Mohon tunggu...
Rifki Rayzaki
Rifki Rayzaki Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maria Walanda, Pahlawan Wanita di Indonesia yang Jarang Diketahui

3 April 2019   19:45 Diperbarui: 3 April 2019   19:54 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah Maria Walanda Maramis atau Maria Josephine Catherine Maramis. Lahir di Kema, Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada tanggal 1 Desember 1872 dan meninggal di Maumbi, Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada tanggal 22 April 1924 pada usia 51 Tahun.

Maria Walanda Maramis adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20.

Maria Walanda Maramis adalah sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat dan pejuang emansipasi wanita di dunia politik serta pendidikan. Karena perjuangan dan dedikasinya, Maria diberi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional dari Pemerintah Indonesia pada 20 Mei 1969 silam.

Maria kecil menghabiskan sebagian waktunya di Minahasa Utara. Lahir dari pasangan Maramis dan Sarah Rotinsulu, Maria merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Namun, pada saat ia umur enam tahun, Maria Walanda Maramis harus menjadi yatim piatu lantaran kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dunia. 

Kemudian, ia dan kedua saudaranya diasuh oleh sang paman dan dibawa ke Maumbi. Bersama kakak perempuannya, Anatje, Maria kemudian disekolahkan sang paman di Sekolah Melayu yang merupakan satu-satunya pendudukan resmi yang diterima Maria dan Anatje, Dikarenakan saat itu perempuan diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga mereka.

Saat beranjak dewasa, Maria Walanda Maramis pindah ke Manado dan mulai menulis opini di surat kabar Tjahaja Siang. Maria juga menuliskan soal pentingnya peran ibu dalam keluarga dan juga memiliki kewajiban untuk mengasuh dan menjaga kesehatan keluarganya. 

Oleh karena itu, Maria bersama beberapa orang mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) pada tanggal 8 Juli 1917 yang bertujuan untuk mendidik para wanita mengenai hal-hal rumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lain sebagainya. 

Di bawah pimpinannya Maria Walanda Maramis, PIKAT berkembang pesat dan mulai mendirikan cabang di Maumbi, Tondano dan Motoling, bahkan memiliki beberapa cabang di Jawa, seperti di Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang, dan Surabaya

Hampir satu tahun berdiri, PIKAT kemudian membuka sekolah di Manado pada tanggal 2 Juni 1918 di Manado hingga Maria Walanda Maramis meninggal pada tanggal 22 April 1924 di Maumbi.

Untuk mengenang jasanya Maria Walanda Maramis, pemerintah kemudian membangun Monumen Pahlawan Nasional Maria Walanda Maramis di desa Maumbi, Kecamatan Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. 

Monumen ini dibangun pada 8 Maret 1987 pada saat kepemimpinan Gubernur Rantung.
Monumen ini dibangun pada 8 Maret 1987 pada saat kepemimpinan Gubernur Rantung.
Monumen ini dibangun pada 8 Maret 1987 pada saat kepemimpinan Gubernur Rantung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun