dari pejabat kota yang semena-mena melakukan tindakan yang menyengsarakan rakyatnya karena bagaimanapun para pejabat ini kekuasaannya dipantau dan dikendalikan penuh oleh Nicola sebagai orang yang paling ditakuti di kawasan tersebut.
Manusia disini hanya dijadikan sebagai alat ketika ia memiliki tanggung jawab atau kendali atas sesuatu namun ternyata mereka tidak bisa menjalankannya dengan baik.
Perilaku atau tindakan yang semestinya dilakukan dan dilaksanakan tidak bisa berjalan karena adanya hadangan dan ancaman dari pihak lain sehingga para pejabat tidak bisa menjalankan funsginya. Terlebih karena individu dari pejabatnya juga hanya mementingkan kepentingan sendiri. Mereka sering bermain judi bersama Nicola dimana Nicola selalu menang dalam permainannya karena dia memiliki kendali penuh atas hal tersebut.
Hal-hal serta kejadian atau peristiwa yang diceritakan dalam film ini juga bisa kita temukan dalam kehidupan kita, namun hanya saja kita belum bisa melihat dan merasakannya secara langsung.