Mohon tunggu...
Ahmad Nur Rifqi
Ahmad Nur Rifqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bukan Mahasiswa Biasa

Ilmu pengetahuan, perasaan, pengalaman, keresahan, ide dan banyak hal lainnya yang dapat menjadi alasan kuat untukmu menulis. Simpan tulisan itu, dan itu akan menjadi salah satu alat bantu bagimu untuk mengingatnya.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lindungi Bumi Kita dengan Net-Zero Emission

24 Oktober 2021   07:50 Diperbarui: 24 Oktober 2021   07:54 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Net-Zero Emission (NZE), adalah kondisi dimana emisi karbon dibumi ditekan hingga pada angka 0 (nol). Hal Ini merupakan suatu harapan besar dunia untuk kehidupan yang jauh lebih baik di masa depan. 

Sebagai informasi, emisi karbon merupakan kondisi dimana saat zat sisa pembakaran yang notabene mengandung unsur karbon dibuang secara bebas ke lingkungan. Tentu zat tersebut akan banyak memberikan efek kerusakan jangka pendek maupun jangka panjang kepada semua ekosistem disekitar yang terdampak, tidak terkecuali pada manusia.

Suara perubahan kembali ramai disampaikan, salah satunya dari pemerintah kita yang kembali mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengurangi emisi karbon. 

Perlu diketahui bahwa emisi karbon menyebabkan multiplier effect atau dampak berganda. Tidak hanya berimbas buruk pada lingkungan dan kondisi iklim, namun dampak buruk lain juga akan terasa di sektor lain, seperti sektor ekonomi maupun kesehatan.

 Lalu apa keuntungan mengurangi emisi karbon?

Melihat dampak negatif berganda yang ditimbulkan oleh emisi karbon, tentu akan didapati pula dampak positif berganda yang saling berkaitan ketika kita berhasil meniadakan emisi karbon. Kali ini kita akan coba mengulas beberapa kaitan dari sektor-sektor tersebut.

Ketika atmosfer sudah dicemari dengan zat-zat hasil pembakaran senyawa berbahaya yang kita kenal dengan “efek rumah kaca”. Hal ini akan menyebabkan pemanasan global secara cepat yang tentunya akan merusak ekosistem, perubahan iklim, perluasan area tandus, hingga naiknya permukaan laut.

Ketika emisi karbon berhasil diminimalisir bahkan dihilangkan dari bumi, maka lingkungan akan menjadi nampak lebih hidup. Artinya perubahan iklim sebagai dampak dari efek rumah kaca yang salah satunya disebabkan oleh berlebihnya kadar karbon di atmosfer menjadi berkurang. Suhu bumi menjadi lebih normal sehingga daerah yang rutin mengalami kondisi panas maupu curah hujan yang ekstrem berpotensi untuk dapat diminimalisir.

        Dampak positif lain pada lingkungan adalah kualitas air bersih akan semakin meningkat. Kita tahu dengan kualitas udara yang baik, maka akan menyebabkan hujan yang turun tidak terlalu banyak membawa kandungan zat/senyawa yang berbahaya. Oleh karena itu, kualitas air akan jauh lebih baik utamanya ketika digunakan untuk kebutuhan konsumsi.    

  • Ekonomi

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa emisi karbon menjadi salah satu penyebab perubahan iklim yang sangat sulit untuk diprediksi, sehingga menyebabkan banyak kondisi ekstrem terjadi di berbagai daerah utamanya di Indonesia. Mungkin di beberapa daerah mengalami kemarau ektrem, namun di daerah lainnya mengalami curah hujan yang ekstrem.

Kondisi kering yang berkepanjangan maupun curah hujan yang berlebih mennyebabkan kegagalan panen secara masif. Hal ini menyebabkan beberapa komoditi menjadi sulit untuk didapatkan, sehingga menjadikan harga di pasaran menjadi melonjak.

Kondisi ini tentu tidak baik bagi perekonomian negara, karena dapat menyebabkan lesunya iklim transaksi dan berpotensi menimbulkan adanya permainan harga yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab. 

Oleh karena itu, dengan adanya gerakan Net-Zero Emission (NZE) diharapkan dapat meningkatkan hasil panen yang berimbas pada kelancaran arus ekonomi pada banyak sektor pertanian maupun hasil perkebunan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani, pelaku usaha perkebunan, dan pihak lain yang turut terkena imbas positifnya.

  • Kesehatan

Sisi kesehatan juga merupakan salah satu aspek yang perlu menjadi peratian sebagai akibat dari emisi karbon yang berlebihan. Meningkatnya penyakit pernapasan dan kardiovaskular berada pada level yang cukup mengkhawatirkan sebagai konsekuensi atas pencemaran udara yang sangat buruk terutama di sekitar kawasan industri. 

Diperkirakan sekitar 3% keluhan yang diterima rumah sakit di Indonesia diakibatkan penyakit yang disebabkan dampak polusi udara salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan (ISPA).

Emisi karbon ini secara perlahan akan mengikis lapisan ozon, sehingga sinar ultraviolet berpotensi lebih besar untuk secara langsung menyentuh permukaan bumi. Hal ini menyebabkan dampak lain, yaitu resiko luka bakar hingga potensi ancaman kanker kulit menjadi meningkat.

Tentu diharapkan dengan kembali digaungkannya NZE ini dapat menjadi batu loncatan dalam perbaikan kondisi bumi menjadi jauh lebih baik di masa depan.

Bagaimana cara mewujudkannya?

Terkait bagaimana cara mewujudkan Net-Zero Emission ini tentu bukan hanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah saja, namun adalah tugas kita semua untuk bekerja sama dalam mewujudkan salah satu mimpi besar dunia ini. Kali ini kita akan melihat dari 2 sisi, yakni sisi pemerintah dan dari sisi masyarakat secara umum.

Sisi Pemerintah

Kita akan melihat dari sisi pemerintah, hal-hal apa saja yang dapat diperjuangkan pemerintah untuk menjapai Net Zero Erosion, tentu dari aspek birokrasi. Mengutip dari Siaran Pers Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 271.Pers/04/SJI/2021, bahwa target NZE diharapkan akan tercapai pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat. 

Strategi jangka panjang pada sektor energi yang disiapkan adalah pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT), yang didalamnya meliputi solar fotovaltaik, angin, biomassa, panas bumi, hidro, energi laut, nuklir, hidrogen hingga battery energy storage system yang dianggap lebih bersahabat dengan lingkungan.

Untuk mencapai target EBT ini tentu diperlukan sebuah regulasi yang dapat memberikan sebuah kepastian dan ketepatan dalam pelaksanaan, maka Pemerintah mencoba untuk merumuskan beberapa regulasi terkait. Regulasi tersebut mulai dari RUU EBT, Perpres, hingga Peraturan Menteri ESDM.

Pembiayaan tidak hanya berasal dari APBN/APBD, skema pendanaan dipersiapkan untuk beberapa opsi tambahan, seperti dengan melakukan investasi hingga kerja sama BUMN/BUMD dengan para pihak swasta.

Dari aspek perpajakan, sejak 16 Oktober 2021, Pemerintah resmi memberlakukan pajak emisi karbon (carbon tax). Pajak emisi sendiri dalam mekanismenya diperhitungkan dengan pembebanan ke PPnBM yang didasarkan pada emisi gas buangan. Lalu apa dampaknya ke NZE?

Dengan berlakunya pemajakan emisi karbon ini adalah bentuk isyarat dari pemerintah untuk para stakeholder otomotif melalui suatu kebijakan fiskal guna mempercepat pengembangan mobil yang berbasis rendah emisi dan khususnya bertenaga baterai guna mengejar target penurunan emisi yang sejalan dengan gerakan NZE. 

Regulasi ini juga sebenarnya memberikan stimulus agar para produsen mobil mulai berlomba untuk menciptakan kendaraan yang tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil, namun diharapkan untuk lebih meng-eksplore potensi energi terbarukan dan listrik.

Pemerintah harus kembali memperketat terkait regulasi ambang batas pencemaran udara yang disebabkan dari buangan asap pabrik. Utamanya terkait dengan memperketat pengawasan dan memberikan teguran keras pada pabrik yang secara sembarang melepaskan asap sisa bakaran ke lingkungan luas tanpa terlebih dahulu melakukan minimalisir pada kandungan zat berbahaya di dalamnya.  

Pada tahap yang lebih advance, Pemerintah dapat melakukan perubahan besar moda transportasi umum ke model yang lebih ramah lingkungan. Mungkin di beberapa kota besar di Indonesia sudah memiliki moda transportasi ramah lingkungan seperti commuter line dan MRT yang sejauh ini mendapat respon positif dari masyarakat dan dirasa efektif mengurangi pencemaran udara.

Langkah Secara Umum

Banyak hal kecil yang dapat kita lakukan sebagai masyarakat umum untuk turut serta dalam meminimalisir emisi karbon dan potensi pencemaran udara. Antara lain sebagai berikut.

  • Meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor pribadi

Dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita diharapkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Hal ini, bukan tanpa alasan karena menurut data sekitar 70-80% dari tingkat polusi dan pencemaran udara berasal dari pembuangan kendaraan bermotor. Untuk itu kita diharapkan lebih banyak melakukan mobilisasi dengan berjalan kaki atau bersepeda, karena selain menyehatkan jugasebagai bentuk implementasi atas dukungan guna mencapai target NZE.

Opsi lain yang dapat dipilih adalah melakukan mobilisasi dengan menggunakan kendaraan umum yang disediakan pemerintah, guna mengurangi kuantitas polusi karena kendaraan yang keluar di jalanan diharapkan menjadi berkurang.

  • Ada sampah? Jangan dibakar, daur ulang aja.

Bagi sebagian orang membakar sampah adalah hal yang lumrah, namun kegiatan ini sebenarnya memberikan potensi pencemaran yang cukup besar dari asap hasil bakaran yang terlepas bebas dan bercampur di udara. Oleh karena itu kita diharapkan untuk tidak membakar sampah-sampah tersebut.

Jika sampah yang dihasilkan adalah sampah organik, maka kita dapat menjadikannya sebagai bahan campur pupuk alami yang dapat digunakan untuk pupuk tanaman dan sebagainya. 

Namun, jika sampah yang dihasilkan merupakan sampah non organik, kita dapat mendaur ulangnya menjadi benda yang berguna dan bernilai, karena saat ini banyak sekali masyarakat yang dengan inovasi dan kreatifitasnya berhasil mengubah sampah tak bernilai menjadi suatu mahakarya yang bernilai ekonomis.

Jika memang tidak dapat melakukan daur ulang atau pemanfaatan sampah secara mandiri, kita dapat memberikan sampah tersebut kepada beberapa lembaga yang memang memiliki fokus untuk mendaur ulang sampah guna dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan barang baru.

  • Penggunaan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Dewasa ini banyak sekali orang yang berinovasi dan memberikan tawaran lain dari energi. Salah satunya adalah menggunakan sampah organik maupun kotoran hewan dijadikan bahan pembuatan gas yang mana nantinya gas ini diperuntukan sama seperti penggunaan gas elpiji pada umumnya.

Kita juga dapat menggunakan berbagai energi yang ramah lingkungan, sebagai contoh saat ini banyak bermunculan inovasi kendaraan dengan tenaga listrik atau panel surya yang mana tidak menyumbang persebaran emisi karbon di udara, sehingga dinilai jauh lebih ramah lingkungan.

  • Yuk hemat energi

Salah satu sumber listrik di Indonesia dihasilkan dari batu bara, yang mana pada prosesnya terdapat pembakaran yang menimbulkan emisi gas karbondioksida. Semakin banyak konsumsi listrik, maka akan semakin banyak batu bara yang dibakar, dan makin banyak emisi yang diciptakan. 

Oleh karena itu, kita diharapkan dapat dengan bijak menggunakan listrik agar secara tidak langsung kita juga turut serta dalam usaha mencapai Net-Zero Emission sebelum tahun 2060 seperti yang telah ditargetkan pemerintah.

Sebagai catatan penting bahwa keberhasilan ini tidak akan terjadi jika hanya dibebankan kepada beberapa pihak saja, seluruh elemen harus bekerja sama dengan satu misi yaitu menekan angka emisi karbon ke level terendah. Mari bersama-sama kita dukung program Net-Zero Emission, kita ciptakan dunia yang jauh lebih baik untuk anak dan cucu kita di generasi mendatang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun