Mohon tunggu...
Rifky Julio
Rifky Julio Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate (Baca: Penggangguran)

Sekedar menulis apa yang ingin ditulis. Antropologi | Anime | Daily Life | Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Wave, Listen to Me!" Anime Bertema Radio yang Sayang Dilewatin

14 Maret 2021   16:51 Diperbarui: 30 Maret 2021   16:10 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wave, Listen to Me! eps 12. (tangkapan layar dari honeysanime.com, credit: FUNimation Productions)

Anime ini sebenarnya sudah tayang pada April 2020. Namun, saya baru sempat selesai menontonnya beberapa hari yang lalu.

Wave, Listen to Me! (Nami yo Kiitekure!) diadaptasi oleh studio Sunrise (Gintama, Code Geass, Mobile Suit Gundam: Blood Orphans) dari manga berjudul sama karya Hiroaki Samura.

Ya meski statusnya masih on-going sejak 2014 hingga saat ini di serialisasi majalah Monthly Afternoon dari Kodansha dan sudah diterbitkan sebanyak 8 volume (per Oktober 2020). Berjumlah 12 episode, anime bertema industri radio di Jepang ini ternyata melebihi ekspektasi saya. Berikut ulasannya!

Cerita

Berlatar Kota Sapporo di Prefektur Hokkaido, cerita berfokus pada wanita berusia 26 tahun bernama Minare Koda yang baru saja putus dengan kekasihnya. 

Lalu dia melampiaskan kekesalannya saat sedang mabuk dengan mengoceh kepada orang asing di bar. Keesokan hari, Minare mendengar rekaman ocehan tidak jelasnya itu di siaran radio lokal yang diputar di tempatnya bekerja.

Saking malunya, Minare langsung ngacir ke stasiun radio lokal - MRS untuk menghentikan siarannya. Tak disangka, dia bertemu orang asing yang dilampiaskan olehnya saat sedang mabuk kemarin. 

Ternyata ia adalah seorang sutradara program radio yang sedang siaran tersebut bernama Kanetsugu Matou. Yakin dengan bakat terpendam suara Minare, Matou justru menawarkannya pekerjaan sebagai penyiar radio baru dibawah arahannya.

Dimulailah kisah Minare Koda sebagai penyiar radio dini hari dan keseharian drama-romansanya yang jenaka.

Siapkan Telingamu Para Pendengar

Ngoceh di radio itu gak mudah!. (Tangkapan layar)
Ngoceh di radio itu gak mudah!. (Tangkapan layar)

Berbeda dengan anime pada umumnya, sejak episode pertama kita sudah langsung disuguhi monolog panjang Minare. Bahkan rasanya hampir mirip dengan podcast walau tetap dibantu dengan visualisasi monolognya itu. 

Saya yakin, saat penayangannya dulu banyak yang langsung drop anime ini di episode tersebut karena tidak kuat mendengar ocehan Minare.

Tapi saya sarankan jangan! Tetaplah bertahan setidaknya sampai episode ketiga dan keempat.

Antar dua episode tersebut ceritanya sudah mulai berkembang dan terjadi beberapa kejutan yang dibumbui romansa dan komedi. 

Begitupun episode seterusnya, kalian akan mendapatkan banyak cerita menarik yang cenderung absurd dan random dari keseharian Minare Koda dan orang-orang di sekitarnya.

Meski begitu, anime ini tetap berusaha menunjukkan gambaran produksi sebuah program siaran radio. Mulai dari penentuan ide, manajemen produksi, pencarian sponsor, perekaman hingga situasi saat siaran langsung. 

Walau tidak terlalu detail, menurut saya itu sudah cukup untuk menjadikan anime ini sebuah serial bertemakan industri radio di Jepang.

Seiyuus Carry This Show

Semua mencurahkannya lewat suara (Tangkapan layar)
Semua mencurahkannya lewat suara (Tangkapan layar)

Satu kekuatan dari anime ini justru terletak di kemampuan para voice actor atau seiyuu dalam memerankan tokohnya. Wajar karena genre drama-romance dan tema radio itu sendiri yang lebih mengandalkan suara. Akting suara yang dihasilkan sangat baik dan terdengar natural sesuai tokohnya masing-masing.

Tentu saja yang paling mencuri perhatian adalah Riho Sugiyama yang mengisi suara tokoh utama Minare Koda. 

Berkatnya karakter Minare yang enerjik, berisik, dan serampangan menjadi lebih hidup dan mempunyai kekhasan tersendiri. 

Spontanitas dan intonasi suaranya sangat terasa, sehingga bisa menunjukkan bahwa Minare ini benar-benar berbakat dalam impromptu radio.

Aspek lain seperti animasi, desain karakter, penceritaan, dan soundtrack menurut saya sudah masuk standar oke. 

Lagu opening dari tacica dan ending dari Harumi juga tidak akan membuatmu bosan mendengarnya. Sunrise telah melakukan produksi dengan baik dan melebihi ekspektasi saya.

Verdict: Don't Judge an Anime by It's First Episode!

Visual Poster via anidb.net
Visual Poster via anidb.net

Saya sudah dua kali mengatakan bahwa anime ini melebih ekspektasi. Awalnya saya mengira ini hanyalah anime biasa yang kurang menarik karena sedikit yang membicarakannya pada masa penayangannya dulu. Ratingnya di MyAnimeList pun biasa-biasa aja, hanya 7,37 (per Maret 2021).

Alasan saya malah mencoba menonton anime ini adalah genre seinen-nya, karena saya agak jenuh menonton anime shounen dan shoujo. 

Namun, saya justru mendapatkan sesuatu yang berkilau. Sebuah cerita fresh dengan komedi, drama, dan romansa yang membuat saya betah menontonnya selama tiga hari berturut-turut.

Anime ini cocok buat kamu yang mulai bosan dengan genre action, fighting, dan romansa anak SMA. Terlebih lagi buat kamu fans seinen, komedi, dan yang ingin tahu tentang industri radio di Jepang.

Jadi jangan takut untuk mencoba genre baru yang belum pernah kamu tonton. Dan juga alangkah baiknya tidak menilai anime atau serial apapun dari episode pertamanya saja.

Overall Rating: 8/10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun