Manusia termasuk makhluk sosial yang fitrahnya untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Namun, kita tidak perlu memperdulikan semua hal, karena memikirkan semua hal akan membuat diri kita kelelahan, dan tidak fokus terhadap tujuan hidup kita. Keluarga dekat, seperti ayah, ibu, suami atau isteri serta saudara kandung harus ditempatkan dalam laci prioritas untuk dipedulikan. Mereka akan menjadi satu-satunya bantuan yang kita harapkan seumur hidup.
Mereka adalah bagian tubuh dan jiwa kita yang terkait berdasarkan pertalian darah dan rasa. Oleh karena itu, menempatkan mereka sebagai bagian terpenting hidup dalam laci tersebut, membuat kita akan selalu teringat untuk tetap bangkit di saat kita menemui kesulitan maupun kegagalan;
3. Laci untuk hobi dan kegemaran
Hidup kita perlu sesuatu yang berwarna namun tidak berlebihan. Kita dapat mengisinya dengan kegemaran yang bermanfaat. Kegemaran yang dapat pula memberi manfaat bagi diri kita maupun lingkungan sekitar. Terkadang suatu kegemaran akan menjadi sesuatu potensi baru kita jika kita fokus mengembangkannya. Sehingga, menempatkan kegemaran dalam laci ketiga memberikan pengaruh yang baik bagi hidup kita;
4. Laci pembelajaran atas kegagalan
Terkadang kita sangat benci dengan kegagalan, kita merasa tidak berdaya dan selalu menyesalinya. Padahal dari kegagalan tersebut, manusia berproses untuk lebih baik lagi. Menghargai proses, berarti menghargai diri kita telah berupaya melakukan perbaikan. Mempercayai bahwa kita bisa memecahkan permasalahan yang menurut kita rumit, tanpa perlu kita melarikan diri tanpa menemukan solusinya.
Selain laci-laci di atas berarti kita tak perlu menyimpan informasi tak bermanfaat tersebut di dalam hidup kita. Seperti halnya, kritikan yang tidak membangun, hinaan mengenai penampilan yang mengisyaratkan suatu kasta tertentu, ataupun tindakan yang terlihat mengucilkan diri kita.
Oleh karena itu, buatlah hidup kita berharga dengan menempatkan informasi dan hal-hal bermanfaat ataupun tidak bermanfaat sesuai dengan tempatnya. Jika pengaruh buruk kita abaikan maka kita tidak perlu merasa sakit hati atas peristiwa-peristiwa yang menimpa diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H