Mohon tunggu...
Rifqi Fadhillah
Rifqi Fadhillah Mohon Tunggu... Penulis - Pelamun Handal

Membaca untuk melihat dunia | Menulis untuk dibaca dunia | Bergerak untuk memimpin dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Desember Bulan Gus Dur: Menebar Cinta sebagai Solusi Kerukunan antar Umat Beragama

25 Desember 2023   10:37 Diperbarui: 25 Desember 2023   10:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/abdurrahman-wahid-dalam-pendidikan-karakter-di-indonesia/Input sumber gambar

Pada realita kehidupan yang ada, manusia tetaplah manusia. Manusia terkadang berbuat salah dan lupa. Ajaran-ajaran kebaikan yang ada dalam agama yang dianutnya seakan-akan tertutupi oleh sifat merasa paling benar sendiri. Menganggap yang tidak sejalan dengannya itu salah, sehingga akhirnya bertindak yang tidak seharusnya dan menghakimi keyakinan orang lain. 

Karena ketika berbicara masalah hukum, manusia akan saling menyalah-nyalahkan. Setiap yang berbeda dengan sudut pandangnya akan dicap salah. Lebih parah lagi ketika berbicara kepercayaan, manusia akan saling membunuh, karena menganggap orang yang tidak sepemikiran dengannya itu salah. Berbica tentang etika dan moral, manusia masih tetap akan saling menyalahkan. Semua ini terjadi karena manusia akan berbeda pandangan atas suatu perkara, tergantung dari perspektif mana ia melihat. Lantas apa solusi dari permasalahan ini ? 

Jawabannya adalah cinta. Dengan cinta, setiap manusia tidak akan mempermasalahkan perbedaan yang ada. Perbedaan suku, bangsa, ras, bahasa, bahkan agama, semuanya tidak menjadi penghalang setiap orang untuk bisa saling menghargai dan menghormati. Dengan cinta pula, pada akhirnya setiap orang tidak akan menghiraukan segala perbedaan yang ada.

Selain itu, perlu ditanamkan pula dalam benak setiap orang bahwa pluralitas adalah sebuah keniscayaan. Bahwa pada dasarnya Tuhan menciptakan semua perbedaan ini adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dalam ajaran islam yang ada dalam QS. Al-Baqarah ayat 256 dijelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama, setiap orang berhak memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Bahkan dalam QS. Al-An'am ayat 108 islam melarang pemeluknya mencaci dan mengolok-olok sesembahan orang lain agar tidak terjadi saling mencaci diantaranya. 

Salah satu yang menjadi asal mula perdebatan diantara manusia adalah ketika ia menganggap kepercayaan yang ia miliki adalah hal yang paling benar, hal tersebut yang akan memicu pada terjadinya perpecahan. Merasa benar itu boleh, akan tetapi ketika merasa diri paling benar dan orang lain itu salah adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Berilah ruang bagi orang lain untuk merasa dirinya benar. Karena di dunia semua kebenaran hanya bersifat subjektif, dan kebenarannya akan berbeda menurut perspektif tiap orang. Karena kebenaran objektif yang haq sesungguhnya hanya ada pada sisi Tuhan.

Maka dari itu dengan bisa menerima segala perbedaan yang ada dengan bersikap inklusif dan penuh cinta seperti yang diajarkan alm. Gus Dur dapat dipastikan ditengah banyaknya agama yang ada, dengan cinta semuanya akan damai dan saling menghargai satu sama lain. Kemudian pada akhirnya tatanan kehdupan manusia merdeka, adil dan sejahtera dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun