Mohon tunggu...
Rifna Merisha
Rifna Merisha Mohon Tunggu... Penulis - Bicara Sendiri

Bismillah!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Proses Menemukan Kembali Diri yang Hilang

21 Januari 2025   12:08 Diperbarui: 21 Januari 2025   15:22 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku "Aku yang Sudah Lama Hilang" - Nago Tejena, M.Psi., Psikolog (Sumber: Gramedia Digital)

Menariknya dalam buku ini banyak sekali metafora dan simbolisme yang digunakan. Dalam cerita "Burung-Burung di Dalam Sangkar", Nago mengibaratkan istilah itu seperti simbol kebebasan yang terenggut. Menceritakan tentang seseorang yang berusaha menemukan jalan keluar dari sangkar yang dia bangun sendiri. Dengan kata lain, Nago menyampaikan pesan bahwa kebebasan bisa diraih dengan cara berani menghadapi ketakutan itu sendiri. 

Begitupun metafora dalam judul "Aku yang Sudah Lama Hilang" yang dapat diartikan sebagai aku yang lupa pulang ke rumah. Kalimat yang paling menyentuh dalam buku ini, yaitu "Diri yang dulu hilang bukan untuk ditemukan kembali, tapi untuk dihadirkan dengan versi yang baru, yang lebih siap menerima hidup apa adanya". Terkadang kita terlalu sibuk mengejar masa lalu, tanpa sadar diri kita yang saat ini adalah versi terbaik dari yang kita punya.

Pengalaman Nago Tejena sebagai psikolog klinis dewasa menjadikan buku "Aku yang Sudah Lama Hilang" sebagai wadah dalam pendekatan humanistik dan eksistensial yang sedang dia dalami pada kesehariannya. Selain aktif melakukan konseling, Nago juga menjabat sebagai ketua ikatan psikologi klinis di Bali pada pusat pelatihan meditasi klinik milik keluarga.

Buku ini berhasil menyentuh tema yang mendalam dengan gaya narasi yang reflektif. Tentunya, dengan menggabungkan pengalaman individu dengan konsep psikologi praktis yang mudah dipahami. Gaya bahasa dalam buku ini cenderung melankolis yang disampaikan dengan ringan. Pembaca seolah diajak menyelami luka batin, mengurangi rasa sakit, hingga akhirnya dapat menerima diri apa adanya. Namun, beberapa gagasan cenderung repetitif dan terlalu teoritis. Tema yang berfokus tentang kehilangan dan rasa sakit kurang memberikan variasi emosi kepada pembaca, sehingga beberapa cerita terasa berjalan sangat lambat.

"Aku yang Sudah Lama Hilang" juga mengajak kita untuk peka terhadap pentingnya keseimbangan emosi dalam perjalanan hidup. Kehilangan bukanlah akhir, tetapi awal dari perjalanan yang baru. Buku ini memberikan pandangan tentang menjaga kesehatan mental dengan cara memahami dan menerima diri kita sendiri, sehingga inspiratif bagi pembaca yang sedang menuju proses pemulihan emosional. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun