Mohon tunggu...
mochamad rifqi alfaqi
mochamad rifqi alfaqi Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa universitas pamulang

saya mochamad rifqi alfaqi seorang karyawan dan juga mahasiswa di universitas pamulang, saya suka bermain sepak bola dan juga mendaki gunung, saya mampu menyeimbangkan pekerjaan dengan studi, untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan meencapai kesuksesan dengan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Lingkungan Toxic Terhadap Kesehatan Mental Remaja

22 Desember 2024   17:28 Diperbarui: 22 Desember 2024   17:28 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by Rizky Ardhia on Unsplash

lingkungan pertemanan memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan remaja karena seringkali mereka menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman teman sebayadaripada bersama keluarga.interaksi yang positif dengan teman sebaya dapat memberikan dukungan sosial yang penting, pengalaman sosial yang berharga, serta membantu remaja mengasah identitas sosial mereka.
Namun, penting untuk di ingat bahwa pertemanan yang toxic atau tidak sehat dapat memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan mental remaja, seperti stres, kecemasan, dan depresi. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memilih teman yang bijak, dan memperhatikan kualitas hubungan mereka. Selain itu, orang tua juga berperan penting dalam membantu remaja mengelola dinamika sosial dan membangun hubungan yang sehat dengan teman-teman mereka (Rusyidi, 2020)


Data dari Kementerian Kesehatan RI pada 2019 menunjukkan bahwa gangguan depresi sudah muncul pada remaja (15-24 tahun) dengan persentase 6,2%. Hal ini perlu menjadi perhatian orang tua, mengingat remaja aktif menjalin komunikasi dengan teman sebaya, tetapi juga rentan terhadap depresi. Faktor pendorong gangguan depresi meliputi perundungan, konflik internal keluarga, rasa kecewa yang terpendam, dan budaya perundungan di lingkungan. Idealnya, pada usia remaja, anak belajar membangun relasi yang sehat, namun yang terjadi seringkali adalah munculnya gangguan depresi yang dapat menyebabkan terjebaknya remaja dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship). Ciri- ciri lingkungan toxic yang mungkin terjadi di sekitar kita seperti lingkungan pertemanan, keluarga dan pekerjaan diantara lain:


1. Komunikasi yang agresif dan tidak hormat:Percakapan seringkali dipenuhi dengan hinaan, ejekan, dan interupsi. Orang-orang cenderung menyalahkan dan menghakimi satu sama lain.
 2.Perilaku manipulatif: Orang-orang mencoba mengendalikan orang lain dengan cara-cara yang tidak sehat, seperti menggunakan rasa bersalah, ancaman, atau bujukan.
3.Rendahnya empati: Orang-orang tidak peduli dengan perasaan dan kesejahteraan orang lain. Mereka cenderung egois dan tidak mau mendengarkan perspektif orang lain.
4.Kurangnya kepercayaan: Orang-orang tidak jujur satu sama lain dan sulit untuk membangun hubungan yang sehat
5.Ketakutan dan ketidaknyamanan: Orang-orang merasa takut untuk mengungkapkan pendapat atau perasaan mereka karenakhawatir akan dihakimi atau diintimidasi.


penting bagi remaja untuk menyadari peran penting lingkungan pertemanan dalam perkembangan mereka. Interaksi positif dengan teman sebaya dapat membawa manfaat besar, sementara pertemanan yang toxic dapat berdampak negatif pada kesehatan mental. Data menunjukkan bahwa gangguan depresi telah menjadi masalah di kalangan remaja, dengan faktor-faktor seperti perundungan dan konflik keluarga berkontribusi pada kondisi ini.
Untuk itu, penting bagi remaja untuk memilih teman dengan bijak dan membangun hubungan yang sehat. Peran orang tua dalam membimbing remaja dalam menjalin hubungan sosial juga sangat penting. Identifikasi ciri-ciri lingkungan toxic dan hindari terjebak dalam hubungan yang merugikan. Dengan menciptakan lingkungan sosial yang positif dan mendukung, remaja dapat menghadapi tantangan perkembangan dengan lebih baik dan menjaga kesehatan mental mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun