Mohon tunggu...
Rifki Rahman Syaiful
Rifki Rahman Syaiful Mohon Tunggu... Lainnya - RF Enginer

traveling, futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sistem Penunjang Keputusan Menggunakan Metode Analytical Hierarch Process untuk Memilih Karyawan Terbaik

8 Oktober 2022   22:54 Diperbarui: 10 Oktober 2022   11:40 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penilaian kinerja karyawan, menjadi hal yang penting untuk mendukung kelancaran usaha. Dengan penilaian pemilihan karyawan terbaik, diharapkan dapat membantu meningkatkan motivasi, kinerja dan tanggung jawab karyawan. Penelitian ini mengambil studi kasus pada Toko Sepatu Saman Shoes, dengan menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). 

Toko sepatu Saman Shoes adalah wirausaha yang bergerak di bidang produk alas kaki sepatu sports untuk kalangan remaja pria dan wanita dengan kualitas lokal sampai kualitas import premium dengan harga yang sangat terjangkau dibawah retail sehingga bisa di jual kembali oleh pelanggan kami. 

Saman Shoes berlokasi di alamat Talaga Bestar Komplek The Hills BE No7 Kab Tangerang-Banten ini didirikan pada tahun 2016 oleh pemiliknya yang bernama Saman Alfarizy. Awalnya Saman Shoes hanya menjual melalui social media seperti di Whatsapp, lalu seiring berjalannya waktu mencoba beralih ke marketplace seperti Lazada.

Dalam proses berjalannya, proses penilaian pemilihan karyawan terbaik pada Toko Sepatu Saman Shoes belum pernah dilakukan. Dengan belum adanya sebuah proses penilaian pemilihan karyawan terbaik, sehingga karyawan merasakan kurangnya motivasi dalam bekerja. 

Maka dari itu beberapa kendala yang dihadapi antara lain karena belum dilakukannya proses penilaian pemilihan karyawan terbaik, dan belum ada metode yang tepat untuk pemilihan, Sebuah aplikasi sistem penunjang keputusan SPK dalam memilih karyawan terbaik yang dapat memudahkan penilaian.

Penelitian ini membahas tentang perancangan Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Saat memilih karyawan terbaik di toko Sepatu Saman Shoes tujuannya adalah untuk menghasilkan rekomendasi keputusan yang lebih obyektif setiap bulannya ketika memilih karyawan terbaik. 

Oleh sebab itu, dibutuhkan SPK untuk mengevaluasi pemilihan karyawan terbaik. Metode AHP membentuk kriteria alternatif, dan nilai pembobotan prioritas secara objektif menentukan karyawan terbaik berdasarkan kriteria yang diberikan yaitu kerajinan, tanggung jawab, kerapihan packing, komunikasi. 

Pemilik toko sebagai pengambil keputusan akan memberikan reward bonus bagi karyawan terbaik, dengan tujuan agar semakin memotivasi karyawan dalam meningkatkan kinerjanya. Diharapkan dengan adanya penilaian dan pemilihan karyawan ini, dapat menambah motivasi karyawan agar lebih giat dalam bekerja.

Manfaat dari penelitian ini antara lain membangun sistem aplikasi SPK dengan menggunakan metode AHP untuk pemilihan karyawan terbaik, dan akan menghasilkan penilaian lebih obyektif. Dengan pemberian bonus sebagai hadiahnya, diharapkan menambah motivasi kinerja karyawan. Aplikasi SPK dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam penentuan karyawan terbaik sesuai kriteria dan alternatif yang diberikan.

Dalam studi sebelumnya, menyatakan bahwa tujuan dari penelitian tersebut yaitu menghasilkan sebuah sistem SPK menggunakan sebuah metode AHP untuk menganalisa pemilihan karyawan berprestasi. 

Dengan menggunakan salah satu metodenya, SPK dapat menjadi alat untuk evaluasi kinerja karyawan di perusahaan. Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari penelitian ini, adalah memberikan alternatif dalam menentukan karyawan berprestasi menggunakan AHP dan Expert Choice, bagi pejabat pemangku kepentingan perusahaan. (Septiani, 2017)
Penelitian lainnya yang telah dilakukan, mengemukakan bahwa diperlukan penentuan karyawan terbaik dengan melihat tampilan laporan grafik untuk pendataan checking finishing. Dimana masalah yang ditemukan adalah pendataan Checking Finishing yang dirasakan belum efektif dan efisien. Sehingga dibutuhkan suatu SPK dengan metode AHP dan menggunakan model prototype, untuk membantu pengambilan keputusan dalam mendapatkan informasi, dan menentukan performa karyawan checking finishing terbaik. (Hasanudin et al., 2018)
Dalam penelitian lain oleh (Ayu & Yuliani, 2016) dinyatakan bahwa proses pemilihan karyawan terbaik pada KFC Gajah Mada Pontianak, telah terbantu dengan adanya SPK dengan metode AHP. Dalam penelitian tersebut, ada 6 kriteria yang digunakan yaitu kebersihan, keramahtamahan, ketepatan, perawatan peralatan, kualitas produk, dan kecepatan. Dan yang menjadi sampel penelitian sebagai alternatif, adalah 3 (tiga) orang karyawan KFC Gajah Mada Pontianak yang dipilih karena disiplin tinggi dalam bekerja.
Pada penelitian yang lain oleh (Wijaya & Mesran, 2019) dijelaskan bahwa karyawan yang mempunyai prestasi dan loyalitas tinggi, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Maka dari itu, karyawan merupakan unsur penting dalam perusahaan, dan perusahaan harus memilih karyawan terbaiknya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, untuk menentukan nilai bobot kriteria, digunakan metode AHP. Dan dalam penelitian ini digunakan 15 alternatif dan 4 kriteria yaitu kejujuran, kehadiran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Dengan adanya SPK tersebut, dapat dipilih karyawan berprestasi dengan cepat dan akurat
Melalui penelitian lain, dinyatakan yaitu perusahaan dapat menjaga dan meningkatkan produktivitasnya dengan didukung oleh karyawan yang memiliki standar kualifikasi perusahaan. Penentuan nilai bobot kriteria dilakukan dengan menerapkan metode AHP untuk kriteria kejujuran, kedisiplinan, kerajinan, tanggung jawab. Penelitian ini memasukkan 4 alternatif karyawannya untuk dinilai. Dengan adanya SPK dan metode AHP, maka penentuan karyawan berprestasi dapat dilakukan secara cepat, dengan berdasarkan perhitungan bobot kriteria masing-masing. (Safitri & Tinus Waruwu, 2017)
Melalui penelitian lainnya pula, dikemukakan bahwa pemilihan pegawai ini untuk mendapatkan promosi atau peningkatan posisi, dimana pegawai memiliki kinerja yang baik dalam pelayanan maupun pekerjaannya. Adapun kriterianya adalah pangkat, nilai komptenesi, dan masa kerja. Untuk mendapatkan nilai bobot kriteria digunakan metode AHP. Lalu untuk mendapatkan prioritas ranking alternatif digunakan metode TOPSIS. Penelitian ini menghasilkan sistem yang memudahkan dalam pemilihan karyawan untuk layak dipromosikan, dengan menampilkan rangking alternatif berdasarkan hasil preferensi yang ada. (Syahdinullah Siregar & Wibowo, 2021)
Adapun penelitian lainnya menyatakan metode AHP diperlukan sebagai.pembobotan kriteria penerapan SPK dengan.metode AHP dan.SAW mengevaluasi serta memilih manfaat peraih renovasi rumah, lalu pilihan yang direkomendasikan juga tidak perlu diragukan lagi. Tentu saja, beberapa kriteria serta bobot memainkan peran besar dalam penentuan hasil peringkat (Mursyidin & Rusdah, 2020) Pada penelitian serupa lainnya, SPK memfasilitasi evaluasi pada memilih mekanik terbaik untuk kinerja karyawan agar termotivasi kinerjanya dengan memberikan penghargaan kepada mekanik yang dipilih, pada evaluasi pemilihan mekanik dalam metode AHP, hasil evaluasi membentuk lebih objektif karena ini, serta SPK tadi merealisasikan isu bersifat laporan kriteria nya. (Hermawan & Diana, 2021)
Dari 8 penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa, metode AHP dirasakan cukup tepat sebagai metode dalam penilaian kinerja memilih karyawan terbaik, dan untuk mencari nilai pembobotan kriteria, serta mendapatkan urutan prioritas alternatif dalam penentuan karyawan terbaik. Dan aplikasi SPK yang dibangun, dapat memudahkan pengambil keputusan, untuk dapat menentukan karyawan terbaik dengan tepat dan lebih obyektif.

Turban mendefinisikan Sistem penunjang keputusan merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan. (Turban et al., 2005) Ada beberapa proses untuk pengambilan keputusan dalam Sistem pendukung keputusan. Menurut Simon, proses ini melibatkan tiga fase utama: intelijen, desain, dan seleksi, kemudian Simon menambahkan fase keempat implementasi.

Proses hierarki analitik (AHP) digunakan karena merupakan metode yang umum untuk menemukan nilai bobot untuk kriteria tertentu. Thomas L, seorang matematikawan di University of Pittsburgh, AS. Saaty menyebarkan contoh pendukung keputusan yg diklaim Analytic Hierarchy (AHP) ditahun 1970-an. contoh penunjang keputusan tersebut memecah persoalan multifaktorial atau multistandar melalui hierarki yang kompleks sebagai persoalan sederhana. (Saaty, 2000) Dalam penerapan metode AHP telah dibuat beberapa prinsip dasar, AHP, hierarki dan gunakan perbandingan berpasangan untuk mengevaluasi kriteria dan alternatif. (Saaty, 2008) Untuk menyelesaikan berbagai masalah, untuk mengungkapkan pendapat satu sampai sembilan adalah skala terbaik. Selanjutnya ialah memprioritaskan akibat penilaian perbandingan berpasangan. Hal ini sesuai rating/skoring agar membentuk bobot.dan.prioritas.
Bagian-bagian penyelesaian menggunakan metode AHP ialah :
1. Menggambarkan permasalahan serta memberikan solusi, kemudian menyusun hierarki.
2. Menentukan prioritas unsur-unsur dengan cara membandingkan unsur-unsur secara berpasangan pada skala 19 (bandingkan unsur-unsur menurut kriteria yang ditentukan). Kemudian tampilkan matriks dalam desimal.Melakukan sintesis perbandingan berpasangan, agar mendapatkan masing-masing prioritas. Lalu nilai tersebut dimasukan kedalam matrik.

Bobot nilai metode AHP dihitung dengan langkah seperti berikut:
a. Memaparkan matrik kedalam angka desimal.
b. Mengkalikan matrik tersebut menggunakan matriksnya sendiri.
c. Jumlahkan hitungan dari.proses perkalian.matriks
d. Menjumlahkan matrik normalisasi (baris), kemudian membagi tiap jumlah baris dengan nilai akhir baris. Hasil rata-rata nilai tersebut disebut degan eigenvector.
e. Resume.nilai.eigenvector.
3. Selanjutnya pengukuran perhitungan Consistency Index (CI) dengan rumus:
CI = (λ Maks - N) / (N-1)
(1)
Dimana : N = banyaknya elemen (kriteria)
Lalu menjumlahkan Ratio.Konsistensi (CR) menggunakan :
CR = CI / IR
(2)
Dimana : CR = Concictency Ratio, CI = Consistency Index, IR = Indeks Random Concictency (dengan melihat tabel IR).
Apabila hasil dari Concictency Ratio (CR) >10% atau 0,1, maka kuesioner harus diulang kembali. tetapi jika hasil Concictency Ratio (CR) <= 0,1, maka hasil perhitungan sudah dapat diputuskan benar.

Entity Relationship Diagram (ERD) menguraikan model basis data sesuai obyek-obyek menggunakan notasi dan simbol untuk memodelkan struktur dan hubungan data. ERD yang diciptakan SPK penentuan karyawan terbaik.

Pencapaian akhir adalah dibentuknya aplikasi SPK pemilihan karyawan terbaik. Di Gambar menunjukan tampilan layar untuk menghitung penilaian karyawan pada sistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun