Mohon tunggu...
Rifli Mubarak
Rifli Mubarak Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bukan Hanya Mereka, Tapi Kita!

31 Mei 2018   16:57 Diperbarui: 31 Mei 2018   18:04 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wallpaperszoom.net

Sumber: https://www.wwf.or.id
Sumber: https://www.wwf.or.id
Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti simposium skala nasional untuk memutakhirkan data dan informasi seputar Lamun dan Duyung yang tersebar di seluruh Indonesia, dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal dan penggiat konservasi melalui lokakarya, pelatihan, pendampingan, serta pemberdayaan masyarakat di empat lokasi kerja.

Kegiatan-kegiatan DSCP Indonesia tentunya sangat memberikan dampak positif dalam menahkodai pelopor dan relawan lainnya dalam meningkatkan proteksi dan upaya preventif lainnya dalam hal kerusakan ekosistem Duyung dan Lamun. Terlebih lagi, DSCP Indonesia telah melakukan aksi bersama contohnya saja yaitu kegiatan konservasi di wilayah SAP Selat Panyat, Kabupaten Alor, NTT.

Bersama-sama WWF-Indonesia, DSCP Indonesia menjelaskan tentang penelitian Duyung di Alor yang telah dilakukan pada bulan Oktober-November 2017 dan diharapkan dari kegiatan ini adalah tumbuhnya berbagai upaya konservasi berkelanjutan dan pengembangan masyarakatnya demi kelestarian wilayah SAP Selat Pantar dan laut sekitarnya.

Kemudian upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara rehabilitasi keras. Pendekatan ini lebih ke pengelolaan Padang Lamun yang mengatasi masalah dengan cara rehabilitasi langsung di lapangan. Salah satunya yaitu dengan cara transplantasi Lamun. Transplantasi Lamun adalah kegiatan memindahkan dan menanam Lamun di lain tempat; mencabut dan memasang pada tanah lain atau situasi lain.

Upaya ini telah dilakukan sejak tahun 1947 oleh Addy pada jenis Zostera marina, Fuss & Kelly pada jenis Thallasia testudinumdan (PHILLIPS 1974). Metode ini merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman dan ahli di bidangnya dengan melakukan penelitian yang pasti terlebih dahulu.

Transplantasi Lamun sendiri mempunyai beberapa metode pelaksanaan. Antara lain : metode plug yaitu penanaman dengan cara menggali sebuah lubang pada substrat yang dalamnya kurang lebih 30 cm kemudian ditutup dengan substrat yang sama, lalu metode Frame tabung bambu yaitu metode transplantasi Lamun dengan menggunakan bambu 25 cm berjumlah 20 bambu pada setiap transek kuadrant.

Kemudian ada metode ikat kurung yaitu penanaman dengan cara mengikatkan Lamun yang ditransplantasikan ke karung, dan terakhir yaitu metode seed / pembenihan yaitu penanaman langsung dari koleksi biji dari jenis Lamun namun hal ini tidak direkomendasikan karena tingkat keberhasilan rendah akibat biji atau benih dari jenis Lamun lain sangat kecil dan mudah terbawa oleh air, serta perkecambahannya yang sangat rendah.

Dari segi transplantasi Lamun sendiri, metode yang paling baik menurut penelitian yaitu metode plug sesuai hasil penelitian Febriyantoro (2013) dengan judul "Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun (Enhalus acoroides) di Kawasan Padang Lamun Perairan Prawesan Bandengan Jepara". Hal ini dikarenakan metode ini dinilai baik dalam upaya memindahkan Lamun dan menanam beserta substratnya kemudian diikuti dengan metode ikat karung dan paling terakhir metode frame.

Berbagai upaya tersebut sering dijumpai dalam bentuk gagasan tetapi yang terpenting adalah cara kita dalam merealisasikannya. Terlebih lagi, kerusakan Lamun dan Duyung sendiri sering terjadi karena destruksi oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhanya. Sehingga elemen terpenting dari semua ini bukan semata-mata hanya pemerintah, DSCP Indonesia, dan organisasi lingkungan lainnya yang memiliki concern terhadap isu ini, melainkan cara kita mendukung, mencegah, dan menjaga ekosistem Padang Lamun dan Duyung dengan berpartisipasi lebih pada berbagai kegiatan lingkungan dan penyebaran wawasan pengetahuan seperti partisipasi saya pada tulisan ini.

Memang terlihat kecil dan tak memiliki dampak yang begitu komprehensif. Tetapi tulisan maupun infografis yang ada adalah langkah awal persuasif kita untuk bisa meningkatkan kesadaran setiap masyarakat dalam menjaga lingkungan dan menghindarkan diri dari sifat acuh tak acuh. Karena semuanya adalah lingkungan kita, rumah kita, dan tanggung jawab kita.

Yang terakhir adalah pandangan saya terhadap hal pengelolaan sumber daya alam yang ada khususnya Lamun dan Duyung. Maksud saya disini adalah diperkuatnya pengelolaan berbasis masyakarat  (community based management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah (government centralized management) sangatlah penting untuk dilakukan kolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun