Mohon tunggu...
Rifki Sya'bani
Rifki Sya'bani Mohon Tunggu... -

Transmission Telcom Engineer (katanya), traveler (sukanya), cyclist (hampir tiap ke kantor) , and book lover. \r\n\r\nhttp://www.nulisbuku.com/books/view/40-hari \r\n\r\nhttp://abuziyad.multiply.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Menjelajah Pedalaman Borneo: "Paling dan Untuk Indonesia"

9 Mei 2011   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 2054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor kedekatan historis ini, ditambah kesamaan nasib sebagai perantauan di Pulau Borneo membuat kami kembali saling mengenal lebih dekat. Walau sekedar via dunia maya. Akhirnya perjalanan terakhir saya ke Putusibau kemarin menjadi wasilah pertemuan kami di dunia nyata. Hehe.. sekaligus berkesempatan menikmati indahnya Putusibau dari udara. Subhanallah...

 

Kang Wewed begitu saya lebih sering memanggil, memang merupakan satu dari dua pilot “pesawat ringan” Trike PK-S 158 bermesin 2 tak Rotary 580cc dengan sistem pengendali triangle bar seperti gantole atau pesawat glidder—yang merupakan aset Taman Nasional Betung Kerihun yang biasa digunakan untuk melakukan aero-patrol dalam upaya menjaga dan memantau kondisi Taman Nasional dari udara.

 

Jadilah penerbangan bersama Kang Wewed adalah penerbangan saya yang ke-7 di tahun 2010. Hehe.. dimana penerbangan sebelumnya selalu menggunakan pesawat Boing 737 series maka kali ini “tantangannya lebih”—sebuah pesawat nyamuk!

Adrenalin terasa hingga ke ubun-ubun adalah saat take off sampai dengan pesawat dalam posisi horizontal dan kedua adalah saat akan landing. Terbayang roda kecil itu beradu dengan aspal run away bandara Pangsuma... fiuuuuh...

Alhamdulillah... Yes,.. i can fly!

 

 

Apa yang sudah dan bisa kita perbuat?

 

 

Mengutip hasil riset badan telekomunikasi dunia (ITU), bahwa setiap 1 % pertumbuhan bidang penetrasi informasi dan teknologi komunikasi (ICT), akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebesar 3 %.

 

Untuk membantu pengembangan Teknologi Informasi ini pada Pertemuan World Summit for Information Society (WSIS) Desember 6 tahun yang lalu di Jenewa dihasilkan dua dokumen penting yaitu, Declaration of Principles dan Plan of Action. Secara garis besar mengatakan antara lain bahwa setiap negara diharapkan mampu mengeluarkan National e-Strategy pada tahun 2005. Dalam strategi ini juga ditargetkan pada tahun 2015 seluruh desa sudah tersambung telepon.

 

Dan Telkomsel, sebagai sebuah operator seluler terbesar di negeri ini telah berupaya dan berkontribusi secara positif demi kemajuan negeri, sebagaimana kita ketahui bahwa paket USO Telkomsel meliputi 24.051 pedesaan. Termasuk di wilayah Kalimantan.

 

Jika jalan Trans Kalimantan yang menghubungkan ujung barat hingga ke timur-utara pulau sampai saat ini masih dalam proses perencanaan dan pembangunan maka Telkomsel sejak tahun 2007 telah memiliki sistem transmisi radio teresterial yang telah menyatukan seluruh simpul pertumbuhan ekonomi di Kalimantan dengan kapasitas yang terus dikembangkan hingga tahun 2009 ini.

 

Bahkan kini di beberapa kota besar seperti Balikpapan dan Banjarmasin sudah memiliki infrastruktur transmisi broadband yang handal: fiber optic transmission system yang dibenamkan di antara tanah-tanah gambut dan paritnya. Menyusul kemudian Pontianak, Palangkaraya, Singkawang dan kota-kota lainnya.

 

 

 

Titik Ekstrem

 

Ada banyak kisah mengharu biru tentang proses penggelaran proyek Sangkuriang mengejar cinta Dayang Sumbi ini.Tantangan keterbatasan media transportasi untuk menjangkau titik ekstrem dan medan yang sulit meninggalkan kenangan dan tentu semangat yang patut kita contoh dan lestarikan.

 

Tergambar jelas bagaimana tim dari planning memeras seluruh kemampuan mereka untuk mampu mendesain sistem transmisi radio yang handal dan mampu menjawab kebutuhan pemenuhan link inter MSC dan BSC-MSC sebagai jalur tulang punggung yang menghubungkan antara nodal satu ke nodal yang lain. Maraton dalam rapat-rapat yang kejar tayang di medio 2006. Lalu bagaimana berjibakunya tim implementasi (TPI, NO Reg, dan vendor) mengawal proses pembangunannya hingga akhirnya awal/Q1 2007 project ini ruas demi ruas bisa terselesaikan.

Gunung Marau

 

Posisinya terletak di ujung selatan peradaban kota kecamatan bernama Kendawangan. Kota yang dikenal sebagai magic city, 2 jam ke arah Selatan dari Ketapang. Di Kota Kendawangan kita akan mudah sekali mendapati kuliner yang berasal dari olahan dari daging rusa, rendang daging rusa, luar biasa!

Dari Kendawangan kita masih harus menaiki motor air atau speed boat kurang lebih 30 menit. Langsung merapat di Dermaganya yang terbuat dari kayu belian nomor wahid. Dari situ perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki di atas gertak (kayu berjajar) sejauh kurang lebih 800 m. Setelah itu medan berganti dengan tangga menanjak. Dan disinilah tantangannya.

 

Di puncaknya, kita akan disambut dengan tower yang gagah, cukup dengan 42 meter saja. Dari sana kita bisa melihat Sungai Kendawangan yang indah dari kejauhan hingga ke muaranya. Di jalur inilah kapal-kapal besar pengangkut tanah lumpur berkandungan boksit dikirim ke negeri China.

 

Gunung Linang

 

Terletak di Mungguk Linang, Batu Ampar, Kubu Raya. Satu titik ekstrim yang lain karena untuk meraih lokasi ini harus naik speed boat 40 PK dari Rasau Jaya (yang berjarak 16 km dari Pontianak). Lama perjalanannya kurang lebih 3 jam. Meliuk-liuk dan menyisir labirin sungai anak Kapuas hingga ke Muaranya.

Bukit kecil yang dipuncaknya terdapat sebuah stasiun radio transmisi yang berdiri menyepi di antara hamparan deretan pohon nipah di sekitarnya. Untuk mencapai puncaknya kami harus menaiki jenjang anak tangga yang cukup menguras tenaga. Dengan kemiringan 45-60 derajat, rasanya beban di punggung jadi berlipat dua kali lebih berat dari sebelumnya. Anak-anak tangganya yang lembab dan basah ditumbuhi lumut hijau yang membuat di beberapa ruas anak tangga lebih licin namun juga telah melunak dan rusak lapuk terkena uraian biota tersebut. Di beberapa ruas di sepanjang jalur anak tangga pohon tumbuh menutupi jalur pendakian. Kami terpaksa harus sedikit merunduk atau dengan bantuan Pak Jaka penjaga site, kami harus memapasi beberapa dahal pohon yang rimbun menutupi jalur dengan parang yang ia bawa. Ketinggian track ini ternyata tak lebih dari 120-130m saja.

 

Di sekitar mungguk atau bukit ini banyak ditemukan ekosistem rawa sungai dengan vegetasi dominan pohon nipah (Nypa fruticans). Dan di antara vegetasi inilah hidup hewan predator sungai yang menjadi puncak piramida makanan: Buaya Muara (Crocodylus porosus).

 

 

Air Hitam

 

Hempasan laut ganasnya selat Karimata di penghujung tahun biasanya membuat banyak nelayan di pesisir kota Kendawangan mengurungkan diri untuk pergi melaut. Gelombang laut memang sedang tak bersahabat di masa-masa itu. Bahkan seorang vendor project transmisi yang berbadan tegap, tinggi besar, dengan mental yang sudah teruji ratusan kali melawan ketinggian dan teriknya matahari ternyata bisa dibuatnya kapok-ketakutan menghadapi ganasnya gelombang.

Menuju ke satu titik yang menghubungkan transmisi backbone Kalimantan bagian barat dengan Tengah ini, dari Pontianak, saya harus naik pesawat Twin macine sejenis foker menuju ke Ketapang dengan bandar udaranya: Rahadi Oesman--salah satu pahlawan pergerakan kemerdekaan Indonesia putra asli Kalimantan Barat yang berkuliah di STOVIA kala itu, dan gugur pada usia muda dalam upaya mempertahankan kemerdekaan-- dari maskapai penerbangan perintis. Cukup 55 menit sampai 1 jam saja di udara.

 

Jika kita hendak menempuh dengan jalur darat, maka Pontianak-Ketapang bisa ditempuh dalam waktu 16 jam. Diawali perjalanan darat dari Pontianak sampai ke Rasau Jaya.Dari sini dilanjutkan dengan Fery menuju ke Teluk Batang.

 

Dari Teluk Batang dilanjutkan dengan darat lagi selama kurang lebih 3 jam baru-lah tiba di Ketapang. Dari Ketapang melanjutkan perjalanan menuju Kendawangan dalam waktu 2-3 jam.

 

 

Laut memang merupakan penguji nyali yang efektif. Bahkan untuk seorang yang bisa berenang sekali pun. Dari Kendawangan perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat. Selama 3-4 jam lebih hempasan gelombang laut akan dibelah oleh lingga dan lambung speed boat yang terbuat dari fiber, membuat perjalanan mirip arung jeram dengan tempat duduk yang tidak bisa disebut nyaman.

Beberapa kali speed terpaksa macet terapung di tengah laut disebabkan baling-baling mesin tersangkut sampah atau pukat nelayan. Dalam kondisi terapung bebas begini, timbul gentar juga kalau-kalau tiba-tiba ada ombak besar datang menggulung. Perjalanan ke Air Hitam memang panjang dan berliku.

 

Air Hitam, apalah arti sebuah nama. Namun bagi kami, Air Hitam sangat berarti. Menjadi satu titik penghubung section antara Pontianak-Banjarmasin. Sehingga jika ada masalah maka nikmatilah sebuah perjalanan jauh nan dramatis lagi melelahkan.

Mau Mencoba??

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun