Mohon tunggu...
Rifqi Permana
Rifqi Permana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pejabat Publik

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Masjid Jogokariyan

8 April 2024   14:30 Diperbarui: 8 April 2024   14:33 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masjid Jogokariyan menjadi masjid dengan percontohan terbaik di Indonesia bukan karena bangunannya yang besar, bukan karena bangunannya yang megah, namun masjid ini menjadi model percontohan masjid yang segala aktivitasnya tidak hanya menjadi pusat beribadah masyarakat saja namun di masjid ini juga menjadi pusat kegiatan aktivitas sosial, politik, hingga perdagangan dan bisnis masyarakat. Masjid Jogokariyan terletak di Jl. Jogokariyan, Kelurahan Mantrijeron, Kota Yogyakarta atau arah selatan dari Kraton Jogja melalui jalan utama Parangkritis.  

Awal mula Kampung Jogokariyan ini mulai dipadati penduduk dengan perpindahan penduduk abdi dalem Kraton yang termarjinalkan. Pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII prajurit perang mengalami penurunan yang signifikan karena kurangnya aktivitas dan pemanfaatan prajurit yang ada di Kraton. Akhirnya, Kraton memberikan ladang pertanian untuk memberikan pekerjaan kepada masyarakat Jogokariyan, selain itu banyak juga masyarakat Jogokariyan lebih memilih membuat insdustri batik dan menjadi buruh pabrik.

Namun pengembangan usaha masyarakat melalui pertanian dan industri batik tidak menjamin pemberantasan kemiskinan prajurit abdi dalem Kraton. Akhirnya muncul gerakan PKI, PNI untuk masyarakat abangan dan ketertarikan buruh, masyarakat miskin tarhadap gerakan politik dan gesekan perbedaan masyarakat. Gerakan G30SPKI membuat masyarakat yang  ikut PKI ditahan, lalu kemudian masyarakat membangun pusat aktivitas sosial melalui lingkungan langgar/ masjid untuk usaha kembali pemberdayaan masyarakat.

Konsep dakwah Masjid Jogokariyan pada awalnya mempunyai model dengan pemetaan penduduk dari tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kemiskinan untuk bisa menggambarkan bagaimana cara berkomunikasi dengan tujuan dakwah. Bagi masyarakat yang masih abangan atau yang masih malu untuk belajar agama, takmir masjid mengundang guru agama untuk mengajarkan kepada masyarakat yang dikategorikan masih abangan melalui tes privat di rumahnya masing-masing.

Konsep dakwah ketertarikan masyarakat terhadap masjid bagi masyarakat yang dikategorikan menengah/ tidak terlalu abangan dalam pemahaman agama yang masih jarang-jarang ikut sholat berjamaah ke masjid dengan cara membuat undangan yang berisikan mengundang kepada seluruh masyarakat untuk sholat subuh berjamaah dilanjutkan kumpulan masyarakat lalu makan bersama.

Kemudian pemberdayaan masyarakat melalui uang zakat dikumpulkan sesuai berapa persen pendapatan, lalu digunakan atau dipinjamkan untuk kebutuhan masyarakat yang membutuhkan untuk pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan bagi yang kurang mampu, dll. Masjid Jogokariyan juga membuat kotak infaq khusus untuk sedekah beras untuk masayarakat yang kurang mampu salah satunya untuk memberi santunan masyarakat miskin serta bantuan untuk membagun wc layak bagi masyarakat.

Masjid Jogokariyan juga memberikan ruang lapangan kerja berupa pusat bisnis di lingkungan masjid, pemesanan makanan ketering dengan usaha produksi melibatkan masyarakat untuk kegiatan-kegiatan rutinan masjid, serta lapangan kerja untuk satpam/ keamanan masjid.

Peristiwa unik pernah terjadi ketika perbedaan pendapat masyarakat mengenai waktunya sholat subuh, kala itu muncul perbedaan pendapat masyarakat yang berpendapat bahwa sholat subuh yang sah adalah dipertengahan-akhir waktu subuh, sementara kebiasaaan masyarakat Jogokariyan terbiasa sholat subuh diawal waktu. Perbedaan ini menuai polemik dan perdebatan panjang hingga mendatangkan tokoh dari Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama untuk memberi jawaban atas perbedaan pedapat tersebut. Namun hasilnya sholat subuh tetap dilaksanakan seperti biasanya. Bagi masyarakat yang berbeda pendapat tersebut tetap saja melaksanakan waktu sholat sesuai keyakinan pendapatnya. Namun Takmir Masjid Jogokariyan tidak ambil pusing dalam hal ini, solusi yang diberikan bagi Takmir Masjid Jogokariyan yaitu membagi sholat subuh menjadi 2 sesi sesuai keyakinan pendapatnya.  

Problematika program kedepan yang akan dilaksanakan di Masjid Jogokariyan yaitu mengenai pembangunan rumah 2 lantai disekitar Masjid yang akan dimanfaatkan untuk menjadi pusat bisnis. Rencananya rumah-rumah yang akan direhab tersebut lantai 1 akan dijadikan aktivitas bisnis masyarakat yang tinggal dirumah tersebut, sementara lantai kedua akan dihuni layaknya seperti rumah biasa. Bahkan rencana progres ini akan melibatkan guru besar bidang arsitektur dari Universitas Gajah Mada.

Rifqi Permana, 08/04/2024 

Ilmu Politik, UIN Walisongo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun