Masa Depan Audit di Era Digital dengan Mengoptimalkan CAATs
Di era Revolusi Industri 4.0, perkembangan teknologi telah mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia audit. Teknologi seperti Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs) telah memperkenalkan cara baru bagi auditor untuk melakukan tugasnya dengan lebih cepat dan efisien. Namun, meskipun teknologi ini menjanjikan peningkatan kualitas audit, adopsinya di kalangan auditor eksternal, terutama di Indonesia, masih tergolong rendah. Dalam artikel berjudul The Role of External Auditor in the Adoption of Computer-Assisted Audit Techniques with Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (Deniswara et al., 2023), penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi niat perilaku auditor eksternal di Jakarta untuk mengadopsi CAATs.
Penelitian ini menemukan bahwa pengaruh sosial merupakan faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi adopsi CAATs, sementara harapan kinerja dan usaha justru kurang berdampak (Deniswara et al., 2023). Dengan menggunakan model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT), penelitian ini berhasil menunjukkan bagaimana faktor eksternal, seperti dorongan dari rekan kerja atau atasan, dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan penggunaan teknologi audit. Di samping itu, rendahnya tingkat adopsi CAATs oleh auditor di Jakarta diindikasikan oleh fakta bahwa sebagian besar auditor di kota ini masih mengandalkan perangkat lunak tradisional seperti Microsoft Excel, yang digunakan oleh 55% responden (Deniswara et al., 2023).
Melalui artikel ini, kita bisa memahami bahwa tantangan utama dalam mengoptimalkan teknologi audit bukan hanya terletak pada ketersediaan alat, tetapi juga pada sikap dan kesiapan auditor dalam menerima perubahan. Pemahaman ini membuka peluang bagi kantor audit untuk meningkatkan investasi dalam pelatihan dan infrastruktur yang mendukung penggunaan CAATs agar dapat bersaing di era digital.
***
Teknologi Computer-Assisted Audit Techniques (CAATs) memiliki potensi besar dalam meningkatkan efisiensi dan akurasi audit, namun penerapannya masih terbatas di kalangan auditor eksternal di Jakarta. Berdasarkan penelitian Deniswara et al. (2023), salah satu alasan utama di balik rendahnya adopsi CAATs adalah ketergantungan yang tinggi pada alat-alat audit konvensional seperti Microsoft Excel, yang digunakan oleh 55% auditor dalam penelitian ini. Penggunaan perangkat lunak audit modern seperti ACL dan IDEA, yang masing-masing hanya digunakan oleh 9% dan 10% auditor, menunjukkan bahwa CAATs belum sepenuhnya menjadi standar industri di Indonesia. Hal ini kontras dengan tren global di mana teknologi audit yang lebih canggih semakin banyak diadopsi untuk menghadapi tantangan audit yang lebih kompleks.
Faktor lain yang menarik adalah bagaimana pengaruh sosial memainkan peran penting dalam adopsi teknologi ini. Sebanyak 68% responden menyatakan bahwa dukungan dari rekan kerja dan atasan sangat mempengaruhi keputusan mereka untuk menggunakan CAATs (Deniswara et al., 2023). Ini mengindikasikan bahwa lingkungan kerja yang kondusif dapat mempercepat penerimaan teknologi audit yang lebih modern. Dalam hal ini, perusahaan audit memiliki tanggung jawab untuk menciptakan budaya organisasi yang mendukung inovasi teknologi. Penelitian sebelumnya oleh Mahzan & Lymer (2014) juga mendukung temuan ini, yang menunjukkan bahwa di lingkungan yang lebih mendukung, auditor cenderung lebih terbuka terhadap penggunaan CAATs, sehingga meningkatkan produktivitas dan akurasi audit.
Namun, terdapat juga hambatan signifikan dalam adopsi teknologi ini, seperti yang diungkapkan oleh Deniswara et al. (2023). Faktor harapan kinerja dan usaha, yang secara teori seharusnya meningkatkan niat auditor untuk mengadopsi CAATs, justru tidak memberikan dampak signifikan dalam penelitian ini. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pelatihan yang memadai dan rendahnya pemahaman auditor tentang manfaat langsung dari CAATs. Banyak auditor yang masih melihat CAATs sebagai alat yang rumit dan memerlukan usaha lebih untuk dipelajari, meskipun alat ini seharusnya mampu meningkatkan kecepatan dan efisiensi audit.
Kegagalan dalam memahami potensi CAATs dapat menciptakan kesenjangan antara teknologi dan pengguna, di mana auditor tidak siap memanfaatkan alat ini secara maksimal. Deniswara et al. (2023) menunjukkan bahwa ini bisa jadi akibat dari kurangnya investasi pada infrastruktur pelatihan dan ketersediaan alat-alat yang mendukung adopsi CAATs. Sementara itu, di tingkat global, kemajuan teknologi seperti Artificial Intelligence dan Big Data semakin menjadi bagian integral dalam audit, yang memungkinkan auditor untuk menganalisis volume data yang lebih besar dan lebih kompleks.
***
Penelitian Deniswara et al. (2023) memberikan wawasan yang mendalam mengenai tantangan dan peluang dalam adopsi CAATs di kalangan auditor eksternal di Jakarta. Meskipun teknologi audit modern memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi audit, adopsinya masih terhambat oleh kurangnya dukungan pelatihan dan infrastruktur yang memadai. Temuan penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial dan budaya organisasi yang mendukung inovasi memainkan peran penting dalam memfasilitasi penggunaan CAATs. Namun, faktor-faktor lain seperti harapan kinerja dan usaha belum cukup kuat untuk mendorong adopsi teknologi ini.
Sebagai kesimpulan, audit di era digital memerlukan pendekatan yang lebih holistik, yang tidak hanya fokus pada teknologi itu sendiri, tetapi juga pada kesiapan sumber daya manusia untuk memanfaatkan teknologi tersebut secara optimal. Kantor audit perlu memperhatikan kebutuhan pelatihan yang lebih intensif dan menciptakan lingkungan kerja yang mendorong kolaborasi dalam penggunaan teknologi audit. Dengan demikian, CAATs dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan kualitas dan akurasi audit, serta membantu auditor beradaptasi dengan perkembangan industri yang semakin kompleks dan berbasis data.
Referensi
Deniswara, K., Henky, T., Mulyawan, A. N., Armand, W. K., & Mustapha, M. (2023). Peran auditor eksternal dalam adopsi teknik audit berbantuan komputer dengan teori penerimaan dan penggunaan teknologi terpadu: Studi empiris di kantor audit publik di Jakarta. The Winners, 24(1), 1-11. https://doi.org/10.21512/tw.v24i1.8124
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H