Mohon tunggu...
Rifky Bagas Nugrahanto
Rifky Bagas Nugrahanto Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai Negeri Sipil

Mengawali penulisan artikel di situs pajak.go.id, serta merambah pada publikasi di media cetak. Beberapa artikel telah terbit di antaranya di Harian Ekonomi Neraca dan Investor Daily Indonesia. Perjalanan menulis ini pun mengantarkan saya dapat ikut tercatat dalam buku dokumentasi “Voyage Indonesia 2018 : Kala Dunia Memandang Indonesia” dalam momen Annual Meetings WBG-IMF tahun 2018, Bali. Menjadi salah satu dari 100 artikel opini dan feature yang menyuarakan tentang momen berharga itu dan manfaatnya untuk Indonesia. Beberapa dokumentasi tulisan saya dapat dilihat juga pada https://rifkyjournals.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Emosi Negatif Sejatinya Alarm Alami Tubuh

5 Mei 2019   21:01 Diperbarui: 11 Mei 2019   09:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangat menarik jika berbicara mengenai emosi negatif manusia. Sesuatu yang dianggap harus ditekan atau dibuang jauh-jauh dari dalam diri karena akan menciptakan ketidakteraturan. Mungkin itulah yang menyebabkan banyak orang yang sedang dilanda masalah dan terus mengekspresikan diri dengan berbuat tidak baik dianggap perlu peran motivator.

Terkadang dengan mengeluarkan kocek uang yang kita punyai, kita mengikuti kegiatan yang semula bertujuan untuk menciptakan energi positif dari kita. Namun kenyataannya kita diminta untuk mengubah cara pandang kita dan nilai yang sebelumnya kita punyai.

Seratus persen apa yang mereka katakan benar dan seratus persen lagi sebuah penderitaan. Sebuah kegiatan motivasi memiliki nilai atau ukuran dengan standar para motivator yang dipersamakan untuk para audiensinya. Sukses dengan hanya berpikiran positif saja itu tidaklah cukup. Sama artinya dengan berdagang makanan tanpa ada inovasi dan berharap sore harinya, makanan yang kita jual langsung ludes, terjual setiap harinya.

Apa yang dituliskan Mark Manson dalam bukunya, menurut saya benar juga. Bahwa jangan sampai terjebak dengan menganggap semua hal itu positif dan mengabaikan emosi negatif dalam diri. Sebenarnya apa emosi negatif itu? Marah, sedih, kecewa, rasa tidak puas, dendam, semua itu ialah emosi negatif. Namun, yang hanya diperhatikan adalah akibat dari emosi negatif tersebut, dampak yang besar, efek ganda yang timbul, dan penyesalan yang diciptakan.

Apakah pernah terpikirkan, apa yang menyebabkan hal tersebut? Intinya ada nilai dari diri kita yang tidak bisa menerima tindakan dari faktor eksternal maupun dari internal diri kita sendiri. Jiwa kita menanggapi semua itu dan menciptakan sebuah pengingat atau "alarm alami" bahwa ada yang mengintimidasi nilai diri kita. Ada hal yang tidak beres dan perlu diselesaikan.

Terkadang alarm alami ini ingin juga menunjukkan bahwa tubuh ini perlu istirahat, pikiran ini butuh untuk ditenangkan sesaat. Tak ada manusia yang terus menerus kuat menghadapi tekanan yang besar, padahal alarm tubuhnya sudah sangat keras mengirimkan sinyal.

Oleh karena itu, untuk mengelola emosi negatif baik maka tinjau kembali nilai dan ukuran yang ada terapkan. Masalah apa yang melatarbelakanginya dan menjadi penyebab utamanya. Memahami masalah yang ada, berarti juga berupaya mengendalikannya sesuai kapasitas kita.

Alarm alami pada tubuh kita sejatinya memberikan pilihan kita untuk bertindak. Semua masalah yang menimpa kita, mungkin bukan semuanya adalah kesalahan kita. Namun, tanggung jawab untuk memecahkan atau hanya meratapi, itu semua adalah pilihan.

Sehingga, kembali lagi bahwa dengan adanya emosi negatif, menunjukkan sinyal kewaspadaan kita. Menjaga diri dari tindakan yang berlebih yang mungkin akan berdampak buruk dan luas. Kita harus menghargai emosi negatif dalam diri kita. Meluapkannya dengan aktivitas-aktivitas yang sebaiknya positif. Beberapa kegiatan yang bisa kita lakukan untuk mengelola emosi negatif ini, antara lain:

1. Berbicara kepada keluarga maupun sahabat dekat

Emosi negatif ini memerlukan penyelesaian dan dengan memecahkan masalah adalah solusinya. Menyampaikan kesedihan dan kekesalan bahkan kekecewaan kita kepada orang lain, menjadikan diri kita semakin tenang dan merasa dihargai pula;

2.  Menulis puisi maupun cerita

Terkadang manusia bisa menjadi sangat puitis saat sedang merasakan cinta. Dan sebaliknya cerita sedih, berimajinasi, dan menyakitkan dapat tercipta dari kesedihan hati yang ada. Lihat saja JK Rawling, pengalaman buruknya malah menghantarkan dirinya menjadi penulis populer dan meraup pendapatan tinggi dari Novel Harry Potter yang dirinya ciptakan;

3. Banyak berdoa

Konsepnya sama seperti berbicara kepada manusia. Berdoa membawa kita untuk merenung dan membuat diri menjadi pasrah kepada Sang Pencipta. Apa yang kita minta untuk diselesaikan, sebenarnya secara alam sadar kita sedang memproses untuk mencari solusinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun